NovelToon NovelToon
Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:spiritual / Reinkarnasi / matabatin
Popularitas:21.8k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Dituduh sebagai pemuja Iblis, Carvina melakukan bunuh diri dengan meminum racun.
Terombang-ambing dalam kegelapan sembari membawa luka dan menjadi tawanan iblis, tiba-tiba saja dia terbangun dalam tubuh seorang anak kecil yang ternyata memiliki keterbelakangan mental.
Diperlakukan layaknya hewan, dia mulai membalas perlakuan mereka satu persatu.
Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Delapan Belas

Tiga Tahun kemudian.

'Dor!'

'Brukh'

"Yes! Aku dapat!" Seru seorang gadis cantik berusia sekitar dua belas tahunan sambil meniup senapan anginnya dengan bangga. Gadis cantik itu menatap pria dewasa dengan wajah tertutup masker yang hanya bisa menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

Senyum bangga terbit di balik wajah yang tertutup masker. Pria itu menghampiri gadis cantik itu dan menyerahkan senapan anginnya yang diterima dengan senyum mereka oleh gadis itu.

Mereka adalah Ragna Leonora dan Erlando Leonardo. Setelah berhasil selamat dari kecelakaan tiga tahun lalu, mereka memutuskan tinggal di sebuah desa yang terletak di pinggir kota G. Menjalani hidup sederhana sebagai seorang montir dan membuka warung makan kaki lima di malam hari. Dia juga memiliki sepuluh hektare lahan pertanian yang dikelola langsung oleh penduduk sekitar serta tiga buah tambak ikan.

Sementara Alandro memilih membuka sebuah klinik kesehatan dan kecantikan. Pria itu menggabungkan pengobatan tradisional dan modern atas ide dari Ragna, tak lupa dia juga meracik obat serta kosmetik dari bahan tumbuhan.

'Brukh!'

"Kau benar-benar hebat, Kitty!" Puji Leon sambil meletakkan seekor rusa yang telah mati terkena tembakan tepat di kepalanya. Pria itu menatap Ragna dengan bangga, "Hanya seminggu kau sudah mahir membidik rusa ini."

"Ayah yang mengajariku dengan sabar, jadi itu semua berkat Ayah." Sahut Ragna merendah.

'Drap' 'Drap' 'Drap'

Beberapa orang muncul dari balik semak sambil membawa senapan. Mereka menghampiri pasangan ayah anak dengan terengah-engah.

Mereka adalah sekelompok pemburu yang ada di desa. Leon dan Ragna mengikuti mereka untuk berlatih membidik. Dan siapa sangka, mereka bertemu seekor rusa besar dan berhasil membidiknya dalam sekali tembak.

"Sudah dapat?" Tanya salah satu diantara mereka.

"Sudah, Paman." Ragna menjawab sambil menunjuk pada seekor rusa yang tergeletak di kaki Leon.

"Akhirnya kita mendapat seekor rusa besar! Ayo kita bawa pulang!" Seru salah satu pria yang ada di sana. Mereka bertiga membantu Leon menggotong rusa itu dan membaginya pada rekan-rekan lainnya.

Ragna memasuki sebuah rumah besar berlantai dua dengan tubuh kotor sambil menenteng daging rusa. Gadis itu menuju dapur dan menyusun daging itu di dalam kulkas.

"Hebat, ya! Jam segini baru pulang! Habis main dari mana kamu?! Masih kecil sudah belajar jadi jalang!" Cerca seorang wanita dengan nada membentak.

Ragna menoleh kearah seorang wanita cantik dengan tatapan datar dan kembali menyusun isi kulkas. Setelah selesai, gadis itu menutup kulkas dengan keras dan melengos pergi meninggalkan wanita itu.

Wanita itu adalah ibu tiri Ragna, Arina yang sengaja menjebak Leon dua setengah tahun lalu. Sikapnya sangat berbeda jika tidak ada Leon. Dia akan bersikap lembut di hadapan Leon dan memakinya jika pria itu tidak ada di rumah.

"Aku bicara padamu, Anak sialan!" Maki wanita itu seraya mengikuti Ragna yang hendak menuju tangga. "Lihat Althea, adikmu. Dia tidak keluyuran tidak jelas seperti mu!"

"Ragna bersamaku." Suara pria bernada dingin membuat Arina tersentak dan menatap ke arah Leon yang berjalan kearah mereka dengan senapan angin masih menggantung di bahunya. Pria itu melemparkan tatapan dingin pada istrinya yang terpaksa dia nikahi dua setengah tahun lalu itu, "Ada masalah jika dia pergi bersamaku?"

Arina tergagap. Wanita itu meremas kedua tangannya gugup. Keringat dingin membasahi tubuhnya.

"Sial. Apa dia mendengarkan perkataanku? Aku harus membuatnya membenci anak sialan itu." Batinnya sambil melirik sekitar dengan panik.

Ragna menyeringai tipis mendengar isi pikiran wanita yang berstatus ibu tirinya. Dia tidak mengharapkan pembelaan dari pria yang berstatus sebagai ayahnya, mengingat hal seperti ini sudah berkali-kali dia alami di masa lalu.

Arina menormalkan ekspresinya dan menatap Leon dengan sedih, "Aku hanya menegurnya dan dia memarahi ku. Dia membentak dan mendorong ku. Maafkan aku, mungkin aku bukan ibu yang baik untuknya."

Ragna menaikkan sebelah alisnya dan melirik Leon yang kini menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Ragna mengangkat bahu tak acuh.

Leon melengos begitu saja, meninggalkan Arina dan berjalan mendekati Ragna. Wanita itu tersenyum mengira Leon akan memarahi gadis yang baru beranjak remaja itu. Tetapi senyumnya luntur saat mendengar ucapan lembut pria itu pada putrinya.

"Apa kau sudah meletakkan dagingnya dengan benar? Jika sudah, ayo kita beristirahat. Besok kau sekolah, kan?"

Ragna mengerjapkan matanya. Tidak seperti dimasa lalu, dimana dia selalu di salahkan jika ibu tirinya mengadu yang tidak-tidak. Meskipun dia melihat semuanya.

"Ah, baik, Ayah."

Arina menghentakkan kakinya kesal saat melihat pasangan ayah anak itu meninggalkan dirinya begitu saja.

"Aku percaya denganmu." Ucap Leon sambil menatap Ragna dengan hangat.

Gadis itu menoleh. Terlihat mata pria itu menyipit dan menampilkan senyum di balik maskernya, "Karena kau putriku."

Ragna melemparkan senyum tulus yang jarang diperlihatkan, "Terimakasih, Ayah."

Ragna yang baru selesai membersihan diri hanya bisa menatap datar seorang gadis seusia dirinya yang tengah mengacak-acak meja belajarnya.

Gadis itu, Althea. Saudara tiri yang tidak memiliki hubungan darah dengan Leon. Dia adalah putri dari Arina, terkenal dengan sikap lemah lembut dan baik hati, serta terkenal pintar di kalangan guru. Hal itu membuatnya sering dibeda-bedakan sejak setahun lalu.

"Sedang apa, kau?" Tanya Ragna dingin. Gadis itu tidak menyukai seseorang mengacak-acak kamarnya tanpa ijin. Jika saja di dunianya dulu, Ragna mungkin bisa menyuruh prajurit menghukumnya dengan cambukan.

Althea tersentak kaget dan membalikkan badan. Ragna melihat meja belajarnya berantakan menggeram marah.

"Keluar dari kamarku!" Seru Ragna dingin.

"A-aku..." Dia meremas jemarinya dan netra cokelat gadis itu melirik sekitarnya dengan gelisah. "Aku ingin meminjam bukumu." Cicitnya sambil mengambil sebuah buku milik Ragna secara acak.

"Keluar sebelum kau menyesal!" Desis Ragna dingin.

Althea gemetar ketakutan saat melihat ekspresi Ragna yang begitu dingin dan kejam. Segera gadis itu pergi keluar dan tak sengaja menyenggol senapan angin yang tergantung di dekat meja belajar milik Ragna.

'Brakh'

'Prank!!'

'Dor'

"Kyaaa!!"

Senapan angin itu terjatuh menimpa beberapa belati yang terpajang di sana, membuat Althea menjerit histeris. Untungnya tidak ada peluru di dalam senapan itu, sehingga tidak melukai Ragna.

Suara ribut-ribut itu membuat Arina mendatangi kamar Ragna. Dia segera memeluk Althea yang kini menangis histeria dan menatap Ragna dengan benci.

"Apa yang kau lakukan pada putriku, Anak sialan?! Selain menghasut suamiku agar mengabaikanku, kau juga berniat membunuh putriku?!"

"Dia yang masuk tanpa ijin dan begitu ceroboh. Siapa juga yang ingin membunuh beban tak berguna yang bisanya mencuri dan menangis seperti dia? Buang-buang waktu saja." Ragna menjawab datar tanpa ekspresi.

'Plak!'

Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di wajah Ragna. Kerasnya tamparan itu membuatnya tertoleh dan terlihat jejak kemerahan cap jari tercetak jelas di sana.

Ragna menatap mereka dalam diam. Ingin sekali dia membalas dua wanita itu, tapi dia urungkan saat matanya tak sengaja melihat Leon yang mematung di pintu kamarnya dengan ekspresi gelap yang tak pernah dia lihat sebelumnya.

"Dasar anak tidak berguna! Anak haram! Kau berniat membunuh saudarimu sendiri, begitu?!"

Leon yang melihat bagaimana istrinya memarahi Ragna meneteskan air matanya. Ragna, meskipun keponakan yang dia angkat sebagai putrinya, dia bukanlah anak haram. Dan kata-kata itu terlalu menyakitkan untuk seorang gadis yang baru beranjak remaja.

"I–ibu... Hiks... Sudah. Jangan marahi kak Ragna, hiks... Aku yang salah... Aku memasuki kamarnya tanpa ijin dan menyenggol meja belajarnya. Aku tidak sengaja, Ibu. Hiks... Jika saja aku berhati-hati, aku tidak akan membuatnya begitu marah."

"Kau lihat bagaimana Althea membelamu? Kau bahkan tidak punya sopan santun sebagai seorang anak! Kau sangat jauh berbeda dengan Althea yang lemah lembut!"

"Kalau begitu, bawa pergi anakmu dari hadapanku." Desis Leon dingin membuat ketiganya menoleh. Wajah Arina memucat seketika.

"Le–Leon?"

Leon menatap Arina dingin, "Aku tidak menyangka selama dua tahun ini kau menyiksa mental putriku dengan kejam. Kalau kau keberatan dengan kehadiran putriku, kau bisa menikah dengan orang lain dan buka dengan seseorang yang sudah memiliki anak."

"Tidak! Bukan begitu!" Panik Arina dengan keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Dia tidak ingin berpisah dengan Leon, mengingat pria itu memiliki kekayaan yang begitu banyak.

Ragna yang mendengar isi pikiran mereka hanya bisa menghela nafas. Manusia di depannya begitu tamak akan harta. Selama dua tahun ini, Leon sudah memperlakukan mereka dengan baik, tetapi keduanya semakin menjadi-jadi.

Ragna yang kasihan membantu Leon, bahkan menjadi pembantu di rumahnya sendiri, sementara Arina hanya sibuk bermain ponsel dan bermalas-malasan serta menghabiskan cukup banyak uang. Dia bahkan tidak melakukan pekerjaan ibu rumah tangga pada umumnya atau membantu Leon mengurus kebun.

"Lalu, apa yang aku dengar dan lihat ini? Mendidik atau mencacinya?"

Arina menunduk. Matanya bergerak gelisah mencari jawaban.

Leon berjalan mendekati Ragna. Dia mengusap pipi putrinya yang terdapat jejak merah di sana.

"Selama dua tahun ini, aku menghargaimu sebagai seorang istri, meskipun semuanya dikerjakan putriku sendiri, bahkan mencucikan pakaian milikmu dan putrimu. Sebagai seorang ayah, aku tidak terima dengan sikapmu yang pilih kasih." Leon melirik Arina tajam.

'Sial! Bagaimana dia bisa tau? Apakah anak sialan itu mengadu? Aku harus menyingkirkannya.' Batin Arina marah.

"Aku berpikir, setelah beberapa waktu, aku akan membuka hati padamu. Ternyata tidak. Kau menyiksa putriku secara fisik dan mental selama ini." Leon menarik nafas panjang.

Ragna menatap Leon yang kini menatapnya dengan meneteskan air mata di depannya. Terlihat gurat penyesalan di mata pria yang menggunakan masker itu.

Leon tidak ingin menyakiti Ragna lebih dari ini. Meskipun gadis seusianya membutuhkan sosok seorang ibu, tetapi jika wanita itu memperlakukan putrinya dengan kejam, Leon terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat.

"Kita berpisah saja. Aku tidak ingin kehilangan putriku lagi."

Perkataan Leon membuat Arina menangis histeris dan berniat menyerang Ragna. Dia menyalahkan Ragna atas apa yang terjadi.

"Dasar anak iblis! Seandainya saja kau tidak lahir, semuanya pasti tidak akan terjadi!"

"Jangan sakiti putriku!" Leon berteriak, membuat mereka tersentak. Baru pertama kalinya mereka melihat Leon semarah ini.

"Kenapa kau membelanya?! Dia hampir saja membunuh putriku?!"

"Karena dia putriku! Aku mengenalnya sebelum mengenalmu! "

"Bagimu aku ini orang asing? Kalau begitu cerai saja! Aku muak denganmu, Leon!"

"Baik! Kalau itu keinginan mu!"

Arina menatap Leon tak percaya. Semudah itukah mereka berpisah?

Seringai terpatri di wajah wanita itu.

"Kalau begitu, aku meminta harta gono gini. Separuh dari tanah milikmu menjadi milikku, bagaimana?"

Leon menatapnya tak habis pikir. Dia membeli tanah ini dengan uangnya sendiri saat masih lajang. Senyum smirk terpatri di wajah tampannya, "Kau menginginkan tanah milik orang lain? Asal kau tau, tanah yang aku beli ini bukan milikku."

Arina menatap Leon tak percaya.

Dia ingat, dulu desa ini sempat heboh saat mendengar seorang pria membeli sebuah rumah beserta tanah sepuluh hektare, tak ketinggalan beberapa tambak yang membuat banyak orang penasaran seperti apa sosok yang membeli tanah tersebut.

Mereka akhirnya melihat seorang pria memakai masker bersama seorang gadis kecil yang cukup imut tinggal di kediaman ini, kediaman yang diabaikan karena rumor yang beredar cukup simpang siur.

Setelah enam bulan, banyak wanita mencoba mendekati Leon. Bahkan mereka juga bersikap manis di depan Ragna. Tak sedikit juga orang-orang menawarkan anak mereka pada pria itu.

Arina yang saat itu baru ditinggal pergi suaminya merantau memilih mendekati Leon dan menjebak pria itu. Di suatu malam, Arina sengaja memesan makanan di warung kaki lima Leon dan berteriak minta tolong. Dia mengatakan jika pria itu hendak melecehkannya.

Entah siapa yang memulai, mereka beramai-ramai menghakimi Leon. Hingga akhirnya sang kepala desa datang melerai dan menikahkan mereka malam itu juga.

Dengan senyum tersungging di bibirnya, dia mengikuti Leon pulang dan melihat seorang gadis kecil menatap mereka dengan dingin di rumah pria itu.

1
Fatin Fiqah
Luar biasa
safira
cerita menarik tapi membinggungkan..sbb tadinya d cafe dengan pamannya serta dokter jushua kenapa tetiba ada adik dari sebelah bapanya..dan berani keluar sulur berduri..bukan ka d tempat awan..🤔
Daniela Whu
ivanka kan seharusx nama perempuan ya 😏 kok ini jd nama cowok 🤭
Cahaya yani
akhr ny raja iblis kmbli
Cahaya yani
lah iy tinggalkn sja
nury
Luar biasa
Daniela Whu
astoge mulut anak SD lo itu sdh kyak mulut jalang
Cahaya yani
sampah teriak sampah
Lina Sofi
jgn kelamaan up thor ak nungguin g nongol2 sedih/Cry//Cry//Cry/
Lina Sofi
bantai musuh2y leon alan
Suzana Diro
jeremy nya cool sekali
Daniela Whu
ragna sama leon juga dokter siapa itu belum balas dendam ke orang" yg berniat membunuh x kh
Daniela Whu
kok bisa leon berubah jd iblis ya gimna cerita x awal kn dia cuma pemuda biasa gk ada tuh hawa" keiblis san
Tati Suriyati
lanjutkan ceritanya, menarik menegangkan 😊
deria
wah thor lama amat upnya😂
siapa tuh yang punya aura hitam😣
Lina Sofi
bumi hanguskan tuh desa
Daniela Whu
la kapan nih mereka balas dendam ke keluarga yg telah membuat mereka hancur? kok sdh lain lg ceritax
Lina Sofi
keren thor up kurang thor
deria
ayo ragna santet aja dia kayak dulu nyantet lina biar sekalian tuh ama anaknya😂😂😂 kalo dah cerai dari ayahmu🤣🤣🤣
Lina Sofi
bodoh cerai aj damai hidup bertiga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!