NovelToon NovelToon
Rumah Rasa

Rumah Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Rumah Rasa adalah bangunan berbentuk rumah dengan goncangan yang bisa dirasakan dan tidak semua rumah dapat memilikinya.

Melibatkan perasaan yang dikeluarkan mengakibatkan rumah itu bergetar hebat.

Mereka berdua adalah penghuni yang tersisa.

Ini adalah kutukan.

Kisah ini menceritakan sepasang saudari perempuan dan rumah lama yang ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka.

Nenek pernah bercerita tentang rumah itu. Rumah yang bisa berguncang apabila para pengguna rumah berdebat di dalam ruangan.

Awalnya, Gita tidak percaya dengan cerita Neneknya seiring dia tumbuh. Namun, ia menyadari satu hal ketika dia terlibat dalam perdebatan dengan kakaknya, Nita.

Mereka harus mencari cara agar rumah lama itu dapat pulih kembali. Nasib baik atau buruk ada di tangan mereka.

Bagaimana cara mereka mempertahankan rumah lama itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Kelas dengan kegaduhan murid sekolahan, menemani ketiga murid yang bersama.

Keterlibatan penagih uang yang berdalih dengan tujuan uang kas itu, akhirnya mengikuti kehidupan Gita yang memiliki tujuan baik, untuk membantu meringankan beban kakaknya.

"Aku bahkan bisa membeli harga dirimu itu, Git. Gelang buruk murahan seperti ini, seharusnya tidak boleh dibeli ke tangan-tangan yang salah."

Wulan membuang jauh kemasan yang seharusnya bisa diletakkan baik-baik.

"Jadi maumu apa, kalau untuk membuang benda ini?!" Gita berdiri serius. Sepasang mata tajam dikerahkan menatap Wulan yang memundurkan kepalanya, karena kaget.

Salma berdiri memisahkan temannya. "Gita, berhenti, Git." Suara lembut dihasilkan oleh siswi sekolah yang menonton bagian perdebatan disini bernama Salma.

Anak itu terlihat cemas dan takut melihat dua temannya tak kunjung berhenti.

Pagi yang sedang berlangsung sekarang,  tidak bisa mengondisikan keadaan anak pendedam dan satunya lagi anak penagih utang kelas. Karya miliknya diinjak-injak secara sadar, dan semua itu merupakan barang yang ditemukan dari kamar orang tua Gita.

Siapapun yang menginjak atau meremehkan orang tuanya, pasti dia tidak akan berdiam diri. Barang-barang yang disimpan oleh ibu Gita, termasuk salah satunya.

Kepalan tangan yang disimpan, dikeluarkan tanpa merasakan ragu-ragu. Meraih baju Wulan tanpa rasa memalukan.

"Gita!" Salma berteriak ketika pergerakan itu terjadi.

Salma menggoyangkan kepalan tangan yang ditahan oleh Gita, untuk menyadarkan anak yang meremehkan barang jualannya, bahwa dia tidak boleh semena-mena melakukan sesuatu seenak hati.

"Ini adalah buatanku, Wul. Tidak pantas bendahara kelas meremehkan barang orang. Tidak sepatutnya kamu mengambil milikku." Gita menekan nada suara.

Melihat pertengkaran kecil oleh kedua murid itu, semua anak berdiri menonton.

Pertunjukan itu menarik perhatian salah satu anak di dalam untuk berlari memanggil bantuan.

Kemudian suara jejak sepatu bergiliran masuk pada ruang kelas yang dipakai oleh Gita dalam pembelajaran ini, serta perkelahian yang terjadi.

Trio nakal berlari menuju keributan. Meleraikan dengan cara memaksa memotong kedekatan dua siswi yang melekat, karena mereka berdua telah bersiap saling menyerang. Kepalan tangan itu membuat sadar bagi Bian, Azka, dan Kael.

Keempat tangan diturunkan untuk melepaskan Gita dan Wulan. Azka menemani Wulan dan Kael menemani Gita, dengan kepalan tangan miliknya telah diturunkan.

Gita bergerak memajukan dirinya dengan arahan mencondongkan tubuhnya. Kedua tangan Gita mendorong tubuh Wulan yang terlihat tidak ditutupi oleh Azka. Melangkah maju memulai pertarungan, sepertinya membereskan kelegaan hati karena bendahara itu yang meremehkan barangnya.

Walaupun perempuan berkucir kuda selesai menjauh dari bendahara kelas lagi yang memberi senyuman licik, Gita tetap tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Berhenti. Berhenti." Seruan itu membangunkan Azka dan Kael yang terlepas dari penjagaan, untuk segera menahan masing-masing dua siswi sekolahan.

Tangan-tangan mereka beralih menahan kami.

"Apa yang kalian ributkan disini?" Bian menatap dua siswi, bergantian. Berdiri di tengah-tengah ketiga siswi.

Para penonton mengerubungi enam anak sekolah menengah pertama. Memantau penasaran selama berlangsungnya peristiwa mengejutkan di pagi hari.

"Tanyakan saja padanya, apakah boleh mengambil barang milik orang lain? Meremehkan barang yang diambil, lalu membuang sesuka hati?"

Bian berbalik arah menuju Wulan, bendahara bagi Gita sekaligus bendahara bagi dirinya, dan kelas ini. 

"Aku yang seharusnya bertanya tentang barang itu. Sekolah tidak memperbolehkan menjual barang di kelas, kan? Ingat tidak, kalian? Sudah dua tahun kalian belajar disini." Wulan membela sesuai peraturan yang berlaku.

Bendahara kelas terlalu patuh dengan apa saja yang berhubungan dengan sekolah ini.

"Bukan itu, masalahnya, Wul. Lupakan tentang peraturan tadi. Kamu mengambil barang orang lain. Itu kebiasaanmu disini. Jangan tutupi dengan dalih aturan sekolah, Wul." Bian melihat sekeliling kerumunan orang.

"Ti-tidak bisa seperti itu." Suara Wulan sempat tersendat. Tidak mampu melanjutkan kalimatnya setelah utusan Bian memangkas pembelaan dari Wulan.

"Bisa. Mengapa tidak? Kau harus mengurangi tingkahmu itu, atau hilangkan tentang merampas barang orang lain. Masalah ini harus diselesaikan sekarang."

Tatapan mata sang bendahara mengalihkan ke arah lain. 

"Oke, ini sudah berakhir. Semuanya, bubar." Menyuruh teman-temannya kembali seperti awal, akhirnya dituruti oleh mereka yang sejak awal berdiri mendengarkan. 

Azka dan Kael telah melepaskan mereka. 

Lengan yang dipaksakan untuk ditahan oleh kedua siswi kelas delapan B, mulai melemah, lepas. Namun, trio nakal itu tetap berdiri menemani Gita, sedangkan Wulan menjauhi keempat murid. 

"Kalau saja kalian tidak ada disini, aku bisa menghajarnya sekarang." Gita membuang napas panjang. 

Bian tertawa kecil. Laki-laki itu tidak percaya tentang perempuan yang dikenali akan melakukan serangan baru jika dia tidak bertindak memisahkan perdebatan tadi. 

"Ada yang lucu?" Gita memperhatikan dengan rasa heran. 

"Memangnya kamu sanggup menghadapi guru-guru itu? Wulan akan selalu melaporkan siapa saja ke ruang guru kalau anak itu menerima perkelahian. Seperti tadi. Kalau saja tadi aku tidak ada disana, pasti perempuan itu akan berani melaporkan perkelahian. Kamu saja takut ke guru-guru itu, seperti kemarin."

"Jangan kaitkan dengan kemarin. Pelajaran ya pelajaran. Jualan ya jualan. Situasinya saja yang sama."

Gita yang selesai berbicara empat mata dengannya, kembali membereskan sisa barang dagangan yang tercecer diatas meja. 

Bian mengamati pekerjaan temannya selama murid yang sudah diajak berbincang, sibuk melakukan kegiatan. "Mengapa kau jualan itu? Tidak pernah kulihat sebelumnya."

"Itu bukan urusanmu. Kau urus saja dirimu dan kedua anggota temanmu itu. Mereka mengerikan kalau melotot diam disana," ucap Gita setelah dirinya duduk memasukkan kemasan gelang menuju ranselnya.

Bian menjadi sadar ketika dua anggota trio tetap menunggunya dan perempuan itu. Tidak mengeluh berdiri hanya untuk memastikan kami disini. 

Kemudian dengan tangan yang mudah mengambil satu barang milik Gita, Bian memperhatikan hasil kerajinan yang dibawa. "Kau membuat sendiri?"

"Iya," Gita melanjutkan membereskan. "Kenapa?"

"Hasil gelang buatanmu itu bagus. Tidak biasanya kamu bisa membuat dengan rapi, Git. Kulihat selama ini kamu selalu tidur di kelas, selalu mendapat hukuman dari guru, lupa membawa buku tulis."

"Ya, kau belum melihat bakat terpendam saja."

Setelah perempuan itu selesai dengan semuanya, dengan cepat, Gita mencoba mengambil paksa barang yang dibawa oleh laki-laki itu. Namun, ia tidak bisa meraihnya karena kecepatan tangan Bian diarahkan ke atas sehingga Gita harus berdiri melompat.

"Tunggu sebentar," kata Bian tetap meluruskan lengan ke atas. Melihat Gita, membuatnya ingin berbicara lagi. "Berapa gelang ini?"

"Hei," teriak Gita mengetahui gelang di mejanya telah diambil oleh anak laki-laki. "Kembalikan gelang ku."

Gita melompat-lompat kecil, meraih sebungkus gelang yang dipegang oleh Bian, karena siswa itu mengangkat tangan.

"Berapa gelang ini, Git?"

"Bagaimana? Kau tanya tentang harga gelang itu?" Gita menghentikan tangannya, beralih membuka telinga yang tertutup oleh rambut-rambut pendeknya.

Tetap saja dengan rambut yang dikucir kuda, terdapat beberapa helai rambut yang terlepas.

Bian mengangguk sekali lagi. "Iya. Berapa harganya?"

Gita menghentikan lompatan. "Untuk diskon teman yang tadi sudah membantu... aku berikan secara gratis."

"Gratis?" 

"Gratis karena kau sudah membantu tadi. Anggap saja sebagai rasa terima kasih. Kalau kau tidak mau gratis, kembalikan saja sekarang."

Gita membuka telapak tangan, memajukan barisan jari seperti sedang menagih sesuatu.

Tangan yang sejak tadi diangkat oleh Bian, telah diturunkan. Bukannya memberikan kepada perempuan itu, siswa berdasi mengalihkan gerakan membuka dompet sampai Salma dan Gita dapat menyaksikan beberapa lembar mata uang berwarna biru dan merah. 

Bian menarik selembar uang berwarna biru. Tipis, rapi. Tidak ada lipatan kecil seluruh permukaan. Memberikan kepada perempuan yang diajak berbicara.

"Kenapa kau memberi uang? Sudah aku katakan kepadamu, ini gratis."

"Ambil saja. Kau bekerja keras untuk membuat gelang ini. Aku menghargai caramu itu."

"Baiklah. Karena kau keras kepala, aku menerima." Gita mengambil pemberian.

Pemandangan ini telah dialihkan bagi Gita untuk melanjutkan aktivitas lagi. Bian tetap memandang perempuan itu dari belakang.

"Pasti ada sesuatu yang mengharuskan untuk berjualan gelang. "Beritahu aku, tujuanmu berjualan disini, Git. Supaya aku juga tidak perlu melaporkan kepada wali kelas karena barang jualanmu. "

"Kau tidak perlu tau itu."

1
S. M yanie
semangat kak...
pecintamieinstant: Siap, Kak 🥰👍😎
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!