di kisahkan seorang anak kecil hidup sebatang kara hingga dewasa kehidupannya selalu di timpa kesialan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razanur salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Kosong
Tujuh hari sudah berlalu sesuai tradisi setempat, doa bersama yang dilakukan beberapa hari yang lalu sudah selesai. Mereka melakukan aktifitas seperti biasa, hanya beberapa tetangga dan ketua rt yang masih memikirkan tindakkan selanjutnya.
"pak rt, bagaimana lanjutannya"tanya seorang warga.
"saya masih memilih-milih jawaban dari bapak-bapak sekalian"jawab pak rt.
"bagaimana kalau barang-barang ini sementara waktu di simpan di gudang balai desa? "ucap warga lain memberi usulan.
Mereka hanya diam tidak memberi jawaban, hanya saling tatap meminta jawaban dari yang lain.
"bagaimana bapak-bapak, usulannya diterima atau ada usulan lain? "tanya pak rt membuka pembicaraan.
"saya sih, setuju saja pak rt"jawab salah satu warga.
"saya juga setuju"timpal yang lain.
"jadi semua setuju ya, kalau sementara barang ini di simpan di gudang balai desa"ucap pak rt meyakinkan.
"iya pak rt"jawab mereka serempak.
Setelah melakukan musyawarah yang singkat, mereka berkerja sama membawa barang-barangku ke gudang balai desa.
Barang yang harus dipindahkan memang tak banyak, hanya mereka tidak mau menyalah gunakan barang milik orang lain.
Di waktu lain tempatku.
Aku terus berjalan kadang berhenti untuk melepaskan lelah, sebuah titik cahaya yang tak pernah bisa aku dekati.
Tiba-tiba ada sebuah tangan menarikku sangat cepat, dan itu membuatku terkejut tak bisa berbuat apa-apa hanya diam pasrah.
Di saat tangan itu berhenti menarikku, aku memindai area sekitar dan tak terlihat siapa pun. Aku berada di area tanah lapang yang sangat luas, aku terus memandangi area itu penuh terkejutan dan membuatku tidak bisa berbicara atau menggerakkan tubuhku.
Saat aku masih terdiam dan melamun dalam keterkejutanku, ada suara yang memanggilku.
"anakku, kamu belum waktunya ke sini"ucap suara itu.
"aku akan mengantarmu pulang"lanjut suara itu.
Entah apa yang terjadi tiba-tiba tubuhku lemah tidak berdaya, aku terjatuh ke tanah dan tak lama aku tidak sadarkan diri.
Aku terbangun di atas batu karang yang besar di sisi pantai itu, aku duduk sambil memegangi kepalaku yang pusing. Aku memindai area sekitar hanya suara ombak yang menghantam batu karang, tiba-tiba suara itu terdengar lagi.
"ayo anakku waktumu tidak lama"ucap suara itu.
Tubuhku terasa tertarik sangat kuat, aku coba meraih batu karang yang aku duduki untuk berpegangan. Namun tarikkan itu sangatlah kuat, sehingga peganganku terlepas.
Aku seperti terombang ambing di udara tak tahu apa yang akan terjadi, lama tubuhku berputar-putar akhirnya aku tak sadarkan diri lagi.
Saat aku tersadar tubuhku terasa ada yang mengikat, aku coba gerakkan tubuhku tapi tidak bisa karena tempat itu terasa sempit.
Aku memindai tempat itu, tak terlihat apa pun oleh ku. Hanya tercium olehku bau tanah, kugerakkan tubuhku mencoba membuka ikatan yang mengikat.
Setelah tali yang mengikat tubuhku terlepas, aku meraba-raba tempat itu. Aku merasakan tanah dan beberapa papan yang di pasang berjajar, ku tarik papan itu dan ku gali tanahnya.
Sekitar dua jam aku menggali tanah dengan tanganku, akhirnya aku keluar dari dalam tanah itu.
Saat kepala ku keluar, betapa terkejutnya aku melihat sebuah nama di papan. Aku terus merangkak naik keluar dari dalam lubang itu, dan aku memindai area sekitar.
"kuburan..."ucapku terhenti tidak diteruskan.
"apa aku sudah mati? "lanjutku bertanya pada diri sendiri.
Malam itu hujan turun sangat lebat, tidak ada warga yang lewat. Aku berdiri berjalan menuju arah pulang, namun entah kenapa ingatanku seketika lupa segalanya.
"aku mau kemana ya, siapa yang harus aku temui? "tanyaku pada diri sendiri.
Aku berjalan terseok-seok karena kain morin yang aku gunakan menghalangi langkahku, dan tanah licin karena hujan.
Setelah aku berdiri di pinggir jalan, aku memindai area jalan itu. Sepi tidak terlihat satu warga pun, aku berjalan menyusuri jalan itu.
Tak tahu arah tujuan dan kembali pulang, aku berjalan menyusuri jalan.
Di waktu tengah malam begini, di tambah hujan yang lebat membuat siapa pun memilih tidur di dalam rumah.
Tak terlihat seorang warga pun olehku, di tengah perkotaan yang padat penduduk hal yang tidak mungkin sepi seperti ini.
"pada kemana ya orang-orang? "tanyaku pada diri sendiri.
"masa iya sudah pada tidur semua"gumamku lagi pada diri sendiri.
Di saat aku sudah kelelahan berjalan aku melihat sebuah rumah kosong, aku mendekati rumah kosong itu dan masuk ke dalam.
Setelah aku sudah berada di dalam rumah kosong itu, aku memilih tempat yang agak bersih dan duduk di sana. Lama aku berdiam diri tidak melakukan apapun akhirnya aku tertidur, hanya kain morin yang melindungiku dari dinginnya cuaca hari itu.
Pagi harinya terdengar olehku suara beberapa orang yang sedang mengobrol, aku bangun dan mencoba meminta pertolongan.
"tolong, tolong saya"ucapku sambil berjalan keluar dari rumah kosong itu.
Beberapa orang yang sedang mengobrol tadi, setelah melihatku semua lari menjauh dariku.
"ada orang gila..awas..ada orang gila"teriak salah satu warga memperingati warga lain.
Aku terkejut disebut seperti itu, aku hanya diam berdiri menatap kepergian orang-orang itu. Rasa lelah dan lapar membuatku sudah tidak bisa berbuat banyak, aku masuk lagi ke dalam rumah kosong itu dan duduk meratapi nasib.
"kenapa orang-orang itu pada lari ya"ucapku yang tidak mengerti.
Setelah kepergian orang-orang itu, aku hanya bisa pasrah dengan nasibku. Duduk sendiri menahan rasa lapar yang sudah aku tahan dari kemarin.
Beberapa warga datang mendekat ke rumah kosong itu, untuk memastikan apa benar yang dikatakan warga yang tadi melihatku.
"pak kamu coba cek masuk ke dalam"ucap salah satu warga.
"kamu aja, kenapa harus saya"jawab warga itu tal terima kalau harus masuk sendiri.
"sama-sama aja pak masuknya"timpal warga lain memberi usul.
"ayo kita masuk sama-sama"jawab warga yang tadi.
Mereka melangkahkan kaki mendekat, langkah mereka sedikit ragu-ragu untuk masuk.
Mereka takut kalau masuk ke dalam dan mendapati orang itu mengejarnya, mereka saling dorong untuk mendekati pintu rumah kosong itu.
Sedikit demi sedikit mereka mendekati rumah kosong itu, hingga sampailah merekan di depan pintu rumah kosong itu.
Mereka melirik kesana kemari tak mendapati seorang pun di dalam, mereka memasuki ruangan depan yang di penuhi dengan banyak sampah.
"kok ga ada orangnya ya? "tanya salah satu warga.
"mungkin dia di dalam"jawab warga lainnya.
Mereka terus maju mendekati ruang tengah dan belum mendapatiku, aku yang tertidur di dalam kamar tidak menyadari kedatangan mereka.
Di saat mereka sudah masuk ke ruangan tengah, salah satu warga melihatku yang sedang tidur meringkuk.
Syukur ada pak Ibnu yang bener bener baik dermawan
Semangat Thor, aku suka karyamuu