NovelToon NovelToon
Hijrah Raya Dan Gus Bilal

Hijrah Raya Dan Gus Bilal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: sha whimsy

" Kamu adalah alasan kenapa aku mengubah diriku, Gus. Dan sekarang, kamu malah mau meninggalkan aku sendirian?" ujar Raya, matanya penuh dengan rasa kecewa dan emosi yang sulit disembunyikan.

Gus Bilal menatapnya dengan lembut, tapi tegas. "Raya, hijrah itu bukan soal aku atau orang lain," ucapnya dengan suara dalam. "Jangan hijrah karena ciptaan-Nya, tetapi hijrahlah karena Pencipta-Nya."

Raya terdiam, tetapi air matanya mulai mengalir. "Tapi kamu yang memotivasi aku, Gus. Tanpa kamu..."

"Ingatlah, Raya," Bilal memotong ucapannya dengan lembut, "Jika hijrahmu hanya karena ciptaan-Nya, suatu saat kau akan goyah. Ketika alasan itu lenyap, kau pun bisa kehilangan arah."

Raya mengusap air matanya, berusaha memahami. "Jadi, aku harus kuat... walau tanpa kamu?"

Gus Bilal tersenyum tipis. "Hijrah itu perjalanan pribadi, Raya. Aku hanya perantara. Tapi tujuanmu harus lebih besar dari sekadar manusia. Tujuanmu harus selalu kembali kepada-Nya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sha whimsy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Joging Pagi

Hari Minggu pagi, udara di desa terasa segar dan sejuk. Fatimah, Laras, Aqila, dan Raya memutuskan untuk jogging bersama. Mereka berempat berjalan di sepanjang jalan setapak yang dikelilingi pepohonan hijau.

Fatimah, yang mengenakan baju gamis hijau muda dan jilbab panjang, berjalan tenang di samping Laras, yang mengenakan baju tidur panjang bergambar Hello Kitty dan jilbab pink. Laras, si ratu gosip, tidak henti-hentinya bercerita tentang kabar terbaru di desa.

“Eh, tau nggak sih, si Rina sekarang deket sama si Andi?” tanya Laras, dengan nada blak-blakan yang selalu membuat teman-temannya tertawa.

Di depan mereka, Aqila berlari dengan semangat. Dia mengenakan celana training hitam dan sweater putih, tetapi wajahnya terlihat panik. “Gue udah mau pingsan, nih! Kenapa sih kita harus jogging pagi-pagi?!” teriak Aqila, sambil mempercepat langkahnya.

Sementara itu, Raya, yang tampil paling stylish dengan hotpants pendek dan kaus cokelat, berlari di depan. Dengan rambut hitam legamnya yang digulung, dia tampak percaya diri. “ Ya biar sehat qil, sekali kali lu itu harus olahraga tauk, ” katanya sambil tertawa, tak peduli dengan komentar Aqila.

" Eh iyaa padahal kan si Rina tuh baru putus kan sama Arvan, " Kata Raya meladeni gosip Laras.

" Dia tuh pacaran sama Arvan formalitas doang, asli nya dia itu suka sama Andi udah lama, " Jelas Aqila.

" Oh iya tah? " Heran Laras. " Bisa kayak gitu ya, "

" Tau dari mana lo, Qil ? " Tanya Raya.

" Rina sendiri yang bilang gitu ke gue, " Jawab Aqila. Sedari tadi Fatimah hanya menyimak, dia kurang sealiran dalam bergosip seperti itu.

Setelah beberapa lama jogging di sekitar desa, Fatimah memimpin langkah menuju rumahnya. Suasana pagi di desa terasa damai, dengan udara segar dan suara burung berkicau. Mereka berjalan sambil bercanda, terus melanjutkan pembicaraan tentang gosip terbaru. Mulai dari putus nya Arvan dan Rina, pak Abdul kepeleset di kali, berita Bang Ucul yang gagal nikah, sampai tentang berita orang gila di desa sebelah.

Saat mereka berjalan, Fatimah mengingatkan teman-temannya untuk berhati-hati saat melintasi jalan yang sedikit berlubang. “Hati-hati ya, jalanan ini banyak lubangnya. Jangan sampai ada yang jatuh!”

“Gue sih udah jago jatuh! Biarin aja, yang penting gaya!” Raya menjawab dengan konyol, membuat yang lain tertawa.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya tiba di rumah Fatimah. Ia membuka pintu dan mengajak teman-temannya masuk. “Selamat datang di rumahku! Ayo, kita istirahat dulu sebelum masak,”

Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, sambil melepas lelah. Fatimah menuju dapur untuk menyiapkan minuman, sementara yang lain saling bercanda.

“Gue udah bilang, kan? Jogging pagi itu bikin kita lapar! Nanti kita makan apa, ya?” Aqila bertanya sambil mengusap-usap perutnya yang sudah mulai keroncongan.

“Gue bisa bikin teh hangat dan kue sederhana,” Fatimah menjawab dari dapur.

“Bisa juga kita bikin sandwich! Gampang dan cepat!” Laras menyarankan, matanya berbinar.

Setelah beberapa saat, Fatimah kembali membawa teh hangat dan minuman untuk semua orang. “Nah, ini dia! Minum dulu, baru kita masak!”

“Wah, makasih, Fatimah! Teh lo pasti enak!” Aqila berkomentar sambil menyeruput tehnya.

Samar-samar terdengar suara orang yang mengaji. Suaranya lembut, menenangkan, dan mengalun di antara bisingnya suara burung dan desiran angin pagi.

“Kok kayak ada yang lagi ngaji, kalian denger nggak?” tanya Raya, memastikan, matanya berbinar ingin tahu.

“Denger! Suaranya enak banget. Kayaknya lagi ada pengajian di masjid dekat sini,” jawab Aqila, sambil memiringkan kepalanya, mencoba menangkap nada suara itu lebih jelas.

“Bukan, itu suara kakakku lagi ngaji di kamarnya,” jelas Fatimah sambil tersenyum, merasa bangga dengan kemampuan kakaknya.

Mendengar penjelasan itu, Raya mengernyitkan dahi. “Wah, suara kakak lo keren juga! Bisa bikin orang tenang gini,” katanya, sambil terpesona.

الٓمّٓ

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛهُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَۚوَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

Setiap ayat yang terdengar, Raya merasakan darahnya seperti berdesir. Suara merdu itu seolah membawa kedamaian yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia menoleh ke Fatimah, yang tampak tenang mendengarkan.

“Emang kakak lo sering ngaji, Fatimah?” tanya Aqila penasaran.

“Sering, sih. Dia suka banget belajar agama. Biasanya dia ngaji di pagi hari, pas kita jogging,” Fatimah menjawab.

“Beruntung ya lo, bisa denger suara yang menenangkan setiap pagi,” ucap Laras, sambil bersandar di dinding rumah Fatimah, menikmati momen itu.

“Btw, lo punya kakak cowok, kok gak pernah kenalin ke kita sih?” tanya Laras sambil memakan keripik.

“Bukan, kalian sudah tahu, kan?” jawab Fatimah, menyipitkan matanya dengan sedikit misterius.

“Hah? Siapa?” tanya Aqila bingung.

“Nanti kalian tahu,” jawab Fatimah sambil tersenyum.

“Apaan sih, kayak teka-teki segala,” Raya kesal, tidak sabar.

“Tunggu, gue kayak pernah denger suara ini,” ucap Laras tiba-tiba, berpikir keras. “Kok mirip suara ustadz ganteng waktu kajian Jum’at itu, ya?” lanjutnya, sambil menyengir.

“Ustadz ganteng? Lo pasti salah denger,” Aqila mencibir. “Gak mungkin kakak lo seganteng itu, ”

Fatimah tertawa kecil. “Ya, mungkin aja. Kakakku udah gede, tapi dia suka dibilang ganteng sama anak-anak di lingkungan sini.”

“Apa bener kalian gak pernah lihat dia?” tanya Raya, sambil memandang Fatimah dengan curiga.

“Belum mereka, kalo aku ya liat tiap hari, kalian bisa lihat sendiri nanti,” jawab Fatimah sambil menggoda, membuat teman-temannya semakin penasaran.

Belum pernah Raya merasa setenang ini. Suara lembut yang mengalun dari dalam rumah Fatimah begitu indah, seolah meresap ke dalam hatinya dan membuatnya candu. Ia yang biasanya tak peduli dengan hal-hal berbau agama, dan bahkan tidak tahu cara mengaji, kini merasa terpesona. Ada sesuatu yang berbeda dalam suara itu; bukan hanya sekadar pengajian, tetapi juga sebuah rasa damai yang mengalir dalam dirinya.

Raya adalah gadis yang selalu dikelilingi keriuhan. Hidupnya dipenuhi dengan kesenangan dan kebebasan yang sering kali membuatnya mengabaikan hal-hal yang lebih dalam, seperti spiritualitas atau pengajian. Dia tak pernah menganggap penting kegiatan semacam itu, bahkan menganggapnya membosankan. Namun, saat suara itu menyentuh telinganya, dia merasakan getaran yang tak biasa. Ini adalah momen yang membawa ketenangan yang selama ini tidak dia cari, namun kini mengingatkan bahwa ada hal-hal lain yang lebih berharga dalam hidup.

Ketika suara itu mengalun lembut, hatinya seolah terisak. Dia merasa tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang apa yang sedang diucapkan. Ada rasa ingin tahu yang tumbuh di dalam dirinya, beriringan dengan rasa nyaman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Mungkin, pikirnya, ada lebih banyak hal yang bisa dia pelajari dari dunia ini, termasuk agama yang sering ia abaikan.

Suara kakaknya Fatimah menyentuh jiwanya, seakan mengundangnya untuk merenungkan apa yang selama ini dia tinggalkan. Dia merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, dan saat itu, Raya menyadari bahwa ketidakpeduliannya selama ini bisa jadi adalah suatu kehilangan. Dia ingin tahu lebih banyak, ingin mengalaminya lebih dalam, dan tidak ingin terjebak hanya dalam kehidupan yang penuh kesenangan tanpa makna.

Raya memandangi Fatimah, yang tampak tenang, dan merasa seolah dia sedang melihat sosok yang memiliki sesuatu yang berharga. Ada sebuah cahaya dalam diri Fatimah yang selama ini ia abaikan. “Bagaimana rasanya memiliki kepercayaan seperti itu?” tanyanya dalam hati. Dia merasakan kerinduan akan sesuatu yang lebih dalam dan bermakna, sesuatu yang selama ini hanya ada dalam angan-angannya.

Dengan suara itu menggema di telinganya, Raya memutuskan bahwa hari ini adalah titik balik. Dia ingin mengeksplorasi lebih banyak, bukan hanya tentang pengajian, tetapi juga tentang dirinya sendiri. Mungkin, di balik semua kesenangan yang biasa ia kejar, ada kedamaian yang lebih dalam yang menunggu untuk ditemukan.

Suaramu bagai melodi syahdu yang menghantarkan jiwa kepada ketenangan, menenangkan hati yang gelisah.

***

Aqila dan Laras sudah berpamitan pulang lebih dulu. Sisa Raya disana, Raya yang notabene nya memang teman Fatimah dari bangku taman kanak-kanak, jadi tak merasa canggung sedikitpun. Tidak jarang Raya menginap di rumah Fatimah, begitu juga dengan Fatimah.

" Ray, aku mandi sebentar ya.. Kamu mau mandi juga gak? " Tanya Fatimah.

" Mauu tapi kamu deluan aja deh, " Jawab Raya.

Sambil menunggu Fatimah selesai mandi, Raya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman kecil dihalaman rumah Fatimah. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, seolah ada beban yang terangkat dari hatinya. Bunga-bunga di sekitar tampak lebih cerah, dan suara burung yang berkicau terdengar lebih merdu.

Raya duduk di bangku kayu di taman kecil rumah Fatimah, dikelilingi oleh bunga-bunga yang mekar indah. Suasana terasa damai dengan semilir angin pagi yang masih membawa kesegaran desa. Pandangannya menerawang jauh, memikirkan perasaan yang sempat menyeruak saat mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dari kakaknya Fatimah.

"Kenapa ya... gue merasa tenang banget tadi?" pikir Raya dalam hati. Padahal, selama ini dia tidak pernah terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu.

Selesai mengaji, Bilal membuka jendela kamarnya yang menghadap langsung ke taman kecil rumahnya. Di kejauhan, ia melihat seorang gadis duduk di bangku taman, dengan rambut tergerai tertiup angin. Bilal mengernyitkan dahi, merasa ada yang ganjil. "Siapa itu? Gak mungkin adek Fatimah keluar tanpa jilbab," pikirnya. Ia menajamkan penglihatannya, mencoba memastikan siapa sosok tersebut.

Raya, yang duduk di bangku taman itu, sedang asyik menikmati suasana pagi yang tenang. Ia merasa damai setelah merenungi perasaannya terhadap lantunan ayat-ayat Al-Qur'an tadi. Tanpa disadari, rambutnya yang hitam panjang terlepas dari ikatan dan tergerai begitu saja, tertiup oleh semilir angin.

Bilal semakin penasaran. Ia mengenali wajah gadis itu, meskipun dari kejauhan. Dengan rasa ingin tahu yang lebih besar, Bilal memutuskan untuk turun dan memastikan apa yang terjadi.

Saat Bilal membuka pintu rumah dan berjalan menuju taman, sebelum sempat melangkah lebih jauh, suara mamanya terdengar dari dapur.

"Bilal, tolong belikan galon air di warung Pak Ahmad, ya! Air kita habis," panggil mamanya dengan nada lembut namun mendesak.

Bilal menghentikan langkahnya sejenak. "Iya, ma, " jawabnya sambil berbalik arah menuju dapur untuk mengambil uang yang diberikan ibunya. Setelah itu, ia segera keluar rumah melalui pintu depan.

Saat melewati taman, ia menoleh ke arah bangku tempat gadis itu tadi duduk. Anehnya, kini taman itu kosong. Tidak ada siapa pun di sana. Bilal mengernyitkan dahi, merasa sedikit bingung.

"Ke mana perginya gadis itu?" pikirnya. Mungkin saja dia sudah masuk ke dalam rumah. Tanpa berpikir lebih lanjut, Bilal melanjutkan langkahnya menuju warung Pak Ahmad untuk membeli galon air.

Sementara itu, Raya yang sebelumnya duduk di taman, memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah. Ia ingin melihat apakah Fatimah sudah selesai mandi.

Beberapa menit kemudian, Fatimah muncul dengan pakaian bersih dan wajah segar. "Raya, giliran kamu mandi sekarang kalau mau," ujarnya.

"Hum.. Aku mandi dirumah ajalah, tadi bunda telpon katanya banyak pesenan kue, " Kata Raya.

"Yaa udah kalo gitu sarapan dulu yuk, mama sudah masak nih, " Ajak mamanya Fatimah.

" Hum makasih, mam tapi lain kali aja yaa, " Raya merasa tidak enak.

"Yaudah Ray kapan kapan kita bisa main lagi, " Kata Fatimah.

"Maaf ya Fatimah, " Kata Raya. Sungguh rasanya tidak enak melihat mamanya Fatimah sudah menyiapkan sarapan.

"Ya gapapa santai aja kali, " Jawab Fatimah tersenyum.

Setelah berpamitan dengan Fatimah dan keluarganya, Raya melangkah ke jalan utama sambil bersiul kecil. Matahari sudah mulai naik, tapi semangatnya nggak kalah terang. Dia ingat kalau harus mampir ke warung Pak Ahmad dulu sebelum pulang.

Sesampai di warung, Raya langsung nyelonong masuk, "Pak Ahmad, apa kabar? Aku datang untuk belanja, nih! Bunda udah kayak juragan kue, nitip beli gula sama mentega, " Katanya.

Pak Ahmad yang lagi sibuk ngatur barang dagangan cuma ngeliatin Raya sambil ketawa kecil, "Wah, udah kayak asistennya ya sekarang? Siap-siap jadi master chef juga, nih?"

Raya nyengir lebar, "Iyalah, siapa tahu abis ini aku buka bakery. Namanya Raya Cake House, keren, kan?"

Pak Ahmad ngambilin pesanan sambil geleng-geleng kepala, "Hati-hati, nanti bundamu kalah saingan."

"Eh, Pak, jangan gitu, bisa-bisa aku disuruh belajar bikin kue tiap hari nih," canda Raya sambil menerima gula dan mentega.

Setelah bayar, dia berjalan untuk pulang menuju rumah nya. Tapi di tengah perjalanan, dia nggak sengaja menabrak seseorang.

“Eh, aduh! Maaf, maaf!” seru Raya sambil mengusap dahinya yang sedikit sakit. Dia menunduk mengambil barang-barangnya yang jatuh dari kantong belanja.

“Gak apa-apa, saya juga nggak lihat,” balas cowok yang tertabrak, suaranya tenang tapi terdengar kaget. Dia ikut membantu mengumpulkan barang-barang Raya yang berceceran di jalan.

Saat mereka berdua berdiri lagi, mata Raya membulat. "Eh, kamu lagi?" ujarnya sambil menatap cowok itu. Ternyata dia adalah cowok yang pernah dilihatnya di toko bunga beberapa hari lalu—orang yang tanpa sengaja menyiram air ke arahnya saat sedang merawat tanaman di toko itu.

"Ka -kak... Kak Bilal ya? " Tanya Raya memastikan.

" Iya, tapi siapa kamu? "

" Sudah lupa ya? Saya Raya Altaresha.. Cewe cantik yang anda siram di toko bunga, dan kita ketemu lagi di taman desa didepan tempat eskrim, bukan kah disana saya sudah memperkenalkan diri, " Jelas Raya dengan dramatis.

"Oh, " Jawab Bilal sambil memandang kebawah. Bilal sedikit kikuk, dia jelas berusaha menjaga sikap dan tidak ingin terlalu terlibat dalam interaksi ini.

Melihat ekspresi wajah Bilal membuat Raya tertawa. " Ah, santai aja, Kak. Nggak usah tegang begitu, aku nggak gigit, kok!" candanya sambil tertawa kecil, tidak menyadari bahwa Bilal sebenarnya merasa sedikit risih dengan situasi itu. Jangan lupakan pakaian apa yang Raya kenakan saat ini, membuat paha mulusnya terekspos.

Bilal, yang dikenal cuek dan selalu menjaga pandangan, menelan ludah sebelum menjawab, "Ya, saya... harus lanjut jalan. Ada keperluan." Ucapannya terkesan terburu-buru, dan dia melangkah mundur, berusaha menjaga jarak.

Raya mengangkat bahu sambil tersenyum. "Ya udah, Kak. Hati-hati di jalan! Semoga nggak nabrak orang lagi ya, kayak tadi," ucapnya dengan santai, lalu melanjutkan langkahnya tanpa memikirkan lebih lanjut.

Bilal mengangguk, masih menjaga pandangan ke arah jalan di depannya. "Iya, hati-hati juga," jawabnya singkat sebelum bergegas pergi, pikirannya sibuk memproses pertemuan singkat yang baginya terasa sedikit canggung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!