NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33

Manik legam Nanda mengunci pergerakan dan suara Delilah. Menyedot semua atensi si jelita untuk terfokus padanya. Namun, siapa sangka si jelita justru memukul puncak kepala Nanda. Lalu meninggalkan sang suami sendirian tanpa jawaban.

Sebenarnya apa yang salah dari permintaanku? Aw, sakit, Nanda tak bisa menghindar, memberontak bahkan membalas.

Dia sibuk mempertahankan posisi gendongan agar si bayi tetap nyaman. Sedangkan Delilah masuk ke dalam kamar mandi dengan wajah mirip kepiting rebus. Dia tak menyangka dengan mudah kalimat tadi keluar dari mulut sang suami. Untuk mencium Nanda saja dia membutuhkan tekad yang begitu kuat. Delilah belum sempat memikirkan adegan panas yang memang belum terjadi juga di antara mereka hingga kini. Sedikit heran karena Nanda begitu kuat memenuhi syarat yang Delilah ajukan.

Tidak, dia mungkin saja lelaki brengsek yang dengan mudah merenggut mahkota dari gadis lain yang dia mau. Sadarlah, Delilah! Jangan terjebak! Ini hanya sementara, iya, sementara! Delilah menggelengkan kepala kuat sambil mengepalkan tangan.

Padahal, belakangan dia hampir meratakan tembok yang dia bangun diantara mereka. Justru sekarang beralih lagi dalam mode waspada. Dia keluar dari kamar mandi mengendap dan mencari sosok Nanda yang sudah tak terlihat. Sekilas bayangan buruk berkelebat. Napas Delilah mendadak terasa sangat berat dan memburu. Manik si jelita bergetar hebat sambil memegangi dada sendiri, pandangannya mulai mengabur. Beberapa kali Delilah memukuli dada, tetapi tetap tak berhasil menghirup udara dengan leluasa.

Ah, tidak! Jangan sekarang kumohon! Akh! Delilah terjatuh ke lantai.

Bersamaan dengan Nanda yang muncul dari kamar Fera dan mendapati sang istri. Dia bergegas mengambil segelas air dan memanggil nama Delilah berulang. Mereka sedang saling menatap, tetapi Nanda tak melihat manik Delilah sedang terfokus. Si suami mulai menepuk pipi Delilah berulang kali. Namun, suara Nanda tak terdengar dan pandangan Delilah masih kabur. Gelas tadi bahkan tak bersambut, Nanda meletakkannya di lantai begitu saja kemudian.

“Delilah, hei, Deli—” Kalimat Nanda tak rampung, Delilah lekas memeluk tubuh Nanda yang sedang berjongkok di depan.

Napas si jelita masih tersengal, air mata perlahan meleleh turun ke pipi. Debaran jantung Nanda beradu dengan milik sang istri. Belum terdengar lagi suara di antara mereka, masih sibuk menenangkan diri masing-masing. Delilah memilih membenamkan wajah di dada bidang sang suami.

“Deli, kau tidak apa-apa?” Nanda menjauhkan wajah sang istri yang basah dan memandangnya.

Tepat ketika suara sandi di tekan dan pintu terbuka. Tentu saja, si pemilik tempat tinggal telah datang. Delilah dan Nanda sontak menatap Raka yang mematung di ambang pintu. Mereka bertatapan sejenak, Raka jelas menangkap wajah sembab Delilah. Sigap Nanda membopong ala bridal tubuh mungil sang istri. Menyadari sang ayah bayi telah pulang, mereka sudah bisa meninggalkan Fera sekarang. Tanpa perlawanan, Delilah menurut tanpa suara sambil melingkarkan lengan di leher sang suami. Dia masih berusaha mengatur napas dan menyembunyikan wajah di ceruk Nanda.

“Selamat datang, kami akan pergi kalau begitu.” Nanda sudah berdiri dan mulai melangkah ke arah pintu, “Fera sudah tertidur lagi, botol susunya ada di meja. Baru saja kami buat, dia tidak sempat meminumnya tadi.” Nanda berhenti di depan Raka hendak melewati sang kakak yang masih mematung.

Ketika Nanda mulai mengambil langkah lagi, tangan Raka mencekal lengan sang adik.

“Apa yang terjadi?” tanya Raka tajam.

“Tidak ada.” Nanda menjawab singkat sambil berusaha melepas cekalan Raka.

“Katakan!” Raka masih mencekal dan menatap tajam.

“Kurasa bukan urusanmu, permisi.” Nanda masih berusaha tenang dan melanjutkan langkah lagi.

Kini dia sedikit menggerakkan lengan agar terlepas dari cengkeraman sang kakak. Kemudian melangkah keluar melewati Raka yang masih penuh tanda tanya dan pergi menuju parkiran sambil terus menggendong Delilah yang hening. Nanda tidak pernah melihat Delilah seperti tadi. Perlahan Nanda membuka pintu dan mengalihkan Delilah dari gendongan ke kursi penumpang. Terlihat jelas wajah si jelita kacau, hidung mungil Delilah memerah. Begitupun netra si wanita. Nanda segera mengitari mobil dan duduk dibalik kemudi.

“Delilah, kau tidak apa-apa sekarang?” Nanda menatap sang istri dengan wajah khawatir.

“Bisakah kita segera pulang saja? Aku ingin istirahat.” Suara Delilah terdengar sendu dan sengau.

“Baiklah.” Nanda mulai menyalakan mesin mobil.

Tak ada obrolan sepanjang perjalanan. Nanda tak ingin mengusik ketentraman yang baru didapat sang istri. Dia memilih fokus pada jalanan hingga memasuki pelataran rumah megah, kediaman Dirgantara. Netra Delilah melebar, menyadari mereka tidak pulang ke rumah sendiri.

“Kenapa kita berada disini?”

“Ah, kukira kakek sudah memberitahumu. Dia ingin kita kemari, ada hal yang ingin dibicarakan.” Nanda menjelaskan ketika mobil sudah berada di carport.

Delilah tentu saja tak kuasa menolak keinginan sang kakek.

***

“Loh, Pak Wisnu pergi ke Bangkok, Mas.” Mbok Yem mengerjap menatap bergantian Nanda dan sang istri yang baru datang saat larut.

“Astaga, jangan bilang dia lupa! Pak tua menyebalkan!” Nanda memukul kening sendiri sambil menghentakkan kaki ke lantai.

Malam sudah sangat larut, Nanda dan Deli memutuskan untuk menginap ketimbang menempuh perjalanan lagi. Si pria menyusul sang istri yang sudah lebih dulu naik. Mengingat Delilah dalam kondisi yang rawan menerkam, Nanda mengetuk pintu hingga mendapat izin masuk ke dalam. Si dokter menutup pintu sepelan mungkin. Delilah sudah berbenah, dia pun lekas membersihkan diri.

Nanda membalut tubuh bagian bawah dengan handuk. Membiarkan air sisa mandi masih menetes dari ujung rambut. Sebagian punggung dan dada bidangnya juga masih basah. Setelah memilih pakaian dan berganti, dia menyusul Delilah yang sedang duduk di balkon sambil menyeruput teh hangat.

“Bolehkah?” Suara Nanda memecah kesunyian malam.

“Kau terus meminta ijin malam ini, Dok.” Delilah menyahut tanpa mengalihkan pandangan lurus.

“Aku akan pergi jika kau tidak nyaman.” Nanda mundur satu langkah, “hm?” Langkah si pria terhenti, Delilah menggenggam tangan besar sang suami.

Nanda dapat melihat perubahan ekspresi wajah sang istri, mata si jelita kembali berkaca-kaca.

“Sebenarnya siapa yang berani menyakitimu seperti ini, Deli? Katakan padaku!” Nanda kini duduk berjongkok di depan sang istri, mensejajarkan netra mereka.

Aku sendiri tidak tau, kenapa aku selalu terlihat begitu lemah di depanmu, Nanda. Aku membenci diriku sendiri, hati Delilah sibuk menyahuti.

“Kumohon, jangan menangis lagi. A-aku akan pergi.” Nanda hendak berdiri, tetapi tertahan kembali karena gelengan kepala sang istri.

Sungguh, Nanda bingung harus berbuat apa.

Sangat menyakitkan melihat orang yang kusayangi menangis, Deli, Nanda berbisik dalam hati.

“Aku membencimu.” Kalimat sederhana yang keluar dari bibir mungil Delilah membuat Nanda tersenyum.

“Hm … bencilah sebanyak yang kau mau.” Nanda kini menyatukan kening mereka.

Entah kenapa, si dokter merasa sang istri sudah kembali baik-baik saja. Beberapa saat berada di posisi tadi, Nanda masih membelai lembut tengkuk Delilah. Sebelum sang istri mulai menarik diri dan menatap manik legam di depan.

“Aku … kesulitan.” Suara Delilah terdengar, Nanda memiringkan kepala, “saat tiba-tiba sendirian setelah kau tinggalkan. Ruangan gelap itu membuatku merasa … takut.”

Nanda mengerjap, “a-aku mematikan lampu utama karena Fera terlihat tidak nyaman. Lalu memindahkan dia ke box tidur seben—ah, lupakan. Maafkan aku, Delilah. Aku tidak tau kalau kau—”

“Tidak suka keramaian, tapi aku juga sangat benci ditinggal sendirian.” Suara Delilah dan tatapan si jelita mengunci manik legam Nanda.

Air mata yang berusaha ditahan Delilah tumpah. Hati si jelita terasa begitu sakit. Dia tak mengerti mengapa sangat sulit baginya untuk menguatkan diri di depan sang suami.

“Kenapa aku selalu ditinggalkan? Sangat menyebalkan jika sendirian. Semua orang tak mau mendengarkanku, semua sibuk menyudutkan. Padahal aku hanya sendirian. Aku benci terlahir menjadi putri tunggal, seenaknya ditinggal. Mereka tidak pernah tau betapa sakitnya jadi aku. Mereka hanya sibuk mengejar dunia, tanpa peduli bagaimana putrinya ribut mencari rumah.” Suara Delilah di sela isakan lirih sambil memukuli bahu Nanda.

“Tapi sekarang kau tidak sendirian, Delilah.” Nanda menatap sang istri lembut.

“Omong kosong! Kau juga sibuk dengan duniamu, Dokter! Kau sama saja!” Delilah kini berteriak sambil terisak. “Untuk apa menikah, jika aku tetap saja kesepian, tidak berguna!” Kalimat susulan yang berhasil membakar hati Nanda.

***

Hai Hai, jangan lupa dukungan like dan komentarnya yaa 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!