Draw In A Megical Fantasy

Dikamar, Sarah sudah mulai merapikan barang-barang dibantu oleh Clara.Dirinya akan kembali kekota dengan Haris yang mengantarkannya.

Sebelum jam makan siang,sudah terlihat dua kendaraan SUV jenis robicon dan compass memasuki pekarangan rumah.Dari tampilan sepertinya ini kendaraan yang Langit maksud akan menjemput Haris dan Sarah.

Jalanan menuju desa Sureti sebenarnya memiliki lintasan off-road yang ringan,jadi jika tidak jenis jeep-pun sebenarnya bisa melintas,tapi entah kenapa jenis yang datang seperti ini,hingga mencuri perhatian warga.

"Apa mereka pikir kau yang akan pulang?" Rio bertanya pada Langit dengan terus memandang dua kendaraan yang masuk kedalam halaman dan kini berhenti tepat didepan mereka.

Langit hanya diam,dia berdiri disamping Rio.Salah satu pria keluar dari kendaraan jenis robicon, ia menghampiri Langit,sedikit menunduk memberi hormat pada anak majikannya.

"Kalian hanya berduakan?" tanya Langit.

"Iya,tuan muda"

Langit ingin memastikan apakah anggota ayahnya hanya berdua atau ada yang lain.

"Baguslah,aku hanya minta kalian bersiap jika aku butuh bantuan"

"Apa ada masalah,tuan muda?"

"Tidak" jawab Langit

"Apa ayah tahu tentang ini?" Langit tetap bertanya,meskipun Langit tahu bahwa tidak ada yang bisa ia sembunyikan dari ayahnya yang seakan memiliki mata dan telinga dimanapun.

"Maaf tuan muda,semuanya tetap harus saya laporkan pada asisten Rey".Benarkan,jika sudah diketahui kaki tangan ayahnya, itu berarti hal ini akan segera sampai pada ayahnya atau bahkan, sudah masuk dalam telinga orang tua itu.

"Lang ajak mereka makan siang dulu" suara Clara muncul dari balik pintu,meminta Langit untuk membawa dua anggota ayahnya untuk makan siang bersama.

Dua orang yang dimaksud saling pandang,merasa tidak percaya di ajak makan siang bersama dengan tuan mudanya.

"Ayo pak,masuk kita makan siang dulu" Clara berucap pada mereka yang kini menatap takut pada Langit.

Langit hanya mengangkat dagunya kecil,memberi kode agar mereka mengikuti ajakan Clara.

"Kau terlihat seperti majikan yang menakutkan" celetuk Rio yang kini melangkah beriringan dengan Langit."Syukur nyonya-nya baik hati" Rio sampai menggelengkan kepalanya,Langit ini benar-benar es.

Mereka semua makan siang bersama dengan tambahan dua anggota Langit.Selesai makan Sarah mengeluarkan barang-barangnya dari dalam kamar,anggota ayah Langit yang melihatnya ingin menarik koper Sarah tapi sudah terlebih dulu dijangkau oleh Haris.

Haris meminta satu kunci mobil agar diberikan padanya,dia berniat menyetir sendiri sampai kekota dan mengantar Sarah kerumahnya.

"Kesempatan jangan sampai lepas,atau kau akan tersingkir seiring waktu, karena hiruk pikuk para pria kota" suara Rio menghantui langkah Haris yang tangannya memutar-mutar kunci mobil

Haris melirik Rio dengan sebelah alisnya yang terangkat."Pikirkan saja bagaiman caranya kau bisa lepas dari dendam Reta.Aku jamin dia tidak akan melepaskan mu!" berbalik kini suara Haris yang menghantui Rio.

Haris melangkah lebih cepat mendahului Rio,bergegas membuka pintu bagian depan untuk Sarah.Mereka menggunakan mobil jeep robicon, karena kata Langit ini mobil pribadinya,dan kendaraan lain digunakan dua anggota ayah Langit.

Kendaraan mulai melesat meninggalkan rumah.Haris melirik Sarah yang ada disebelahnya yang sedang mengemudi.

"Senin mereka juga akan kembali kekota"

Melihat raut wajah Sarah yang sedih,Haris berusaha menenangkannya.Sarah tersenyum kecil,Clara sudah mengatakan padanya,mereka hanya akan seminggu berada didesa seperti rencana awal.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang, dibelakang anggota ayah Langit mengikuti.

Perjalanan kekota cukup memakan waktu,butuh empat jam untuk keluar dari desa Sureti hingga mencapai jalan tol.Selanjutnya satu sampai dua jam menuju rumah Sarah,jadi diperkirakan mereka akan sampai malam hari.

Sudah lumayan jauh berkendara Haris meminta mobil yang mengikutinya untuk bergerak mendahului,rasanya kurang nyaman jika diawasi seprti itu,meski mereka tidak berniat jahat.Entahlah rasanya itu hanya alasan Haris saja.

"Kenapa minta mereka duluan?" tanya Sarah.

Haris tersenyum."Biar bisa berduaan sama kamu".

Sarah yang mendengarnya merona,pipinya sudah memerah seperti terbakar,ia memilih menunduk tak berani bertatap dengan Haris.

"Sarah" panggil Haris.

Sarah menoleh, menatap Haris.

"Apa sekarang kau sudah merasakan sesuatu pada diriku?" dengan tetap fokus menyetir haris melempar tanya pada Sarah.

Sarah diam.Jika didekat Haris dia gugup dan salah tingkah,pria disampingnya ini benar-benar bisa bikin detak jantungnya tidak beraturan,dan Sarah belum bisa mengartikan semua itu,dia nyaman jika berada didekat Haris, terlebih dalam dekapan pria chindo ini.Ya Tuhan ,Sarah kenapa kau memikirkan itu.Sarah sedikit merutuk dalam hatinya.

"Kenapa?" Haris melihat Sarah yang menggelengkan kepalanya.

"Ha..." Sarah melongo,dia benar-benar tidak fokus.

"Kamu menggelengkan kepala,apa ada masalah?" tanya Haris.

"Tidak,tidak apa-apa" jawab Sarah.

"Apa juga tidak ada rasa atau kesempatan untuk ku?" sungguh Haris ini terlihat pantang menyerah hingga dia terus mengejar jawaban.

"Itu...Aku.." Sarah tidak tahu harus berkata apa.

"Jika masih memerlukan waktu,aku akan berikan,tapi dengan satu syarat" melihat Sarah yang sulit menjawab Haris memberikan pilihan.

"Apa?"

Haris tersenyum mendengarnya,semakin dia dekat dan mengenal lebih jauh Sarah semakin dia menggila pada gadis disampingnya ini.

"Hanya ada aku.Hanya aku pria satu-satunya yang dekat dengan mu,sebelum kau bisa membalas rasa ku" sungguh Haris ini sangat pintar lebih dari dugaan Rio.

Sarah melengo,mendengarnya,dia bukan tidak mengerti kata-kata Haris.

"Kalau begitu sama saja.Aku balas atau pun tidak.Hanya ada kamu" jawab Sarah.

"Ya hanya ada aku, bagaimana?" tanya Haris,ia menoleh pada Sarah yang ada disebelahnya.

"Haris!!!...Awasss!!!" teriakan Sarah membuat Haris segera menginjak rem secara mendadak.

"Sarah,kamu tidak apa-apa?" Haris khawatir Sarah terluka akibat kecerobohannya.

Nafas Sarah memburu,ia menatap Haris dan menggeleng,ia baik-baik saja.Haris melihat kedepan mengikuti jari tangan Sarah yang mengarah pada.....

Dia...

Makhluk yang ingin membawa Sarah pergi.Berdiri menghadang didepan kendaraannya,dengan rupa yang sama saat terakhir Haris menghadiahinya tendangan.

"Tenanglah,aku tidak akan membiarkan dia merebut mu dari ku" Haris menenangkan Sarah,dia bisa melihat Sarah yang ketakutan.

"Tetap didalam" Haris ingin keluar, kemarin dia belum sempat menghajar makhluk bajingan ini.

"Tapi..." perkataan Sarah terhenti kala Haris meletakkan jari dibibirnya.

"Jangan takut,aku bisa menghabisinya" percaya Haris,sebelum keluar dirinya sempat meninggalkan kecupan pada kening Sarah dan itu membuat mata yang mengawasi mereka dari tadi membara.

Haris keluar dan Kini ia bisa dengan jelas menatap pada makhluk bajingan yang sayangnya berparas tampan didepannya ini.Haris dapat mencium aroma anyir yang menyeruak keluar dari makhluk ini.

"Dia milikku" suara berat makhluk itu terdengar.

Haris tersenyum miring mendengarnya siapa yanga miliknya? Sarah?,Ohh tidak bisa.Ada atau tidak pria lain hanya Haris satu-satunya dalam hidup Sarah,bukankah begitu kesepakatan mereka tadi.

"Kekasihku bukan milik siapa-siapa"

Mendengar itu membuat makhluk tersebut langsung menyerang Haris.

"BRAKKK!!"

Tubuh Haris membentur pohon yang ada disisi jalan,kawasan ini sepi hanya ada semak dan pepohonan kiri dan kanannya.

"Egh..." Haris melenguh karena punggungnya yang menghantam pohon.

Dirinya berusaha bangkit,ia melihat makhluk itu menuju mobil,dengan cepat Haris menjangkaunya,manarik makhluk itu kebelakang dan

"CRASSS"

Secepat yang ia bisa Haris kemabli menyerang

"BUGH!!"

"BUGH!!"

"BUGH!!!"

Haris menghadiahi wajah rupawan itu dengan bogeman tangannya yang kekar.

Makhluk itu berdiri,menatap nyalang Haris yang nafasnya mulai terengah.Matanya memerah,sungguh kini wajah rupawannya mulai mengehilang berganti dengan sosok lain.

"RRWARRRR"

"RRWAARRRRRR!!"

Makhluk itu mengaum pada Haris.Haris diam terpaku.Apa yang ada dihadapannya ini.

Sedangkan Sarah yang melihat semuanya dari dalam mobil hanya bisa menangis,kini dia benar-benar takut, apalagi melihat Haris yang melawan makhluk itu.Tubuhnya bergetar mencoba meraba-raba tasnya mencari ponsel untuk meminta bantuan.