NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Balas Dendam / Cinta Terlarang
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralias melupakannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iblis

Putri Andralia Raelyst adalah Putri tunggal dari Raja Alvart Raelyst, Raja Kerajaan Erundil. Di ulang tahunnya yang ke-10 tahun, dia meminta hadiah berupa teman yang bisa mengambilkan bunga di hutan.

Raja Alvart Raelyst berhasil mendapatkan bocah yang dimaksud itu atas bantuan dari Kyle Beasley, orang kepercayaannya. Bocah itu, bernama Lucian.

Saat ini, Lucian dalam perjalanan mencari bunga dari tanaman monkshood di Pegunungan. Namun, ini juga bukan salah Lucian. Lucian tidak bisa membedakan pegunungan dengan hutan.

Lucian melewati penjaga hutan yang berada di pos sana.

"Hei, bukankah itu anak yang di cari Kolonel?" Lirih salah satu dari tiga orang itu.

"Huh? Lucian? Dia sudah jadi anak angkat Kolonel kan?" Jawab yang lainnya.

"Hei Lucian! Kemarilah" Panggil Prajurit di sana.

Lucian menoleh dan mendatangi mereka bertiga. "Kenapa memanggilku, Paman?" Tanya Lucian dengan berani.

"Kau mbolos kelas pelatihan ya?" Tuduh Prajurit itu.

"Biar Kamu... ku aduhin ke Ayahmu lohh" Mereka menakut-nakuti Lucian.

Lucian memanyunkan bibirnya dan berkacak pinggang. "Ha? Aku mendapatkan perintah dari Putri Andralia untuk mencarikan bunga ungu di Pegunungan!" Jawab Lucian tak ingin disalahpahami.

Tiga Prajurit itu saling melihat. "Pegunungan? Hahaha," Mereka tertawa bersama.

Salah satu Prajurit itu, memegang kepala Lucian. "Pegunungan berbeda dengan hutan. Kamu harus menempuh tiga hari dua malam untuk ke Pegunungan. Itupun pakai kereta" Jawab Prajurit itu dengan benar.

Namun, Lucian merasa mereka tipu. "Aku tidak bodoh. Jangan buat Putri menunggu. Dah" Lucian berlari ke dalam hutan.

Lagi-lagi prajurit itu saling melihat. "Buntuti dia, barang kali ada hal buruk yang tidak tau bisa saja terjadi" Ucap salah satu dari mereka.

Prajurit termuda itu mengangguk. "Baik Kak" Jawab Prajurit itu membuntuti Lucian ke dalam hutan.

...♧♧♧...

Kyle melihat arloji di tangannya. Sekarang pukul 1 lewat. Seharusnya, Lucian sudah datang ke tempat latihan. "Apa bocah itu ketiduran?" Lirih Kyle sambil berjalan menuju Mansion Putri yang tak jauh dari tempat pelatihan.

Namun, Kyle melihat Andralia berjalan seorang diri ke arah perpustakaan. Kyle melihat ke arah lain. Dia tidak melihat Lucian di sini. "Apa dia pulang?" Kyle kembali keluar dari Mansion Putri dan berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari Istana.

Kyle sampai di rumahnya. Rumahnya masih terkunci. Kyle termangun berfikir kemana bocah itu pergi. Dia kembali melihat Arlojinya. Dia memiliki janji dengan Alvart. Kyle tidak lanjut mencari Lucian dan memilih untuk menuju tempat Alvart.

...♧♧♧...

Di dalam hutan, Lucian melihat bunga bakung ungu. Dia memperhatikan bunga itu dan juga dia merasakan terus di buntuti seseorang dari tadi.

"Sial, siapa yang membutuntiku begini?" Batin Lucian sambil berjalan ke depan.

Saat melihat cela lubang jebakan untuk babi hutan, Lucian memeriksanya. Memastikan tak ada bambu runcing atau apapun yang berbahaya di bawah sana. Di bawah sana telihat aman, tapi dinding begitu basah. Dia akan kesulitan untuk naik kalau masuk ke sana.

Lucian mempercepat langkahnya, hingga Lucian hampir sampai di tengah hutan. Di tengah hutan, terdapat lapangan rumput yang luas dengan tanah yang sedikit membukit. Tak banyak orang yang tau dengan tempat ini. Lucian saat dia diusir oleh Ibunya, dia selalu kemari. Namun, bukan kabur itu yang Lucian lakukan saat ini. Dia langsung memanjat pohon sebelum sampai tengah hutan.

Di sana, begitu banyak pohon yang berjajar rapi dan rimbun dengan daun dan ranting. Lucian menunggu orang yang membuntutinya muncul. Dan benar. Orang itu muncul. Namun, Lucian langsung terdiam melihat orang itu ternyata seorang prajurit penjaga perbatasan hutan.

"Aduh, kemana menghilangnya bocah itu?" Tanya Prajurit itu di bawah pohon yang di panjat Lucian.

Lucian melihat ke atas. Berfikir alasan Prajurit itu mengikutinya.

"Kau mbolos kelas pelatihan ya?"

"Biar Kamu... ku aduhin ke Ayahmu lohh"

Lucian langsung mengagahkan mulutnya begitu ingat dengan ucapan mereka. Kening Lucian langsung mengerut. Dia memikirkan cara untuk membuat Prajurit itu tidak kembali ke teman-temannya agar tidak diadukan ke Ayahnya.

"Paman!" Panggil Lucian di atas pohon.

Prajurit itu melihat ke segala arah. Dia merinding.

"Di atas sini" Ucap Lucian sambil melambaikan tangannya begitu Prajurit itu melihatnya.

Satu-satunya cara yang benar adalah mengajak Prajurit itu berbicara agar tidak diadukan ke Ayahnya. Lucian juga, sudah menyiapkan rencana kedua apabila berbicara dengannya gagal, dia akan membuat Prajurit itu pingsan dan membuangnya ke lubang jebakan babi hutan.

Lucian terkekeh seperti orang gila memikirkan rencana keduanya apabila rencana pertamanya gagal.

Prajurit itu merinding di sekujur tubuhnya, saat mendengar kekehan lirih Lucian. Dia berfikir, Lucian sudah kemasukan roh jahat dari hutan terkutuk ini. "Kenapa aku mau masuk ke hutan ini?" Prajurit itu ingin menangis.

"Lucian, ayo turun. Di atas sana berbahaya" Ucap Prajurit itu sambil mengulurkan tangannya.

"Tidak mau! Kenapa Paman mengikutiku?" Tanya Lucian sambil melemparkan ranting kering yang dia patahkan di atas sana, ke arah Prajurit itu.

Prajurit itu menghindari lemparan Lucian.

"Hutan ini berbahaya untuk anak sepertimu. Turun ya, aku akan membantumu mencar- DEGH!"

Semacam bayangan hitam legam dengan mata merah menyala terlihat di balakang Lucian. Prajurit itu terbelalak dan diam seketika.

Bayangan abstrak itu, seperti asap hitam yang mengepul di tubuh Lucian. "I..Iblis! LUCIAN! CEPAT TURUN!" Teriak Prajurit itu sambil mengeluarkan pedang besinya.

Lucian melihat mata Prajurit itu yang melihat ke arah belakangnya. Lucian menoleh ke belakang. Dia tidak melihat apapun.

Kepulan asap hitam itu, terlihat lebih besar dari tubuh Lucian. Tubuh Lucian seakan akan dimakan oleh asap hitam itu. Sekujur tubuh Prajurit itu langsung bergetar. "LUCIAN! MAAFKAN AKU! DRAP!" Prajurit itu, langsung berlari keluar dari hutan.

Lucian tidak tau apa yang terjadi. Prajurit itu terlihat sangat ketakutan. Lucian langsung tertawa karena dia merasa itu lucu. Lucian perlahan turun dari atas pohon. Dia mengijak dahan pohon yang kering dengan sembrono. Hingga, tanpa sadar-

CKRAK!

Lucian, membuat pohon itu menjadi patah.

Kedua mata Lucian terbelalak lebar saat dia menyadari kedua tangannya terlepas dari pegangannya. Lucian menutup matanya dengan cepat dan, PRAK!

Kepala bagian belakang Lucian menghantam sesuatu yang keras. Lucian membuka matanya, namun pandangannya menjadi gelap. "Ah, apa aku akan buta?" Batin Lucian.

SYUUT!

Sepercik api merah menyala tiba-tiba muncul di penglihatanya yang gelap gulita.

...♧♧♧...

Drap! Drap!

Prajurit itu berlari dengan kencang. Melompati dahan pohon yang roboh dan melompati jebakan babi hutan sebelumnya. Dia sudah tidak peduli dengan daun-daun rumput panjang yang mengiris kulitnya.

Jantungnya terus berdentum dengan kencang, saat membayangnya bayangan hitam legam dengan mata merah menyala itu yang keluar di sekujur tubuh Lucian. Prajurit itu, mempercepat laju larinya begitu melihat cahaya perbatasan keluar hutan.

SRUOOKKK!

Prajurit itu, terjegal kakinya sendiri saat keluar dari hutan. Alhasil, dia jatuh terperosok di depan pos penjagaan. Prajurit itu, membuat kedua rekan lainnya terkejut.

"Astaga! Kenapa kau bisa terjatuh begitu!?" Tanya mereka dengan setengah tertawa.

Prajurit yang jatuh itu langsung berdiri. Dia merasakan perih di telapak tangannya. Telapak tangannya terluka saat jatuh. "Kak! LUCIAN! DI SANA! A.. ADA IBLIS! DIA MEMAKAN LUCIAN!" Tegas Prajurit itu dengan suara yang gemetar.

Dua prajurit lainnya saling melihat. "Pfft! PHAHAHA!" Mereka menertawakan ucapan Prajurit itu.

Kedua mata Prajurit yang membuntuti Lucian sebelumnya terbelalak lebar. "Sungguh! Saya tidak berbohong! Bayangan hitam pekat itu, matanya merah menyala!" Jelasnya sekali lagi.

Prajurit yang paling tua diantara mereka, mendekat ke arah Prajurit itu. "Tep!" Dia menepuk bahu Prajurit yang membuntuti Lucian. "Noah, Aku tau kau sangat percaya dengan mitos Iblis dan hutan ini. Lihatlah, kita sedang di dunia nyata. Ini adalah Kerajaan Erundil yang damai. Tak akan ada Iblis di Kerajaan ini, seperti di buku fiksi yang kau baca. Sudah, istirahatlah. Biarkan saja Lucian di dalam sana. Dia pasti melakukan trik untuk membuatmu takut. Ingat, dia dibesarkan di hutan ini. Jadi, dia pasti menggunakan suatu trik lelucon itu" Ucap Prajurit yang paling tua itu.

"Tapi Kak," Prajurit bernama Noah itu berusaha menjelaskannya.

Namun, Prajurit yang lainnya mengosok kepala Noah. "Sekarang kau pulanglah. Kau berantakan sekali" Ucapnya.

Noah mengangguk dia pulang ke rumahnya. Namun, kekhawatiran tentang Lucian tak bisa hilang di pikirannya. Dia tidak pulang ke rumahnya. Melainkan, dia menuju ke tempat Kyle berada saat ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!