"Mas,minta uang boleh gak tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dan sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
Ranita putri dulu adalah seorang janda mempunyai anak satu laki-laki bernama Anwar, ranita putri mengenal Riyan ketika ranita merantau kekota dan menikah.niat hati merubah nasip namun naasnya kehidupannya sangat jauh ketika dirinya masih sendiri apakah ranita mampu melewati semua dan meraih kebahagiannya kelak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jujur ke mba Dina
" Biar aku aja mba yang bayar." kataku saat mba Dina hendak membayar bajunya, mba dinapasti heran melihatku yang tiba-tiba mengajak jalan dan berbelanja baju dengannya.
" Tapi nit...."kata mba Dina menggantung karena ku potong langsung.
" Mba tolong total semuanya ya mba tapi di pisah kantongan ya." ucapku ramah dan tersenyum, ku menoleh mba Dina dengan wajah bingungnya.
" Sudah mba gak apa sekali, mba sering nolong aku sekarang gantian aku ya." ucapku tulus tak lupa senyum manis ku.
Mba Dina hanya diam dan memperhatikan kasir yang mental semua belanjaan ku yang sudah di pisah dengan milik mba Dina,mbadina pun melongo saat kasir memberi tau semua totalnya dan ku kasih kartu ATM milik Anwar, karena sampai saat ini pun aku belum membuat rekening baru lagi.
" Nit..itu..kartu ATM siapa?" tanya mba Dina bingung.
" Nanti aku ceritakan mba, tapi janji ya jangan sampai ada yang tau cukup mba Dina aja." ucapku ke mba Dina.
Setelah selesai membeli apa yang kita cari kami berdua pun menuju cafe di sebrang toko tempat kami berbelanja tadi.
" Nit,mba nagih penjelasan soal belanjaan tadi dan ATM mu, maaf nit bukan mba gak percaya sama kamu tapi mba bingung kamu bisa traktor mba sedangkan mba tau ekonomi mu bagai mana." tanya mba Dina panjang lebar.
" Nanti Nita ceritain mba kita cari tempat duduk dulu capek nih, kasihan juga anak-anak." jelasku ke mba Dina sambil mencari kursi kosong untuk kami ber lima, ternyata cafe itu sedikit longgar jadi ku putuskan duduk di pojokan mengarah ke pintu masuk dan seluruh ruangan bisa terlihat.
" Begini mba, sebenarnya aku dapat kiriman dari mbaku di Jawa, katanya hasil penjualan ternak dan hasil ladang ,dan ATM yang tadi mba lihat itu ATM milik anakku karena aku belum mengurus lagi rekening baru." jelasku panjang lebar.
" Jadi kamu sekarang ada uang nit, jadi waktu itu kamu tanya-tanya aku mau pulang kejawa itu kamu beneran kah.? Tanya mba Dina penasaran.
" Ya, rencanaku,aku mau pulang mba ke Jawa, mau tengok rumah bapak ibu ku." kataku bersamaan dengan pesanan kami datang yang sebelumnya sudah kami pesan.
" Trus suami kamu tau gak kalo kamu punya penghasilan dan berniat pulang kampung." tanya mba Dina penasaran,karena tau selama ini rumah tanggaku tidak baik.
" Gak, aku sengaja gak ngomong mba, dan ku harap mba bisa ku ajak kerja sama, ini uang tabungan Anwar,gak ada gak mas Riyan atau pun keluarga mas Riyan,aku cuma berharap mba bisa menjaga rahasia ku ini.soal aku mau pulang kampung nanti aku akan ngomong sama mas Riyan,ya walau aku tau mas Riyan pasti gak mengizinkan mba pasti sudah tau kan alasannya." jelasku panjang lebar ke mba Dina cuma agar mba Dina gak memberi tau apa yang dia tau.
" Ya, pasti tak mau keluar uang lah,orang nafkah kamu aja loh segitu padahal setau ku ya dari suamiku gaji kerja jadi driver logistik tambang itu besar loh, walau ngasih ibu mertua mu tapi masa gak bisa ngasih nafkah yang layak untuk istrinya, suami mu itu udah zalim sama kamu nit." ucap mba Dina greget dari caranya mengulek ulek makanannya.
" Sudah lah mba, biarin aja aku udah males bahasnya,selama masa Riyan gak bermain api di belakang ku, aku masih terima aja." kataku sambil ku meminum yang ada di meja kami.
" Ini kita langsung pulang atau mau ngelancong lagi." canda mba Dina kepadaku,aku hanya tersenyum simpul.
"Pulang aja yuk mba,sebentar aku mau pesan lagi untuk makan ku sama Anwar,mba mau aku pesankan sekalian kah?" tanyaku ke mba Dina yang sedang asik masik menyuapin Raka.
" Boleh deh nit boleh gak ku pesankan untuk ayahnya Raka?" tanya mba Dina malu-malu.
" Boleh,kan tadi udah aku bilang mba aku yang traktir, bukan sombong sih cuma ya aku ingin berbagi aja sama mba Dina dan anak-anak, dulu waktu masih masa sulit ku cuma mba Dina aja yang mau mengulurkan tangan untukku, aku gak akan ngelupain itu mba." ucapku tulus kepada mba Dina,dan di sambut oleh senyum manisnya mba Dina.
" Makasih ya nit, semoga kamu tetap bahagia dengan caramu." kata mba Dina.
Setelah mengobrol ngalor gidul sambil menunggu pesanan kami datang dan membayarnya,
Kami pun pulang kerumah masing-masing, mba Dina mengantarku sampai depan rumah sewaan ku setelah berpamitan mba Dina pun langsung berlalu pergi, Namun langkah kakiku terhenti ketika suara ibu mertua yang sangat keras memanggil ku dan menghampiriku.
" Wah,wah wah,,habis shoping kamu nit?" tunjuk ibu mertua ke arah belanjaan ku.
" Ada apa Bu?" tanyaku santai.
" Ada apa,ada apa, ayo ikut ibu cepat, kamu di suruh masak koq malah shoping, pantas aja kamu menolak perintah ibu, ternyata kamu ngabisin uang anakku hah." Bentak ibu mertua tak lupa Omelan nya, yang masih kekeh memintaku memasak untuk acara arisannya.
" Maaf Bu, ranita capek,selama hamil ini ranita mudah lelah,ranita mau istirahat dulu ya Bu, ibu kan bisa pesan jadi,banyak koq yang jual." kataku sambil aku membuka pintu rumah agar Anwar bisa masuk dan istirahat di dalam dan tak melihat neneknya yang lagi mengomel di depan rumah ku.
" Hebat ya kamu, sekarang jawab ja, benar kata Riyan,kamu itu istri gak tau di untung, taunya bantah aja, jawab aja omongan orang." bBentak ibu tak lupa tanggan di pinggul dan satu tangannya menunjuk-nujuk kan jarinya ke wajah ku.
Karena aku sedang males ngeladenin lagi, aku memilih diam, entah berapa lama ibu mengomel di hadapanku melampiaskan rasa kesalnya karena aku tetap gak mau di bawa kerumah ibu, mungkin karena lelah atau apa ibu pun pulang dengan mengomel lagi sepanjang jalan terlihat dari caranya berjalan yang sedikit cepat.
Aku pun tak perduli dan memilih masuk kedalam rumah dan istirahat bersama Anwar tak lupa sebelumnya ku tutup pintu dan menguncinya,ku lihat jam sudah jam 11 pagi menjelang siang.
" Maaf Bu, mas aku sudh capek jadi gak apa dong kalo aku sekarang mencoba melawan." Kata batin ku.
Ku rebahkan tubuhku yang emang sudah lelah, apa lagi selama hamil gak bisa terlalu banyak gerak pasti udah capek, aku pun ikut memejamkan mata Tan langsung masuk ke alam mimpi bersama Anwar yang sudah tidur sedari tadi.
**********************
Untuk semua para pembaca mohon maaf jika masih banyak typo berhamburan dan ceritanya mungkin amburadul, mohon maaf Autor hanya manusia biasa yang hanya ingin meluapkan dan menyalurkan semua imajinasi Autor, terserah para pembaca yang mau komentar meninggalkan komentar dan sara,
Dari dukungan kalian lah saya bisa terus memperbaiki karya saya.
Saya ucapkan terimakasih untuk para pembaca, jangan lupa tinggalkan jejaknya kak.😊🙏🤗
jangan lupa saling dukunggg