NovelToon NovelToon
Jeritan Hati Sang Isteri Siri

Jeritan Hati Sang Isteri Siri

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: christinsenia seranica

Cobaan Demi cobaan yang datang dalam rumah tangga Dea seakan tiada hentinya.

Setelah resmi bercerai dengan suami pertamanya yang sangat jarang memberinya nafkah berupa uang, Dea harus rela menjadi isteri siri seorang anggota TNI.
Cobaan yang dijalani Dea semakin berat menjadi seorang isteri siri, Selain Dea harus berjuang untuk menghidupi anaknya sendiri, Sang suami juga tidak memperlakukan Dea dengan baik, Bahkan selama menikah dengan suaminya yang bernama Anton itu Dea kerap disakiti dan disiksa.
Akankah Dea sanggup menghadapi ujian demi ujian yang datang sirih berganti itu! ataukah Dea akan menyerah dengan keadaan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon christinsenia seranica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

SetelKetika Dea dengan Nanda tampak asik berbincang-bincang, Tiba-tiba sang majikan memanggil Dea.

"De, Ayo pulang!" Ajak sang majikan.

"Iya bu,".

Dea yang tampak masih asik mengobrol dengan Nanda pun berpamitan pada Nanda. Seusai berpamitan, Dea pun bergegas mengikuti sang majikan untuk pulang.

"De, anak kamu sudah nggak rewel!" Ucap Laura.

"Iya bu, Mungkin tadi didalam terlalu pengap jadi dia nangis!" Kata Dea.

"Oh iya De, Tadi yang mengobrol sama kamu itu siapa?" Tanya Laura.

"Itu teman sekampung saya bu,".

Tak lama setelah itu, Keduanya telah sampai di parkiran rumah sakit tersebut. Sesampainya disana, Keduanya langsung masuk mobil lalu Laura mengemudikan mobil itu.

Di perjalanan, Tak ada perbincangan antara keduanya, Mereka tampak sibuk dengan diri masing-masing. Laura fokus untuk menyetir dan Dea  hanya sibuk memperhatikan kondisi jalan lewat kaca mobil tersebut.

Beberapa saat kemudian, Mobil yang dikemudikan Laura telah sampai didepan rumahnya. Sesampainya disana, keduanya tampak turun dari mobil tersebut.

"De, Kamu tidurkan dulu gih anakmu! Setelah itu baru kamu mulai bekerja!" Ucap sang majikan.

"Iya bu,"

Setelah itu, Dea pun menidurkan sang anak di ruang tamu dirumah sang majikannya itu. Seusai menidurkan baby Rafa, Dea pun segera menyelesaikan pekerjaannya dirumah majikan. Seusai menyelesaikan pekerjaannya dirumah sang majikan, Dea pun pamit untuk pulang.

Setelah berpamitan untuk pulang, Dea pun berangkat untuk pulang dengan menggendong baby Rafa. Tak lama setelah itu, Dea pun sampai dirumahnya. Sesampainya disana, Dea terkejut karena lagi-lagi melihat pintu rumahnya terbuka.

Ketika Dea hendak masuk ke dalam rumah, Langkah Dea tiba-tiba terhenti karena teriakan Anton.

"Harus berapa kali aku memperingatkanmu agar berhenti bekerja! Apa lagi kamu bekerja sama Laura sahabat dekat Rita!" Terdengar teriakan Anton.

"Aku sama Rafa butuh makan mas, Kalau aku nggak bekerja aku mau makan apa disini!" Kata Dea.

"Itu ambil untuk keperluanmu sebulan! Berhenti bekerja ditempat Laura atau dimana pun!" Anton melemparkan uang senilai 500 ribu untuk keperluan Dea sebulan.

"Mas, Ini mana cukup untuk keperluanku sebulan!" Keluh Dea.

"Emang berapa gajinya sebagai pembantu dirumah Laura?" Tanya Anton.

"Aku belum terima gaji mas, Belum sebulan aku kerja disana! Bagaiamana mau digaji!" Ungkap Dea.

"Kalau begitu, Mulai besok dan seterusnya berhenti bekerja disana!".

"Tapi mas!"

"Jangan banyak bicara lagi, Lakukan apa yang aku perintahkan!" 

"Baik mas,".

Setelah itu, Anton tampak lapar lalu Anton meminta Dea memasak untuknya. Disaat Dea sedang sibuk didapur, Tiba-tiba baby Rafa menangis. Anton yang mendengar tangisan baby Rafa itu langsung mengangkat sang anak dari tempat tidurnya kemudian menggendong sang anak. Lama-kelamaan bayi mungil itu tampak tertidur digendongan sang ayah.

Setelah baby Rafa tertidur, Anton pun kembali menidurkannya ditempat tidurnya. Seusai menidurkan baby Rafa ditempat tidurnya, Anton pun duduk diruang tengah seraya menonton televisi.

Ketika Anton tampak duduk santai diruang tengah seraya menonton televisi, Disaat itu juga Dea selesai memasak. Setelah selesai memasak, Dea pun tampak menyiapkan masakannya di meja makan.

"Wah baunya sedap!" Ucap Anton yang mencium aroma masakan Dea dari ruang tangah.

"Ayo makan mas, Makanannya sudah siap! Nanti keburu dingin!" Kata Dea.

Lalu Anton pun berjalan ke arah meja makan untuk segera makan. Karena Anton merasa sangat lapar, Anton pun tampak makan dengan sangat lahap. Selain itu, Bagi Anton masakan Dea itu sangat lezat. Kalau dalam urusan memasak, Dea lebih unggul dibandingkan Rita. Anton sangat menyukai masakan Dea tersebut sehingga Anton sampai tiga kali tambah nasi saking enaknya sehingga  masakan Dea pada hari itu ludes tak bersisa.

"Mas nggak pernah makan berapa hari?" Tanya Dea yang melihat makanan di meja makan kosong.

"Kamu tahu sendiri kan Rita nggak pernah masak untuk aku! Kalau nggak beli ya aku masak sendiri lah!" Ucap Anton.

"Mas nggak komplain gitu kalau Rita nggak masak!" Kata Dea.

"Kalau aku komplain, Yang ada malah Rita yang lebih marah!" 

"Mas sepertinya takut sekali ya kalau mbak Rita marah!".

"Sebenarnya aku nggak takut, Hanya sedikit mengalah saja!".

"Oh gitu, Oh iya kok mas ninggalin mbak Rita dirumah sakit sendiri!"

"Rita sudah sehat jadi langsung diperbolehkan pulang!"

"Terus kalau mas disini, Siapa yang jaga mbak Rita disana?"

"Tadi mamanya datang, Makanya aku bisa keluar!"

"Emang mertua mas nggak curiga!"

"Nggak lah, Aku bilang tadi kalau malam ini aku piket!"

"Apa itu artinya mas mau menginap disini malam ini!"

"Iya, Aku mau mengganti malam panas yang sempat tertunda itu!".

Setelah mengobrol lama dengan sang suami, Dea pun membereskan piring-piring di meja makan lalu dibawanya menuju dapur kemudian Dea hendak mencuci piring kotor itu, Tetapi sang suami tiba-tiba memeluknya dari arah belakang.

"Sayang, Biar aku yang cuci piringnya! Mending kamu mandi terus dandan yang rapi!" Perintah Anton.

"Tapi mas ini hanya sedikit kok, Aku selesikan dulu ya baru aku mandi!"  Kata Dea.

"Biar aku yang cuci, Kamu mandi saja!"

"Apa nggak merepotkan mas!"

"Nggak, Sana kamu mandi saja!".

"Baiklah kalau begitu mas!".

Setelah itu, Dea pun langsung bergegas ke arah kamar mandi. Dikamar mandi itu, Dea tampak tersenyum lebar saking bahagianya karena bisa melewatkan malam panjang bersama sang suami.

Selesai Dea mandi, Dea dandan rapi untuk sang suami. Penampilan Dea malam itu sangat istimewa dan berbeda dari biasanya sehingga membuat Anton sangat terkesima dengan kecantikan sang isteri malam itu.

"Sayang kamu cantik malam ini!"Terdengar pujian Anton.

"Kamu berlebihan mas," Dea tampak malu-malu.

Lalu Dengan cepat Anton langsung memeluk sang isteri, Kemudian mencium kening isterinya itu. Setelah itu, Malam panas itu pun terjadi. Ketika Anton hendak memulai malam panas dengan isteri mudanya itu, Tiba-tiba ponsel Anton berdering.

Drtttttt........

Drttttttt...........

Terdengar suara ponsel Anton berbunyi. Anton yang mendengar suara ponsel itu berdering, Seketika menghentikan kegiatan panas bersama isteri mudanya itu untuk mengambil ponselnya dari saku celana.

Setelah mengambil ponsel itu, Anton menatap ke layar ponselnya yang ternyata sang mama mertua menghubunginya. Melihat itu, Anton langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Kamu bisa pulang nggak sebentar!" Terdengar suara sang mama mertua dari seberang sana.

"Emang ada apa ma?"

"Ciko tiba-tiba demam, Dia mengigo sebut nama kamu terus!".

"Ya sudah, Anton langsung berangkat pulang ma!".

Setelah itu panggilan pun berakhir, Setelah panggilan itu berakhir Anton dengan cepat memakai kembali pakaiannya.

"Mas mau kemana?" Tanya Dea yang melihat Anton memakai pakaiannnya.

"Aku harus pulang sebentar, Ciko tiba-tiba demam!"

"Berarti mas nggak jadi menginap disini!"

"Mas hanya sebentar, Nanti kalau kondisi Ciko sudah membaik mas kesini lagi!".

Setelah itu Anton langsung bergegas untuk pulang.

ah Anton pergi, Dea tampak tak bisa tidur. Wanita cantik itu terus mondar mandir menunggu Anton kembali.

"Mas Anton kamu jadi nggak sih balik kesini!" Dea tampak gelisah.

Malam kian semakin larut, Namun tak ada tanda-tanda akan kembalinya Anton.

"Mas apa aku tak bisa seperti mbak Rita yang selalu jadi prioritas kamu!" Dea tampak menangis.

Disaat Dea tampak hanyut dalam tangisannya, Tiba-tiba terdengar suara baby Rafa menangis. Mendengar tangisan itu, Dea langsung menggendong sang anak yang tampak menangis.

"Kamu haus ya sayang makanya terbangun!" Dea tampak mengasihi baby Rafa.

Setelah lama mengasihi sang bayi, Akhirnya bayi kecil itu pun tertidur. Begitu bayi mungil itu tertidur, Dea pun juga merasakan ngantuk sehingga Dea pun ikut tertidur. Ketika Dea baru tertidur lelap, Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari arah luar.

Tok.......tok..........Terdengar suara ketukan pintu itu. Mendengar suara itu Dea pun langsung bergegas bangun dari tempat tidurnya untuk membukakan pintu.

"Pasti itu mas Anton!" Ucap Dea.

Begitu Dea membukakan pintu rumahnya itu, Dea sangat terkejut karena didepan pintu berdiri seorang pria bertubuh tinggi.

"Angga, Aku pikir tadi mas Anton yang datang!"

"Aku kesini untuk menjemput mbak!"

"Jemput aku, Emangnya apa yang terjadi!"

"Leon kecelakaan mbak!"

"Terus dimana Leon sekarang?"

"Leon kritis dirawat dirumah sakit yang tak jauh dari sini!".

"Antarkan saya kesana, Saya ambil Rafa dulu!".

Setelah itu, Keduanya tampak bergegas kerumah sakit tempat Leon dirawat. Jarak dari perumahan ke rumah sakit tidak terlalu jauh sehingga mereka bisa sampai dengan cepat. Sesampainya disana, Dea langsung berjalan menuju ruang perawatan Leon.

"Kak Ima, kenapa Leon bisa tiba-tiba kecelakaan? Bukannya seharusnya Leon berada dipondok!" Ucap Dea yang tampak panik.

"Leon sempat adu mulut dengan ayahnya!"  Kata Ima.

"Adu mulut bagiamana?".

"Furqon tak pernah menjenguk Leon selama Leon dipondok!".

"Astaga......Leon berontak karena merasa ayahnya tak adil padanya!".

"Iya, Terus karena sempat adu mulut Leon meminta temannya untuk mengantarkannya kerumah!".

"Jadi Leon kecelakaan saat perjalanan menuju rumah kak ima begitu!".

"Iya,".

"Terus bagaimana kondisi Leon sekarang kak?".

"Leon kritis, Teman yang mengantarkannya meninggalkan ditempat!".

Ketika Dea tampak sedang mengobrol serius dengan Ima, Tiba-tiba terlihat seorang ibu-ibu mengamuk disana.

"Mana orang tua Leon? Dia harus bertanggung jawab atas kematian putra saya!" Sang wanita muda itu tampak mengamuk, Emosi wanita itu tampak tak terkendali.

"Saya ibu Leon! Kita bicarakan semuanya baik-baik ya!" Dea mendekat ke arah wanita yang sedang mengamuk itu.

"Kamu harus bertanggung jawab atas kematian putraku!" Emosi wanita itu semakin tak terkendali.

"Bu, Ini rumah sakit! Pelankan suara ibu!" Ucap Dea.

Dea berusaha memperingatkan pada wanita itu untuk sedikit tenang, Namun wanita itu tambah mengamuk sehingga petugas keamanan rumah sakit langsung mengamankan wanita itu.

Setelah wanita itu diamankan oleh bidang keamanan rumah sakit, Dea kembali berdiri didepan ruang perawatan sang anak.

 

Beberapa waktu kemudian, Tampak seorang dokter keluar dari ruang perawatan Leon.

"Bagaimana kondisi putra saya dok?" Tanya Dea pada dokter itu.

"Maafkan saya bu, Kami sudah berusaha dengan sekuat tenaga tetapi takdir berkata lain!".

"Ini nggak mungkin dok! Anak saya akan sembuh kan!" Dea tampak tak percaya jika Leon sudah tiada.

"Maafkan kami bu!".

Mendengar penjelasan sang dokter, Dea tiba-tiba duduk lemas, Pandangan Dea kabur sehingga akhirnya Dea tak sadarkan diri.

Melihat Dea yang tiba-tiba pingsan, Angga langsung mengangkat tubuh sang sepupu lalu dibaringkan di kursi tempat duduk luar ruangan itu.

"De, Sadar! Kamu harus kuat! Kita semua merasa kehilangan Leon juga!" Ucap Ima.

Mendengar suara sang kakak itu, Perlahan-lahan Dea pun membuka matanya. Setelah membuka matanya, Air mata Dea menetes di wajah cantiknya.

"Kak, Leon sudah meninggalkan kita semua!" Dea tampak menangis.

"Kamu yang sabar ya! Kamu yang ikhlas!" Ima tampak menguatkan hati sang adik.

"Aku mau lihat Leon kak!" 

"Biar aku temani!"

Setelah itu, Keduanya tampak menuju ruang jenazah untuk melihat jasad Leon.

"Nak, Kenapa secepat ini kamu tinggalkan ibu!" Dea menangis seraya memeluk sang anak yang telah terbujur kaku tak bernyawa.

"De, Kamu harus ikhlas! Kamu harus kuat!" Ima memberikan dukungan pada Dea.

Disaat Dea tampak hanyut dengan tangisannya, Tiba-tiba datang petugas rumah sakit yang akan mengantarkan jasad Leon kerumah duka.

Ketika jasad Leon hendak dibawa masuk ke mobil ambulance rumah sakit itu, Tiba-tiba Furqon datang kesana.

"Pak, Jasad anak saya bawa kerumah saya saja! Ini alamatnya!" Tunjuk Furqon ke petugas rumah sakit itu.

"Dasar manusia nggak tahu diri! Kamu masih punya nyali untuk nongol disini setelah apa yang kamu lakukan pada Leon! Apa kamu masih pantas disebut sang ayah!" Ucap Dea yang mendekat ke arah Furqon dengan  penuh emosi.

"De, Kita ini dalam kondisi berduka! Bisa nggak sih kamu tenang sedikit!"

"Kamu suruh aku tenang, Setelah apa yang kamu lakukan pada Leon!".

"Memangnya apa yang aku lakukan!".

"Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu membedakan anak kamu yang sekarang dengan Leon dan Dina!".

"Kamu nggak usah menghakimi aku begitu, Apa kamu juga memperhatikan Leon setelah kamu menikah!".

"Leon itu tinggal sama kamu, Seharusnya kamu berikan dia perhatian lebih!".

"Oh karena Leon tinggal sama aku, Kamu lepas tangan begitu saja!".

"Aku nggak lepas tangan, Tapi Leon tinggal sama kamu jadi kamu yang lebih bertanggung jawab atas Leon!".

"Ternyata kamu nggak bisa berubah ya, Kamu egois hanya bisa menyalahkanku saja!".

Ketika keduanya tengah berdebat disana, Ima mencoba menjadi penengah antara keduanya.

"Hentikan!" Teriak ima.

"Kita ini lagi berduka! Bisa nggak sih kalian tenang!" Ucap Ima.

"Maaf kak, Aku terbawa emosi!" Kata Dea.

"Ya sudah, Ayo kita pulang!" Ajak Ima.

Setelah itu, Jasad Leon dibawa kerumah sang ayah. Sesampainya dirumah duka, Terdengar tangis kian pecah.

"Kak, bangun!" Ucap Dina yang melihat sang kakak terbujur kaku tak bernyawa.

"Dina sayang, Ikhlaskan kakak ya!" Ima tampak memeluk Dina.

"Umi, Kenapa kakak nggak bicara!".

"Kakak hanya lelah sayang, Makanya kakak tertidur pulas!".

"Umi kakak nggak marah kan sama aku!".

" Kakak nggak pernah marah sama kamu, Hanya saja kakak sedang tidur jadi nggak mau diganggu dulu!".

Dea yang melihat wajah polos Dina yang belum mengerti apa-apa pun meneteskan air mata.

"Kakak harus lebih kuat dari Dina! Kalau kakak rapuh maka Dina akan tambah rapuh!" Ucap saudara Dea yang paling kecil.

1
aca
pelakor mengharap bahagia jangan mimpi
aca
dea dea np harus selingkuh sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!