NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

***

Naomi terdiam karena perkataan Leo yang menginginkan menjadi pacarnya. Naomi tidak bisa dan ia juga tidak mau. Ia tidak memiliki perasaan apapun pada Leo. Lebih baik ia jujur dan terus terang daripada Leo terus

mengharapkan perasaan seperti itu padanya.

“Maaf Leo, aku tidak bisa.”

“Kenapa? Apa karena kamu menyukai Yudistira?”

Deg!

Nama yang Leo sebutkan membuat jantung Naomi berdebar. Entahlah perasaan seperti apa pada Yudistira, yang pasti Naomi selalu nyaman berada di sisi pria itu. Orang yang menjaganya tanpa pamrih sama seperti ayahnya.

“Belajar dulu yang bener! Nilai masih nol aja ngajak Naomi pacaran nggak malu sama otak!” tiba-tiba Nara datang sambil melempar Leo dengan kertas.

“Ganggu aja lu setan!” sungut Leo kesal dengan Nara yang selalu mengganggunya berdua dengan Naomi. Nara seakan diciptakan untuk memisahkannya dengan Naomi.

“Minggir sana gue mau ke kantin sama Naomi.” Nara langsung menarik tangan Naomi menjauh dari Leo. Naomi bernapas lega untung saja Nara menyelamatkannya. Kalau tidak Leo akan terus mendesaknya.

“Makasih ya nar.”

“Santai aja Kitakan sahabat. Aku udah muak aja sama Leo gara-gara dia kita harus duduk terpisah.” Nara sangat membenci Leo. Bahkan ingin memakannya hidup-hidup. Karena terus menyingkirkannya bersama Naomi, padahal

merekakan sahabat.

“Menurut kamu siapa yang buang buku kamu tadi? Apa bener Cintya yang lakuin itu?” Nara masih penasaran dengan kasus aneh dikelasnya. Seumur hidup baru kali ini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ada orang yang membuang buku PR.

“Nggak tahu. Aku juga nggak bisa nuduh dia sebelum ada bukti.”

“Untung aja Leo nemuin buku kamu. Coba aja enggak pasti kamu dihukum. Ternyata Leo ada gunanya juga hidup. Biasanya nyusahin.” Naomi tertawa mendengar itu. Sedangkan Nara tersadar ia baru saja memuji Leo. Mahluk yang paling ia benci di bumi ini.

“Nanti sore jadikan ketemu Dewa.” Ucap Nara antusias. Lebih baik membahas Pandawa dari pada Leo yang tidak jelas. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hatinya.

“Jadi kok.” senyum Nara semakin lebar mendengar itu.

Ketika sampai di kantin, Nara langsung duduk di meja kosong sebelum ada yang menempati. Naomi mengikuti Nara, disaat itu pula kepala Naomi terasa pusing. Ia menunduk sambil memijat kepalanya.

“Kamu kenapa Naomi?" Tanya Nara khawatir menyadari sahabatnya sakit.

“Cuma pusing aja.” Jawab Naomi sambil mendongak menatap Nara. Tiba-tiba Nara terkejut melihat darah yang mengalir dari hidung Naomi.

“Kamu mimisan?” reflek Naomi memegang hidungnya mendengar pertanyaan Nara. Benar saja ada darah? Nara yang khawatir langsung mengambil tisu di meja kantin.

“Kita ke UKS aja gimana? Kamu kayaknya sakit? Mending kamu istirahat aja ya aku nggak mau kamu kenapa-kenapa.” Nara khawatir dengan keadaan Naomi. Bahkan membersihkan noda darah di hidung sahabatnya. Berbanding terbalik dengan Naomi yang hanya diam saja.

Naomi merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Bagaimana ia bisa mimisan? Perasaan penyakitnya sudah sembuh. Apa itu artinya transplantasi sumsum tulang belakang yang diberikan ayahnya gagal? Apa kemungkinan

penyakitnya kambuh kembali? Naomi menahan airmatanya untuk tidak menangis. Ia tidak boleh berpikiran seperti ini. Bisa saja mimisan ini terjadi karena dia kelelahan bukan karena leukemia.

Jonathan ayahnya sudah mengorbankan harta dan nyawa untuk kesembuhannya. Pengorbanan ayahnya tidak boleh sia-sia. Ia sudah sembuh. Naomi berusaha untuk berpikir positif, hidupnya sudah berat. Ia tidak memiliki

siapa-siapa lagi jika ia sakit siapa yang akan merawatnya nanti. Ia harus sehat.

“Naomi gimana kita ke UKS aja yuk?” ajak Nara.

“Nggak usah Nara, aku baik-baik aja. Cuma capek aja. Tahu sendirikan aku sekolah terus kerja sampai malam. Kayaknya badan aku terlalu banyak aku porsir.” Naomi meyakinkan dirinya sendiri jika mimisan yang terjadi pada

dirinya adalah faktor kelelahan bukan penyakitnya yang kambuh lagi.

“Em, gitu ya. Yaudah kamu duduk aja disini. Biar aku yang pesen makanannya. Kalau ada apa-apa teriak aja.” Ujar Nara dengan nada tidak yakin. Jujur ia masih khawatir dengan kondisi Naomi yang tiba-tiba pucat. Semoga saja

sahabatnya itu hanya sakit biasa bukan serius.

***

“Nara tolong jangan bilang ke Yudistira kalau aku tadi mimisan ya.” Pesan Naomi ketika mereka memasuki cafe moment. Sebelumnya Naomi sudah mengirimi Yudistira pesan mengabari bahwa ia ke cafe bersama Nara. Naomi

tersenyum mengingat itu, ia merasa seperti kekasih Yudistira harus mengabari hal kecil seperti ini.

“Oke siap.” Demi bisa bertemu Sadewa Nara siap melakukan apapun.

Hari ini Sadewa ada jadwal manggung di cafe moment milik Yudistira. Maka dari itu Naomi berani mengiyakan permintaan Nara. Naomi belum berani untuk berkata pada Sadewa jika temannya ingin bertemu,

lebih baik di pertemukan dengan cara seperti ini. Nanti Naomi akan langsung masuk ke dalam dapur mulai bekerja. Sehingga Nara tidak mengganggunya.

“Kamu pilih duduk di depan aja. Soalnya nanti Sadewa bakal nyanyi. Aku masuk ke dapur ya buat kerja.”

“Loh kok aku ditinggal.”

“Maaf ya Nar, aku kan disini kerja. Jadi nggak bisa nemenin kamu. Nanti aku dipecat sama Kak Yudistira.”

“Yaudah deh nggak papa yang penting aku bisa lihat Dewa nyanyi.” Mood Nara yang awalnya buruk langsung membaik hanya karena memikirkan Sadewa. Sedangkan Naomi hanya menggelengkan kepala dengan tingkah sahabatnya. Benar-benar labil.

Naomi kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan karyawan mengganti baju. Ternyata hidup seakan semuanya baik-baik saja itu berat. Diusianya yang masih muda harus dipaksa dewasa. Naomi memejamkan matanya sejenak, lalu melanjutkan langkah menuju dapur. Ia harus bekerja dan mengumpulkan uang untuk bertahan hidup.

“Nanti malam kita latihan motor lagi.”  Suara Yudistira menghentikan langkah Naomi. Gadis itu berbalik menghadap Yudistira yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.

Naomi hampir melupakan beban hidupnya yang satu itu. Ia masih terkejut dengan peristirahatan tadi pagi mengenai buku tugasnya yang hilang. Lalu hidungnya yang tiba-tiba mimisan dan sekarang tantangan balapan dari Tuan muda Vano.

“Iya kak, tapi bentar aja bolehkan. Aku ada tugas bahasa inggris.” Naomi masih memiliki tanggungan, meski mata pelajaran bahasa Inggris masih lama. Namun Naomi tidak suka menunda-nunda mengerjakan tugas. Baginya

semakin ia tunda maka akan semakin banyak tugasnya.

“Oke. Jangan terlalu dipikirin balapan sama Vano.”

“Iya kak.”

“Udah makan?”

“Udah kak.”

“Muka kamu pucet? Kamu sakit?” nada suara Yudistira berubah jadi khawatir. Namun belum sempat Naomi membalas pertanyaan dari bosnya, Bima dan Sadewa datang membuat kisruh.

“Cie perhatian sama kakak ipar kecil.”

“Mau juga dong diperhatiin.”

“Jomblo menangis melihat keuwuan ini.”

“Romantisnya kakak pertama kita.”

“Diam-diam menghanyutkan ternyata punya jiwa fuckboy.”

Yudistira mengusap wajahnya kasar karena tingkah kedua adiknya. Ia menatap adik-adikya itu dengan tatapan tajam. Seolah dengan tatapan bisa membunuh. “Pergi dari sini atau mati.” Kemudian Bima dan Sadewa langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

“Maaf kak aku ke dapur dulu.” Naomi tidak ingin membuang waktunya untuk terus berbicara dengan Yudistira, sekaligus ia tidak ingin bosnya tahu jika ia sakit. Jika Yudistira tahu tadi ia mimisan, maka pria itu pasti akan menyuruhnya pulang dan istirahat. Naomi tidak ingin terus menerus membebani Yudistira.

“Kalau sakit istirahat, jangan memaksakan diri.” ujar Yudistira sambil mengusap kepala gadis itu.

“Iya kak,” balas Naomi dengan senyum bahagia karena sentuhan pria itu. Ia teramat beruntung dipertemukan orang baik seperti Yudistira. Ia seperti memiliki harapan untuk bahagia.

***

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!