(Area orang dewasa🌶️)
Hidup Viola Amaral berubah drastis ketika sebuah kontrak mengikatnya pada kehidupan seorang jenderal berpengaruh. Bukan pernikahan impian, melainkan perjanjian rahasia yang mengasingkannya dari dunia luar. Di tengah kesepian dan tuntutan peran yang harus ia mainkan, benih-benih perasaan tak terduga mulai tumbuh. Namun, bisakah ia mempercayai hati seorang pria yang terbiasa dengan kekuasaan dan rahasia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
...Revan dan Brian segera menggiring Viola dan Olivia menghampiri kedua orang tua mereka yang sudah duduk menanti....
"Malam, Ma, Pa," sapa Viola dan Olivia bersamaan, lalu mencium tangan Nyonya Rose dan Tuan Finn bergantian.
"Malam juga, bagaimana kabar kalian berdua?" tanya Nyonya Rose dengan senyum hangat menyambut kedua menantunya.
"Kabarku baik, Ma," jawab Olivia sambil tersenyum sedikit malu.
"Aku juga baik, Ma," timpal Viola, berusaha menampilkan senyum cerah dan wajah sebahagia mungkin.
"Bagus sekali, ayo duduk," kata Nyonya Rose sambil mempersilakan Viola dan Olivia untuk bergabung.
Viola dan Olivia mengangguk serempak dan mulai melangkah menuju kursi mereka. Namun, tiba-tiba sebuah suara bariton memecah keheningan.
"Viola."
Langkah Viola terhenti seketika. Ia menoleh ke arah sumber suara dan matanya membulat sempurna. "Kamu!" serunya dengan nada terkejut bercampur keterkejutan, menatap sosok yang tak lain adalah mantan kekasihnya.
"Jadi, benar kata Tasya. Kamu meninggalkanku demi menikahi pria kaya itu? Apa aku kurang kaya, Viola?" tanya mantan kekasih Viola dengan nada penuh kekecewaan.
...Ucapan itu seketika membuat semua orang terkejut, termasuk Revan dan Nyonya Rose. Mereka tidak menyangka bahwa mantan kekasih Viola adalah seorang tuan muda dari keluarga yang kekayaannya tidak kalah dari keluarga mereka....
"Maaf semuanya, aku harus menyelesaikan ini," sela Viola dengan cepat. Ia meraih lengan mantan kekasihnya dan menariknya pergi tanpa menunggu respons dari siapapun.
"Revan!" sentak Nyonya Rose, memanggil Revan yang menoleh ke arah ibu tirinya dengan tatapan acuh tak acuh.
"Apa yang kamu tunggu? Cepat kejar istrimu!" perintah Nyonya Rose dengan heran melihat Revan yang tampak begitu santai.
"Biarkan saja. Lagipula, dia tidak mencintai gadis itu. Akan lebih baik kalau mereka bercerai. Lagian, pria tadi pun tak kalah tampan dan kaya. Aku yakin dia bisa membahagiakan Kakak Ipar," sindir Brian sambil duduk di samping Olivia, lalu meraih tangannya dan menciumnya dengan mesra.
"Hentikan omong kosongmu, Brian!" bentak Tuan Finn, menegur putranya.
...Dengan napas terengah-engah karena kesal melihat kemesraan Brian dan Olivia, Revan segera beranjak pergi menyusul Viola tanpa mengucapkan sepatah kata pun....
...(Di sisi lain)...
...Di balkon gedung yang tampak sunyi, Viola menghentikan langkahnya dan melepaskan cengkeraman tangannya pada lengan Anton. Ia berbalik menghadap mantannya itu dengan tatapan setajam silet....
"Untuk apa kamu datang ke sini, Anton?" tanya Viola dengan nada meninggi.
"Aku datang untuk membuktikan perkataan Tasya," jawab Anton dengan nada penuh amarah.
"Dan sekarang kamu sudah melihatnya sendiri, bukan? Jadi, kumohon, pergilah jauh-jauh dari kehidupanku," pinta Viola dengan suara tegas namun sarat akan kesedihan.
"VIOLA!" raung Anton, kedua tangannya mengepal erat, matanya menatap Viola penuh amarah dan terluka.
"Apa?! Dari dulu kamu tidak pernah percaya padaku! Padahal aku sudah sangat mencintaimu, Anton! Tapi apa balasanmu? Kamu malah memilih berselingkuh dengan Tasya, adikku sendiri!" pekik Viola, air mata mulai menggenangi pelupuk matanya saat bayangan dirinya memergoki Anton berciuman mesra dengan Tasya di sebuah taman kembali menghantuinya.
"Cinta?" Anton tertawa sinis, melangkah mendekati Viola dengan napas memburu karena amarah. Gerakan itu membuat Viola mundur secara naluriah, tanpa sadar. "Kalau saja ucapanmu itu benar, kamu tidak mungkin pergi menemui pria itu, kan?" desis Anton penuh penekanan.
"B-bagaimana kamu tahu?" tanya Viola lirih, mendongak menatap wajah Anton yang semakin mengeras. Ia menelan ludah dengan susah payah, merasakan ketakutan mencengkeram hatinya.
"Aku tahu karena ini." Anton merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel, dan menunjukkan dua buah foto kepada Viola. Foto pertama menampilkan Viola yang sedang bertemu dengan pria tua itu, dan foto kedua memperlihatkan Viola yang tertidur lelap di kamarnya dengan tubuh yang dipenuhi cupang bekas Revan.
"Kalian keterlaluan!" pekik Viola dengan nada penuh amarah.
"Apa seenak itu pria itu menidurimu hingga meninggalkan banyak bekas di lehermu?" tanya Anton dengan senyum dingin yang menusuk, tatapannya beralih dari kedua mata Viola, turun perlahan ke bibirnya.
"Itu bukan urusanmu!" sentak Viola, mendorong dada bidang Anton menjauh.
...Dengan kasar, Anton mencengkeram lengan Viola, menariknya paksa ke dalam pelukannya, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Viola....
"Selama satu tahun kita berpacaran, kamu bahkan tidak pernah mengizinkanku menciummu dengan berbagai alasan. Ternyata, kamu hanya berakting tarik ulur denganku, wanita liar," bisik Anton dingin, lalu menjauhkan kepalanya dan menatap kedua mata Viola yang kini dipenuhi air mata.
"Iya! Aku wanita liar! Memangnya kenapa?!" pekik Viola dengan murka yang membuncah.
"Berapa bayaranmu untuk semalam? Aku akan menidurimu di atas tumpukan uang dan membuatmu berteriak penuh gairah semalaman suntuk, Viola," ucap Anton penuh penghinaan, tatapannya merendahkan.
Deg!
...Jantung Viola berdebar kencang, tak beraturan, menatap wajah Anton yang dulu tampak lugu dan hangat, kini berubah menjadi dingin dan suram. Ucapan-ucapannya yang menghina semakin membuat Viola merasa terpojok dan terluka. Padahal, semua ini bukanlah kenyataan yang sebenarnya. Ia adalah korban dalam situasi ini....
(Bersambung)
...*Bonus*...
(Visual Anton)