Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 12
Mengisi waktu luang libur akhir pekan dihabiskan Sandra pergi bersama Leo, Widya dan Shasa. Bertepatan juga dengan mereka yang telah menerima gaji, jadi mereka ke salon, makan, shopping dan terakhir menonton.
Film drama komedi yang dipilih mereka guna menghilangkan rasa stres akibat pekerjaan. Mereka bisa tertawa sepuasnya di dalam sana tanpa ada yang melarang. Sejak tadi Leo yang duduk berada di sebelah Sandra hanya bisa menatap perempuan itu. Perempuan yang saat ini dekat dengannya namun tidak bisa dijangkau.
"Andai sekali saja kau lihat keberadaanku di sini, Sandra. Bisa aku buktikan kalau aku lebih baik daripada Pak Damian."
Sandra yang merasa ditatap mendalam oleh Leo segera menoleh kepada pria itu. "Kau mengatakan sesuatu?."
Kemudian Leo sedikit mengikis jarak di antara mereka, setengah berbisik bicara pada Sandra. "Aku...bisakah kita berpacaran di belakang Pak Damian?."
"Aku tidak bisa."
"Kenapa?."
Mereka saling tatap untuk waktu yang cukup lama, Leo menggerakkan kepalanya sehalus mungkin untuk mempertemukan bibirnya dengan bibir Sandra. Namun Sandra bukan perempuan bodoh yang tidak mengerti dengan apa yang akan terjadi. Dia segera berpaling dari Leo. Pria itu hanya mampu mencium angin dengan wajah yang merah padam. Untungnya hal itu tidak terlihat Sandra.
Sandra mengacuhkan Leo dengan kembali fokus pada layar lebarnya hingga film berakhir. Sandra berusaha menghindari Leo, mungkin sekarang dia harus menjaga jarak dengan pria itu. Shasa dan Widya saling berbisik.
"Ada yang aneh tidak sih dengan Leo dan Sandra?."
"Ada, sepertinya Sandra yang menghindari Leo. Benar tidak?."
"Kau benar. Tapi kira kenapa-kenapa ya? Tadi baik-baik saja, iya 'kan?."
"Hmmm, apa ya?."
Keduanya kini tampak berpikir sembari memperlambat jalan mereka. Mata mereka terus mengawasi Sandra yang terus menjauh dari Leo. Mereka berempat telah berada di area lobi, Sandra terpaksa harus berdua bersama Leo karena Shasa menemani Widya ke area parkir mengambil mobil.
Dari kejauhan seseorang melihat Sandra dan Leo sampai orang itu pergi setelah mobil datang menjemputnya. Dia tidak asing dengan Leo dan tahu kalau pria itu bekerja di kantornya. Ya, yang tadi melihat Sandra dan Leo adalah Pak Noval. Pria itu mengira Leo adalah orang yang dicintai Sandra.
Di tempat lain, Damian tidak melakukan apapun untuk menenangkan Juwita yang semakin terisak. Perempuan itu belum sanggup membela dirinya karena dadanya begitu sesak. Setelah beberapa menit barulah Juwita bisa mengatasi kesedihannya dan mulai bicara lagi.
"Semuanya terjadi begitu cepat, aku tidak pernah menginginkan malam itu terjadi. Tapi itu sudah terjadi dan hampir membuatku gila. Aku juga tidak mengetahui siapa ayah dari Aurora. Kalau saja aku tahu, mungkin kita akan bercerai saat tahu aku hamil anak dari pria itu. Aku akan meminta pertanggungjawaban dari ayah bayiku."
"Kenapa kau tidak bicara padaku?."
"Aku sangat takut melukaimu tapi pada akhirnya aku tetap melukaimu."
"Iya, kau benar. Aku sangat terluka, tidak sedikit pun kau membagi kesedihanmu padaku yang merupakan suamimu. Kau lebih memilih diam dan tetap merahasiakannya sampai saat ini. Dulu juga aku bisa memaafkan dan menerimamu, Aurora juga. Aku sangat menyayanginya seperti putriku sendiri."
"Aku minta maaf."
"Semuanya sudah terjadi."
"Lalu kenapa sekarang kau menginginkan bercerai? Kalau selama ini kau sudah bertahan untukku dan Aurora. Apa ada perempuan lain yang mengisi hatimu?."
"Iya, aku mencintai perempuan lain."
"Tapi kenapa? Di sini aku tidak mengkhianati dirimu."
Hatinya kembali hancur dan semakin sakit, suaminya akan pergi darinya karena perempuan lain. Kenapa tidak tetap bersamanya dan Aurora?.
"Apa tidak bisa tetap tinggal bersamaku?."
"Maaf, aku tidak bisa."
"Tidak perlu meminta maaf, kau berhak bahagia."
Lantas Juwita pergi keluar dari ruang kerja Damian sembari menghapus air matanya.
Keesokan paginya.
Leo berpapasan dengan Pak Noval di lobi. Sebagai karyawan yang baik dan memiliki sopan santun dia pun menyapa Pak Noval.
"Selamat pagi, Pak Noval."
"Selamat pagi, bagaimana kabarmu?."
"Baik, Pak. Pak Noval sendiri terlihat sangat sehat dan bugar."
"Iya, saya harus tetap sehat dan bugar supaya bisa bersaing dengan anak muda sepertimu."
Leo hanya tersenyum. Lalu mereka berpisah di depan lift karena Pak Noval menggunakan lift yang khusus untuk dirinya. Tiba di depan ruangan Damian dia langsung masuk setelah asistennya yang mengetuk pintu. Pak Noval langsung duduk di sofa yang diikuti oleh Damian.
"Kau sedang sibuk?."
"Tidak, Pa. Ada apa?."
"Kita harus bicara tentang Juwita."
"Iya."
"Kau sudah tahu tentang Aurora sejak lama?."
"Iya, Pa."
"Sejak kapan?."
"Setelah Aurora lahir dan dokter memberikan hasil golongan darah Aurora yang tidak sama denganku. Aku pun memastikannya dan hasilnya sangat mengecewakan aku. Aku sangat terpukul, Pa. Tapi aku tidak bohong aku sangat menyayangi anak itu."
"Lalu kau mengajukan perceraian pada Juwita?."
"Iya, Pa."
"Sebenarnya Papa sangat menyayangkan hubungan kalian harus berujung perceraian. Juwita dan Aurora begitu sangat bahagia hidup bersama dirimu."
"Kau sudah tidak mencintainya lagi?."
"Iya, aku sudah tidak mencintainya."
"Oke, tidak masalah. Kau berhak bahagia dengan perempuan lain. Dan apa yang kau lakukan untukku dan keluargaku sudah lebih dari cukup."
"Terima kasih sudah mengerti keadaanku, Pa."
"Iya, bagaimana juga kau tetap putraku."
"Terima kasih, Pa."
"Baiklah, Papa tidak bisa lama-lama. Dan pengacara sudah mengurus perceraian kalian."
"Iya."
Pak Noval keluar dan langsung berpapasan dengan Sandra yang akan ke ruangan Damian. Dia pun melontarkan pujian pada Sandra.
"Kau semakin cantik saja setiap harinya, Sandra."
Sandra tersenyum samar. "Terima kasih, Pak."
"Saya harap kita bisa pergi bersama sore ini."
"Maaf Pak, saya tidak bisa."
"Saya tidak mau ada penolakan apalagi ini ada kaitannya dengan pekerjaan. Damian juga akan ikut bersama kita."
Damian dan Sandra menjawab. "Baik."
Sandra dan Damian masuk setelah Pak Noval menghilang dari pandangan mereka. Sandra duduk di depan Damian dengan catatannya. Tidak ingin menyia-nyiakan kebersamaan mereka, Damian berdiri di belakang Sandra. Menaruh tangan di atas pundak perempuan itu. Memberikan pijatan kecil di sana sebab Damian tahu Sandra sangat tegang.
"Sudah lebih baik?."
"Iya, sedikit."
Lalu tangan Damian mulai nakal, menyelinap di balik rambut Sandra. Mengelus lembut tengkuknya. "Apa sudah jauh lebih baik."
"Hmmm."
Tangan Damian terus mengelus leher Sandra dengan penuh perasaan. Pria itu menengadahkan wajah Sandra, mata mereka bertemu kala Damian menundukkan wajahnya. Menatap bibir merah Sandra yang begitu menggoda.
Cup
Ciuman terjadi, mereka sama-sama menginginkannya. Menyalurkan perasaan bahagia mereka atas perasaan yang sama yang dimiliki mereka saat ini. Sangat lama mereka bermain lidah dan Sandra menyudahi karena hampir tidak bernapas.
Damian mengusap lembut bibir Sandra yang terlihat bervolume karena ciumannya. "Kau sudah sangat candu bagi saya."
"Sama, kau juga."
Mereka segera merapikan pakaian saat ada yang mengetuk pintu.
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫