Kaisar merasa dirinya punya kelainan karena menyukai calon adik ipar lelakinya, Airlangga. Dia menepis rasa itu, tapi tetap tidak bisa hilang.
Di sisi lain, Airlangga kebingungan karena dirinya dinyatakan hamil oleh dokter. Sedangkan pria yang menghamili nya adalah kakak iparnya sendiri. Dia tidak mungkin membuka jati dirinya jika sejatinya dia adalah seorang anak perempuan bukan lelaki seperti yang keluarganya ketahui. Jika sampai itu terjadi maka keluarga ayahnya akan menghentikan pengobatan ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18
Farida berdiri di depan gedung tinggi menatap tulisan besar berwarna silver di sebuah papan besi yang ada di atasnya, 'Cortez Group'.
Farida menarik nafasnya panjang. Dia lantas melangkahkan kakinya yang jenjang dan panjang, beralaskan sepatu high heels berwarna hitam.
Rok putih span, dipadukan dengan kemeja berwarna senada yang ditutupi oleh blazer hitam menutupi tubuhnya yang kecil tapi berisi di tempat tertentu. Kali ini, rambutnya disanggul ke belakang, menyisakan beberapa untaian di wajahnya yang berbentuk oval.
Dia langsung berjalan menuju ke arah resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya petugas.
"Saya ada temu janji dengan Bapak Kaisar Cortez."
Resepsionis itu melihat penampilan Farida dari bawah hingga ke atas. Seperti meragukan Farida.
"Apakah sudah membuat janji?" tanya resepsionis itu dengan gaya menyepelekan. Sudah banyak wanita yang datang untuk menemui Bosnya itu, tapi selalu berakhir dengan pengusiran. Dia hanya mau menemui istri atau kerabatnya di luar dari klien penting.
Farida menggelengkan kepalanya lemah. Dia juga sebenarnya enggan untuk datang ke tempat ini, hanya saja Hanafi dan dua kakak angkatnya memaksa untuk menyetujui kerja sama ini. Mereka meyakini jika tidak ada yang tahu tentang jati diri Airlangga kini, karena dia memakai identitas adik Hanafi yang telah tiada.
"Kalau mau bertemu dengan Pak Kaisar harus membuat janji dulu, Nona, karena banyak sekali orang yang juga berebut ingin menemuinya," ujar resepsionis.
Farida tersenyum kecut. Dia lantas membalikkan tubuhnya.
"Cantik saja tidak cukup untuk menggoda atasan kita karena istrinya jauh cantik menarik," sindir resepsionis itu ketika berbicara dengan teman yang ada di sebelahnya.
"Lagipula Pak Kaisar orangnya sulit didekati," timpal teman resepsionis itu. Mereka tersenyum mengejek ke arah Farida.
Farida yang mendengar hanya bisa menarik nafas dan menegakkan kepalanya.
"Aku tidak akan kemari lagi kalau tidak dijemput!" gumamnya kesal.
Dia lantas berjalan cepat ke arah pintu kaca yang ada di depannya. Namun, di saat yang sama lengannya ditarik oleh seseorang.
Membuat dia terkejut dan kehilangan keseimbangan. Untung saja tangan besar lainnya memegang pinggang Farida.
Wajah datar dan dingin langsung menyambutnya. Jantung Farida langsung berdetak dengan keras. Untuk sesaat dunia terasa berhenti untuknya. Yang dia lihat hanya mata tajam yang menatapnya dengan intens dari balik kaca mata.
Farida lantas berdiri dengan tegap dan mencoba tersenyum. Rasa gugup menderu dirinya membuat otaknya kosong.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Kaisar.
"Ehem, ya," balas Farida, tersenyum canggung.
"Kau baru datang atau sudah dari tadi. Kok mau pergi tanpa menemuiku?"
Farida melirik ke arah dua resepsionis yang menatapnya dengan wajah pucat.
"Aku sudah datang tadi, hanya saja mereka mengatakan harus temu janji denganmu. Para resepsionis itu mengira aku adalah wanita yang datang hanya untuk menggodamu," ucap Farida sengit.
"Emilio, kau urus mereka," perintah Kaisar pada pengawal setianya.
"Baik, Pak," kata Emilio. Namun, dia masih tertegun melihat ke arah wanita yang ada di depannya.
"Emilio, sejak kapan kerjamu lelet?"
"Siap, Pak!" Pria itu langsung pergi mendekati kedua resepsionis.
"Ikut denganku, kita akan membicarakan masalah perusahaan yang akan kita buat di mobil karena aku ada pertemuan penting dengan Mentri Pariwisata." Kaisar berjalan mendahului Farida.
"Hah!" Pria itu sangat sulit ditebak. Pikir Farida.
"Cepat atau kerja sama kita batalkan."
Farida langsung bergegas mengikuti Kaisar di belakangnya. Di depan mereka sebuah mobil mewah sedang menunggu. Pintu belakang sudah di buka oleh sopir berseragam batik.
Kaisar masuk terlebih dahulu. Farida sendiri berjalan ke arah lain, hendak pergi mengambil mobilnya.
"Kau mau kemana? Cepat masuk!"
"Mobilku!"
"Biar nanti diantarkan oleh orang ku ke rumahmu," kata Kaisar.
"Jangan!" seru Farida cepat. Wajahnya terlihat panik.
Kaisar menaikkan satu alisnya ke atas.
"Maksudku, jangan diantar ke rumah, biar nanti aku ambil saja lagi...." Lagi-lagi Kaisar menatapnya tajam. Pria itu sangat dominan, tidak mau dibantah.
"Kalau tidak dibawa ke pangkalan armada Travel Purba saja," ujar Farida dengan suara ragu dan pelan.
"Kalau begitu serahkan kunci mobil itu pada pengawal ku, biar Emilio yang membawanya." Kaisar mengatakan itu sambil menatap handphonenya tanpa melihat ke arah orang yang ada di depan pintu mobil.
"Kau," tunjuk Kaisar pada pengawal yang ada di depannya. "Serahkan kunci itu ke Emilio, suruh bawa ke lokasi Travel Purba."
"Baik, Pak," jawab pengawal itu. Farida menyerahkan kunci mobil pada pengawal itu sebelum masuk ke dalam mobil.
Mobil mulai berjalan meninggalkan gedung Cortez group.
Farida yang sengaja duduk menjauh dari Kaisar nampak tegang, jarinya yang lentik dan panjang menarik ujung kain roknya. Menatap jauh ke depan.
Kaisar sendiri masih sibuk dengan gadget di tangannya. Farida yang sedikit kesal lantas berdehem.
Kaisar melirik. Dia tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. Alhasil membuat jantung Farida seketika melorot. Kharisma pria itu memang tinggi. Tampan dan berwibawa. Apalagi setelah beberapa tahun berlalu, wajahnya tampak lebih matang dan tampan. Apalagi paras latin, dengan bulu tipis di sekitar rahangnya membuat dia terlihat sangat maskulin.
"Kita akan ke hotel terlebih dahulu," kata Kaisar. Pernyataan itu membuat mata Farida membesar. Apakah Kaisar minta bayaran awal untuk menjalankan bisnis ini? Dan bayarannya adalah servis plus darinya?
"Kau tidak berpikir negatif kan?" Kedua alis tebal pria itu bergerak, seakan meledek pemikiran Farida.
"Aku yakin Tuan Cortez akan bertindak dengan profesional."
"Mungkin jika kau tertarik memberikan bonus," timpal Kaisar sambil tertawa.
"Bukankah Anda, sudah punya istri yang cantik?" balik Farida risih dengan pembicaraan tidak berguna ini. Dia tidak mengira jika kakak iparnya adalah seorang playboy yang suka bermain api di belakang istrinya.
"Kau juga cantik," ujar Kaisar tanpa ekspresi.
Wajah Farida seketika memerah, bukan karena malu lebih ke marah. Beraninya pria ini menggodanya, memang dia perempuan murahan yang rela tidur dengan pria yang baru ditemui.
"Tuan, jika sikapmu seperti ini, lebih baik kerjasama yang akan kita lakukan, kita akhiri saja."
"Aku tidak menggodamu, hanya mengatakan hal jujur. Apa yang kau katakan tadi itu benar, jika istriku memang cantik dan banyak yang mengaguminya. Aku hanya ingin memastikan kau bukan seperti wanita lain yang ingin punya hubungan lebih denganku dari sekedar hubungan bisnis."
Farida menarik nafas lega dan itu sempat ditangkap oleh Kaisar.
"Kita mengadakan pertemuan di hotel dengan Mentri Pariwisata untuk membahas rencana acara pertemuan para pemimpin dunia di Bali. Hotel keluarga kami di Bali menjadi salah satu hotel yang ditunjuk untuk tempat menginap para tamu negara serta tempat diadakannya rapat pertemuan itu."
"Pertemuan nanti tidak ada kaitan dengan bisnis yang akan kita jalankan kan?" Pernyataan Kaisar mengenai kata kita dalam pembahasan tadi membuat telinga Farida serasa tergelitik.
Kaisar menggelengkan kepala.
"Lalu untuk apa aku ikut?"
"Mungkin kau mau belajar lebih dalam hal bisnis karena apa yang kau pelajari di Universitas, jika tidak disertai dengan terjun langsung ke lapangan, maka semuanya hanya akan menjadi sebuah teori belaka."
***
Kok roman-romannya kayak gimana ya? Kira-kira rencana apa yang akan Kaisar mainkan? Penasarankan. Ayuk masukkan favorit, beri like serta sematkan komentar.
dan aku bahagia, Farida dan Kaisar hidup bahagia 🥰🥰🥰