Merasuki tubuh Logan, seorang pria lumpuh yang tak berdaya, sang karakter utama diberikan misi oleh sistem untuk membalaskan dendamnya agar ia bisa kembali ke dunia asalnya!
Merasa bahwa dia memiliki orang-orang penting yang menunggunya, sang karakter utama pun menyanggupi misi tersebut dan membalaskan dendam Logan menggantikan dirinya!
Dibantu oleh sistem, Logan pun menapaki jalan balas dendam!
Mampukah sang karakter utama menyelesaikan misi dari sistem dan memenangkan balas dendamnya?
* Karya ini hanya fiksi belaka, jangan meniru adegan apa pun yang ada di dalamnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fat Kitten, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Pil Amnesia
Di dalam rumah Logan saat ini, terbaring dua pria yang tak sadarkan diri di lantai rumahnya.
Yang satu bersimbah darah karena terkena pukulan keras stik golf di kepalanya, sedangkan yang satunya lagi mengalami memar di wajahnya.
Melihat dua pria itu, Logan tidak merasa menyesal karena dia berada di posisi yang benar sebagai pihak yang membela diri karena rumahnya dimasuki oleh dua orang tak dikenal.
Namun, Logan merasa pusing saat memikirkan bagaimana ia harus membereskan kekacauan yang dibuatnya ini.
Dengan kondisinya yang diketahui orang-orang menderita kelumpuhan, jelas akan sulit baginya untuk mencari alasan yang masuk akal tentang bagaimana cara dia menjatuhkan kedua pria yang tergeletak di sana.
Tidak mungkin juga akan ada orang yang percaya begitu saja saat mereka diberi tahu jika dua orang pria yang sehat dibuat tak sadarkan diri oleh seorang pria yang lumpuh.
Merasa bahwa itu membuang banyak waktunya saat ia memikirkannya, Logan akhirnya menyerah dan meninggalkan masalah itu untuk nanti.
Saat ini, fokus Logan adalah memikirkan bagaimana caranya menutup mulut kedua orang itu agar rahasianya yang telah sembuh dari kelumpuhan tetap aman.
'Hmm, kalau tidak salah ada sesuatu yang tepat buat dipakai dalam situasi ini di Toko.'
Mengingat sesuatu di kepalanya, Logan segera memerintahkan sistem miliknya untuk membuka fitur Toko.
"Sistem, tolong buka fitur Toko untukku."
Dengan perintah tersebut, fitur Toko pun terbuka.
Menggulirkan ke atas dan ke bawah, Logan mencari-cari item yang dibutuhkannya.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Logan menemukan item tersebut.
\=\=\=
Pil Hipnosis
- Membuat orang yang meminumnya memperlakukan sugesti yang diberikan sebagai kenyataan.
Harga : 2.000 poin.
\=\=\=
Tidak membuang banyak waktu, Logan langsung meminta sistem menukarkannya dengan poin miliknya.
"Sistem, bantu aku membeli dua pil ini."
[Ding!! Transaksi pembelian Pil Hipnosis untuk 2.000 poin telah berhasil.]
[Poin yang tersisa saat ini : 33.000 poin.]
[Saat ini, harga yang ditawarkan telah dinaikkan sebanyak dua kali lipat menjadi 4.000 poin.]
[Item telah dipindahkan ke dalam saku celana Tuan Rumah.]
[Silakan diperiksa.]
[Ding!! Transaksi pembelian Pil Hipnosis untuk 4.000 poin telah berhasil.]
[Poin yang tersisa saat ini : 29.000 poin.]
[Saat ini, harga yang ditawarkan telah dinaikkan sebanyak dua kali lipat menjadi 8.000 poin.]
[Item telah dipindahkan ke dalam saku celana Tuan Rumah.]
[Silakan diperiksa.]
Logan menghiraukan notifikasi sistem dan langsung mengeluarkan dua Pil Hipnosis yang ada di kantongnya.
"Sistem, bisakah aku menggunakan ini kepada orang yang pingsan?"
[Ding!! Tidak bisa.]
'Cih!'
Logan mendecakkan lidahnya saat sistem menjawabnya seperti itu.
Karena pil yang dipegangnya hanya bisa bereaksi jika orang yang meminumnya dalam keadaan sadar, maka itu artinya Logan harus membangunkan kedua orang itu terlebih dahulu jika ingin menggunakannya.
Logan yang merasa bahwa itu merepotkan, mau tak mau harus melakukannya.
Berjongkok di dekat pria yang tergeletak di dapur, Logan mengangkat kepala pria tersebut dan menamparnya berulang kali guna membangunkannya.
Setelah beberapa detik mengulangi hal tersebut, pria itu akhirnya terbangun.
Tanpa memberinya kesempatan untuk bereaksi, Logan langsung mencekoki mulutnya dengan Pil Hipnosis yang dipegangnya.
"Mm!"
Tak mampu mengelak, pria itu hanya bisa mengeram saat Logan menutup mulutnya dan memaksanya menelannya.
Tak lama setelah pil itu ditelannya, efeknya langsung terlihat.
Pria itu saat ini tampak seperti orang terhipnotis di mana matanya terlihat kosong.
Tanpa membuang waktu sedikit pun, Logan pun memberikan sugesti agar pria itu melupakan kejadian yang Logan sebutkan.
"Lupakan apa pun yang kau alami sejak masuk hingga keluar dari rumah ini. Jika ada yang bertanya padamu soal apa yang terjadi di sini, jawab saja jika tidak ada apa pun yang terjadi, paham?"
"Ya."
Dengan suara dan nada layaknya robot, pria itu menjawab demikian.
Namun, meski Logan sudah memberinya sugesti, pria itu masih memiliki tatapan kosong di matanya seolah efek hipnosisnya belum hilang.
Melihat ini, pria itu pun dimanfaatkan oleh Logan untuk membantunya berurusan dengan pria yang satunya.
Proses yang hampir sama terjadi.
Pria itu membangunkan rekannya dengan cara yang sama seperti yang Logan lakukan, yaitu menampar pipinya berkali-kali.
Sesaat setelah rekannya bangun, pria itu langsung mencekokinya Pil Hipnosis yang diberikan Logan dan saat efeknya telah bekerja, Logan memberinya sugesti yang sama seperti yang diberikannya pada pria itu.
Saat ini, kedua pria tak dikenal itu terduduk di lantai menanti perintah Logan selanjutnya.
"Hmm..."
Memikirkan soal apa yang harus dia lakukan selanjutnya pada kedua pria ini, Logan akhirnya memutuskan untuk memanfaatkannya sekali lagi.
"Hei, kau, bersihkan darah di wajahmu itu di wastafel. Sedangkan kau yang satunya, bersihkan noda darah di lantai itu sampai bersih. Setelah selesai, kalian berdua silakan kembali ke tempat kalian masing-masing, dan ketika kalian sudah sampai di tempat kalian, tepuk pipi kalian sendiri agar kalian tersadar dari hipnosis yang tengah kalian alami sekarang."
Menerima sugesti tersebut, kedua pria itu hanya mengangguk mengerti dan segera melaksanakan perintah Logan sebelum akhirnya keduanya pergi meninggalkan rumah Logan lewat pintu keluar.
Melihat efek yang dihasilkan oleh pilnya, Logan tidak bisa untuk tidak menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak menyangka jika pil tersebut memiliki efek yang seperti ini. Sepertinya, aku harus memindahkannya ke dalam wishlist supaya aku bisa dengan mudah membelinya lagi nanti."
Logan berpikir seperti itu sambil mengambil stik golf miliknya dan membersihkannya dari noda darah yang membekas di ujungnya.
Setelah membersihkannya, Logan menyimpannya kembali dan meletakkannya di pojok kamarnya seperti semula.
Mengecek jam dinding yang terpaku di atas dinding kamarnya, Logan melihat bahwa itu sudah hampir waktunya putrinya pulang dari sekolah.
Berdasarkan hal itu, Logan pun duduk di kursi rodanya dan menunggu kepulangan putrinya.
/Bye-Bye//Cleaver/