NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 18. Sudah Berdamai?

"Cantik banget!" Ujar Divi melihat poto profile seorang artis yang namanya tengah naik daun karena sebuah film layar lebar yang dibintanginya sukses besar.

"Siapa yang lebih cantik dari istriku?" Suara itu membuat tiga wanita di ruang tunggu itu membeku seketika. Tidak ada satu pun dari mereka yang akan mengira kalau acara makan siang Arkael bisa begitu singkat, bahkan tidak sampai dua puluh menit.

"Arkael..." Divi berkata lirih sambil menyerahkan kembali ponsel Seli kepada pemiliknya. "Nggak jadi makan?" tanya Divi lembut, tentu saja sebagai pengalih perhatian pria itu.

"Ah, setelah kupikir, lebih baik pesan on line saja, jarak kantinnya cukup jauh, cari restoran terlalu membuang tenagaku. Jadi, kupesan on line, jadi bisa sekalian kamu ikut makan." Arkael sudah duduk kembali di sisi Divi, sementara Seli dan Arin kembali berdiri dan menjaga jarak dari Tuan dan Nyonya mereka.

"Pak Bimo?"

"Dia menunggu di depan lobi."

Divi mengangguk.

"Apa yang sedang kalian lihat tadi?" tanya Arkael sambil menyender pada bahu Divi, dia tidak pura-pura, tapi tubuhnya cukup merasa lelah, mungkin karena ini adalah kali pertama dia mendonorkan darah, dan langsung cukup banyak.

"Hanya trailer film yang katanya lagi viral." kata Divi menjelaskan senatural mungkin.

"Kamu mau nonton film?" tanya Arkael tanpa nada curiga.

Pelan-pelan Seli dan Arin menghela napas lega.

"Ya mungkin nanti kalau Ibu sudah sehat, tadi Seli hanya menunjukkan film-film yang bagus untuk mengalihkan perhatianku saja."

"Kenapa? Tangan kamu dingin lagi?"

"Sempat dingin tadi." jawab Divi berbohong untuk menyelamatkan Arin, Seli juga tentu saja harga dirinya. Tidak mungkin dia mengatakan pada Arkael kalau dirinya penasaran dengan sosok mantan kekasih pria itu. Bisa-bisa Arkael besar kepala dan menganggap Divi mempunyai rasa padanya, dan yang paling parah, Divi bisa kena pinalti karena dalam perjanjian kesepakatan, tertulis pada salah satu poin bahwa selama kesepakatan berlangsung kedua belah pihak tidak boleh sampai ada rasa suka apa lagi jatuh cinta. Tentu saja jika Divi sampai terbawa perasaan oleh sandiwara ini atau diduga mempunyai perasaan lebih kepada Arkael, bisa-bisa Divi tidak mempunyai tabungan ketika nanti dia menjanda.

"Apa yang membuat mereka dingin, hmm?" Arkael meraih kedua tangan Divi, menggenggam juga mengusapnya. "Ibu sudah mulai stabil, jangan khawatir, oke?"

Divi mengangguk sambil menyunggingkan senyumannya. Ia merasai kelembutan dan kehangatan yang menjalar dari telapak tangannya, kehangatan yang diberikan oleh tangan besar Arkael. Divi tahu, ia salah karena mulai merasa nyaman dengan genggaman tangan itu, tapi tubuhnya seolah mempunyai pikirannya sendiri.

Satu jam kemudian setelah Arkael merasa tubuhnya mulai merasa lebih baik, dan Divi juga sudah memaksakan perutnya diisi atau Arkael yang akan menyuapininya, dokter dan perawat keluar dari ruang operasi, dengan ekspresi yang membuat hati tenang, sang dokter menyatakan operasi telah berhasil, Ibu Inna pun juga telah berhasil melalui masa kritisnya dan kondisi saat ini sangat stabil.

Penjelasan dokter membuat Divi secara refleks memeluk Arkael, erat. Dan pelukan itu, entah bagaimana mengalirkan sesuatu dalam benak Arkael, sesuatu yang membuat darahnya berdesir. Aroma mawar dan vanili yang segar juga manis menyapa indra penciuman Arkael yang sebelumnya tidak dirasakan olehnya. Tubuh Divi yang menempel pada tubuhnya tanpa adanya jarak membuat Arkael ingin mendekapnya lebih kuat. Sentuhan kulit Divi pada kulitnya membuat Arkael ingin merasai lebih jauh.

Astaga! Ini gila!

"Terima kasih karena sudah menolong ibu!" kata Divi tulus, kedua matanya berkaca-kaca menatap mata Arkael. Tatapan mata yang membuat Arkael tenggelam sesaat sebelum disadarkan oleh pergerakan Divi yang melepaskan pelukannya untuk beralih memeluk Seli dan Arin.

Arkael menatap kedua tangannya yang kosong, ada setitik perasaan tidak rela ketika Divi melepaskan pelukannya, tiba-tiba saja dia merasa kosong. Kepalanya terangkat dan matanya menangkap bagaimana Bimo tersenyum penuh sindirian kepadanya.

Ah, sial!

* * *

Langit sudah gelap ketika Bimo mengantar Arkael pulang, tanpa Divi, karena Divi meminta untuk menemani ibunya di rumah sakit ini paska operasi. Arkael memberikan ijin, hanya jika Divi mau bergantian berjaga dengan Arin, esok dia akan datang menjemput Divi pulang dan beristirahat.

"Kelihatannya udah ada yang rindu istri, nih." Celetuk Bimo dari balik kemudi.

"Shut up!"

"Hahahahhahah!"

"Bim, lo udah bosan kerja sama gue?"

"Oke, sorry, sorry." Bimo buru-buru menutup mulutnya meski sisa tawanya masih terlihat pada senyuman jahil yang menggantung pada wajahnya. "Lagian ngelamun aja dari tadi, kayak orang lagi merindu."

"Merindu? Sama Divi? Ck! Nggak usah ngawur! Dia bahkan nggak mendekati tipe ideal gue." Sangkal Arkael.

"Tapi jujur nih, El, kadang gue suka takjub aja sama akting lo, bisa se-real itu loh. Si Divi malah kadang masih kelihatan gugupnya, tapi lo...wah, asli keren! Bisa jadi saingan terberat Rezah Rahardian sih."

"Berisik."

"Kadang gue mikir, lo itu emang sejago itu aktingnya, atau memang pake hati melakukannya."

"Bim,"

"Ya?"

"Besok lo urus surat pengunduran diri lo."

"Hahahahahahaha!"

* * *

Di dalam kamar yang diterangi pencahayaan dari lampu meja tepat di samping tempat tidurnya, Arkael masih membuka matanya, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong tapi pikirannya penuh. Dia bergerak menghadap jendela, dimana sofa panjang yang biasa ditempati Divi beberapa hari ini berada. Sofa itu kosong, tapi bibir Arkael bergerak melengkung ke atas, ia teringat bagaimana karakter gadis itu saat tidur, sungguh di luar nalar.

Detik berikutnya, Arkael tersadar dengan apa yang terjadi pada dirinya, buru-buru dia menghempaskan senyuman itu dari bibirnya. Tangannya meraih ponsel, mengecek sosial media yang masih memviralkan unggahan siapa pun saat kejadian di kantin kantor. Viralnya unggahan itu memang sangat dinantikan olehnya, karena dengan begitu sang mantan dapat melihat bagaimana berbedanya Arkael saat ini, tapi yang ada dalam pikiran Arkael saat menonton kembali unggahan itu, bukan lah tentang Rana atau membayangkan bagaimana jika tujuannya tercapai, melainkan ia merasa puas karena telah menyingkirkan orang-orang yang menjelekkan dan menyebarkan rumor tentang Divi.

Ini aneh, sungguh tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.

Pikiran randomnya beralih ke moment disaat Divi bercerita tadi tentang film yang viral, tiba-tiba muncul begitu saja keinginan samar untuk membawa Divi nonton di bioskop. Ibu jarinya bergerak begitu saja membuka aplikasi untuk melihat film apa saja yang sedang di putar di bioskop.

Beberapa poster dari film yang sedang tayang di bioskop pun muncul di layar ponselnya, saat ia menggulir tampilan layarnya ekspresinya berubah datar.

Wajah wanita itu ada dalam poster film. Wajah Rana.

Arana...

Ada rasa kecewa, ada rasa kesal, ada juga rasa marah yang berputar kini di dalam dadanya. JIka dua bulan lalu dia masih merasakan rasa sesak dan getar dalam hatinya yang patah, kini dia malah tidak merasakan lagi sesak itu, bahkan ingatan saat Rana meninggalkannya tak lagi membuatnya sakit.

Apakah apa yang dikatakan orang-orang tentang waktu yang menyembuhkan luka akhirnya bekerja kepadanya? Atau kah karena sebab lain hatinya kini bisa berdamai dengan masa lalunya?

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
Umie Irbie
othooooor random bangeeeet dewhhh,. masa rumahnya kael yg mewah ada tokek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪
Umie Irbie: wahhahahahahaha,. 🤣🤣🤣🤣🤣 di hotel pulaaaa 😒😒😒🤣🤪
Kiky Mungil: mending kalo di rumah, tapi ini di hotel kak, eh, tokeknya juga mau ikut bobo dihotel kayaknya 😅😅😅
total 2 replies
Boma
kirain ada yg ngetuk pintu,eh toke😄ada2 saja
Kiky Mungil: tokeknya jadi room service 😅
total 1 replies
Boma
apa dia bilang wc ya ujungnya😁
Umie Irbie
duuuuh,. bahasa inggris yaks😒😣 artinya apaan siii,. masa kudu copy paste dulu ke google transit 😏😣😒
Kiky Mungil: jangan kak...bahaya artinya 😋😋
total 1 replies
Umie Irbie
hahahaah,. baca nya sweet bangeeet siiiii 🤣🤭🤭
Umie Irbie
hahahaha,. hukuman nya kok enak sekali yaaaaa 🤣
Boma
WAK WAW ngambil kesempatan dlm kesempitan kael😄
Umie Irbie
hahahahahah,. arkael mesuuuuuuum🤣🤣🤣🤣🤣
Boma
pokus pokus aja terus kael
Muri
buat kaelnya bucin ya thour
Muri
kayanya bukan mmh kandung kael lh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!