kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta
"uweek
uweek
uweek
kakinya melemas, Rafa memapah tubuh Alya untuk duduk kembali, baru juga satu sendok, Alya sudah muntah lagi, padahal yang ia makan hanya nasi goreng cumi buatan Rafa, iyaa .. sarapan pagi ini Rafa yang membuat nya.
"mas, masukin apa sih ke nasi gorengnya"
"Nggak ada, saya cuman pakai bumbu cepat saji itu aja"
"kayanya anak kamu nggak suka makan makanan cepat saji mas, termasuk bumbunya"
"terus kamu mau makan apa, biar saya pesankan saja"
Alya menggeleng
"sudah siang mas, aku mau ke kampus, kamu juga mau kerja kan, aku makan di kampus aja"
"yakin nggak lemes kaya kemarin kemarin"
"iyaa"
Rafa menyeka area mulut sang istri, wajah Alya melemas, matanya sayu, banyak tenaga yang ia kuras saat muntah tadi, tanpa jijik sedikitpun Rafa juga mengelap keringat yang bercucuran di wajah sang istri dengan ujung jaket yang ia kenakan.
"Istirahat aja, kalo nggak kuat ke kampus" Alya memang keras kepala, wanita itu sudah lemas tapi tetap kekeuh ingin ke kampus, dari pada memulai perdebatan Rafa mengijinkan, tapi hari ini ia yang akan mengantarkan Alya kuliah
"Kalo ada yang liat gimana mas, bahaya" Rafa mengusap kepala sang istri yang belum tertutup hijab
"Saya nggak akan biarkan kamu dalam masalah, saya hanya ingin mastiin kamu aman, tunggu saya jemput di tempat saya nanti turunin kamu"
"Hemm"
"Mas nggak ada kelas?"
"Nggak ada, hari ini saya cuman bimbingan aja, saya harus ke kantor, biasa ada urusan yang harus saya urus" Alya Mengangguk, ia mengerti dan tau pasti, suaminya itu bukan hanya di sibukkan dengan tugasnya sebagai dosen, tapi juga dengan tugasnya sebagai anak yang harus mengurus perusahaan orang tuanya.
"Ya udah kamu siap siap saya tunggu di Luar"
"Hemm"
....
Rafa mengendarai mobilnya dengan pelan, membelah jalan yang mulai ramai dengan aktivitas pengguna jalan, ada yang terburu buru ada juga yang Santai, ada yang menggunakan pakaian seragam sekolah ada juga yang menggunakan pakaian kerja dengan kalung sebagai tanda pengenal, begitu kesibukan manusia di pagi hari, beberapa dari mereka akan pulang setelah semuanya selesai ada juga yang bahkan melanjutkan hingga larut malam, tak jarang mereka melupakan kewajiban sebagai seorang hamba dengan alasan lelah, begitu gampang kah seseorang melupakan kewajibannya hanya karena kesibukan mengejar dunia, yang jelas jelas pemilik nya yang maha kaya.
"Mas"
"Hemm"
Hening, Rafa menunggu apa yang ingin di ucapkan Alya tapi wanita itu tampak menimang apa yang ingin ia utarakan.
"Kenapa, jangan buat saya kawatir" jelas Rafa kawatir, karena raut wajah teduh Alya berubah menjadi tegang, dengan bibir bawah ia gigit, wanita itu ragu melanjutkan ucapannya
"Nggak jadi, mas. Nggak penting juga"
"katakan saja"
"Nggak penting juga mas"
Rafa mendengus, nafas berat terdengar jelas
"Kamu itu kalo mau ngomong yaa ngomong aja, apa sih yang kamu takutin, jangan setengah-setengah, kalo nggak ya nggak usah sekalian "
"Ok, ok, aku cuma mau bilang sebaiknya mas... nggak usah bersikap manis dengan ku, yaa, aku tau semua karena anak mas, aku cuman takut, takut nggak bisa menahan perasaan ku dengan mas, aku takut sikap mas yang kaya gitu membuat aku melupakan perjanjian pernikahan yang sudah aku tanda tangani" Alya menoleh, ia tatap wajah Rafa dari samping, pria itu tidak memberikan respon apapun dengan ucapannya, pria itu memilih diam, sampai akhirnya Rafa memberhentikan mobilnya
"Tunggu saya di sini, telpon saya kalo kamu sudah selesai" Rafa berucap tanpa berbalik sedikit pun
Alya menyentuh punggung tangan Rafa, kemudian ia genggam tangan kanan Rafa, Alya mencium tangan sang suami mencari berkah agar semua nya berjalan lancar, ia juga tidak menginginkan jawaban apapun atas permintaannya tadi, mungkin Rafa marah dengan permintaannya, pria itu memilih diam tanpa mengatakan apapun.
"Aku kuliah dulu, mas hati-hati assalamu'alaikum"
"waalaikumsallam" sebelum membuka pintu mobil, Rafa menahan pergelangan tangan sang istri, ia buka seat belt agar mudah bergerak, Rafa menarik Alya agar masuk ke dalam pelukannya, dagunya ia tumpukan di atas kepala sang istri, tangan kanannya terus mengusap bagian belakang kepala sang istri dengan lembut, Rafa menutup mata, entah apa yang pria itu pikiran, Alya juga menikmati wangi tubuh sang suami yang sudah menjadi candunya.
"Belajar yang benar, jangan main-main ada orang tua yang harus kamu banggakan, tapi jangan di paksa juga karena ada si kecil yang harus kamu jaga" Alya mengangguk, Rafa melepaskan pelukannya, ia cium kening sang istri.
"hubungi saya secepatnya"
"iyaa, aku turun mas"
,"emm"
Dari dalam mobil Rafa menatap punggung Alya hingga tidak nampak lagi, Rafa menyenderkan punggungnya di bahu kursi, tangan kanannya ia gunakan memijat pelipisnya yang tidak sakit, permintaan Alya terus terngiang di kepala, bukan cuman Alya yang takut dengan hubungan mereka, Rafa sendiri juga, Rafa sudah sangat terbiasa dengan kehadiran Alya, ia mengakui perhatian yang ia berikan bukan hanya untuk anak mereka semata tapi juga untuk sang istri, nama Alya ternyata berhasil membuat perasaan Rafa tidak karuan, dengan sikap manja nya, perhatiannya, tingkah lakunya, mampu membuat Rafa tersihir jauh ke dalam pesonanya, ia... Rafa telah jatuh cinta pada sang istri, apa salah? , jelas tidak, Hanya saja hubungan mereka tidak seperti suami istri pada umumnya, Rafa sudah berusaha menjaga hati untuk Naila seorang tapi Rafa hanyalah manusia biasa, sedangkan cinta itu fitrah, Rafa tidak bisa menahan agar rasa itu tidak pernah ada.
panggilan telepon mengalihkan lamunannya.
"iya pah, Rafa sudah di jalan"
...
"selamat pagi pak"
"pagi pak"
"pagi pak, beliau sudah menunggu di ruangan nya" begitulah sapa dari setiap karyawan perusahaan milik sang ayah, Rafa tidak memberikan respon apapun, ia berjalan lurus bukan karena angkuh, hanya pikirannya yang belum bisa lepas dari Alya.
"masuk, nak"
"maaf pah, tadi Rafa ke kampus dulu"
"nggak, papah juga baru sampai "
....
"Alya!!"
"Hem"
"Alyaaa"
"Apa sih jih" Alya masih fokus dengan buku bacaannya, sejak tadi Jihan menepuk nepuk pundaknya, mereka sedang berada di perpustakaan
"Al tuh si Azzam" mendengar nama Azzam Alya langsung mendongak, bukan karena ia bahagia berbunga bunga karena pria dengan penampilan keren berstatus Sebagai ketua BEM, pria pintar dengan sejuta penggemar, tidak... Tidak sama sekali, Yang ada Hanya perasaan takut, takut jika ada yang salah paham lagi dengan kedekatan mereka.
Azzam sungguh menghampiri mereka berdua, duduk dengan tumpukan buku di tangannya.
"Gue boleh gabung"
"Kenapa nggak" sahut jihan, jihan yang mengerti dengan perasaan Azzam sedikit bergeser agar Azzam bisa duduk lebih dekat dengan Alya, sedangkan Alya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melakukan kontak apapun dengan Azzam, ia berusaha menyibukkan diri dengan buku bacaannya, padahal sebenarnya ia ingin pergi dari sana.
"Serius banget si Al, lagi baca apa"
"Hah... Ini ilmu sosial ' sahut Alya seadaanya.
"Al... Alya'
"Apa sih jih"
"Itu Lo Azzam, jangan di cuekin gitu"
"Gue harus apa jih, hem..."
"Ngomong apa kek, cari bahan obrolan kek, jangan dingin banget" bisik Alya di telinga Jihan
" Lo aja, gue males" Jihan menyenggol bahu sahabatnya
"ISS" dengus Jihan kesal
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya