Ini novel keduaku, sekuel dari aku bukan pembawa sial
Gilang, seorang pemuda masih duduk di bangku SMA menyukai seorang janda beranak tiga.
Ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertama kali mereka bertemu iwaktu yang tidak tepat.
Mampukah Gilang, meluluhkan hati seorang janda yang baru berpisah dengan suaminya? Mampukah ia meluluhkan tiga orang satpam janda itu??
Ataukah Gilang akan mundur??
Inilah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan hati Gilang
Pada saat mama Dewi masuk kerumah ia berpapasan dengan Bik Inah. Mama Dewi menanyakan keadaan Gilang padanya. Bik Inah menjawab kalau Gilang sedang pergi kerumah Alisa.
Mendengar nama Alisa disebut jadilah Mama Dewi naik darah. Ia marah tapi tidak menunjukkan nya pada Bik Inah.
Ia akan menunggu Gilang pulang terlebih dahulu. Mama Dewi menyuruh Bik Inah untuk istirahat sedang dirinya menunggu Gilang.
Hingga larut malam Gilang baru sampai kerumahnya. Gilang yang sudah sangat mengantuk ditambah lagi tadi malam ketika makan malam dirumah Alisa, ia lupa membawa obatnya.
Jadilah dirinya masih pusing dan sekarang, dikejutkan dengan mama Dewi yang sudah menunggunya dengan tatapan dingin.
Gilang berjalan gontai, tak urung ia menyapa Mama Dewi disana yang terduduk diam memandangnya datar tanpa ekspresi.
''Dari mana kamu jam segini baru pulang?
Gilang diam saja tak menjawabnya. Ia sudah merasa tak enak. Kepalanya begitu pusing belum lagi mama Dewi bertanya pastilah akan panjang kali lebar.
Dan tepat seperti dugaannya, Mama Dewi mencecar Gilang dengan pertanyaan yang membuat Gilang naik pitam.
''Mengapa nggak dijawab? Apakah mulut kamu sudah dikunci oleh perempuan itu? Hingga Mama mu bertanya pun tidak dijawab?''
Gilang mengepalkan tangannya. ''Gilang capek Ma.. kepala Gilang pusing! besok aja ya Gilang jawabnya?'' sahutnya lemas.
''Kenapa setibanya dirumah kamu lemas? Sedang pergi ke tempat perempuan itu kamu sanggup hingga tak memikirkan diri sendiri! Apa kelebihan perempuan itu dibanding Mama kandungmu? Adakah seorang perempuan baik-baik mengajak anak orang untuk selalu datang kerumahnya kalau bukan dia seorang Ja lang!!''
Deg!
Deg!
Gilang mengepalkan kedua tangannya hingga kuku kukunya memutih. Ia menahan amarahnya sejak tadi saat Mama nya menghina Alisa.
Karena masih wajar ia tetap diam. Tapi ini sudah kelewatan. Mama nya menghina seseorang tanpa menilainya lebih dulu.
Gilang memejamkan matanya sejenak untuk menetralisir rasa amarah untuk Mama nya. Ia masih berfikir waras walau kepalanya terasa pusing.
''Jangan menilai seseorang hanya dari mendengarnya saja.. lihatlah dulu seperti apa dirinya baru bisa berkomentar! Tau apa Mama tentang Alisa? Apakah Mama sudah pernah melihatnya? Mengenal pribadinya? Siapa Mama berani menghinanya? Mama tau siapa dia? Mama sungguh ingin tau?''
Deg!
Mama Dewi melotot tak percaya apa yang dikatakan Gilang. Ia harus tau tentang perempuan itu? Heh mimpi!
''Mama adalah Mama mu sedangkan dia adalah orang lain bukan siapa siapa kamu Gilang!'' sentaknya.
Gilang menghela nafasnya. ''Sabar Gi... sabaaaarr... ingat pesan Abang Mama adalah surga kita..'' Batin Gilang.
''Gilang tau Mama seperti apa dan juga Alisa juga seperti apa. Pernahkah selama ini Mama berfikir, mengapa Gilang lebih sering diluar dibandingkan dirumah? Apa Mama tau apa yang Gilang inginkan? Apakah sudah tidak ada lagi rasa sayang dari Mama untuk Gilang? Kemana Mama selama ini? Mengapa baru sekarang Mama bertanya?''
Mama Dewi tersentak mendengar ucapan Gilang, matanya mengembun.
''Dimana Mama saat Gilang membutuhkan Mama? Dimana Ma?'' tanyanya dengan suara yang serak ingin menangis bibirnya bergetar menahan rasa sakit dihati.
''Ma-ma-,''
Selama ini ia sudah menahan agar tidak menyinggung perasaan Mamanya. Karna ia tau itu dosa begitu yang diajarkan Oma Diana. Dan sekarang, terpaksa Ia harus mengeluarkan semua uneg uneg didalam hatinya karena Mama Dewi menghina orang yang tidak bersalah sama sekali.
''Berbeda dulu jika dengan Oma. Oma tak pernah dibiarkan begitu saja.. Oma selalu mengajari Gilang baik buruk tentang dosa dan juga berbuat baik kepada orang tua walau orang tua itu tak pernah sama sekali memperhatikan nya. Gilang juga diajarkan sholat dan mengaji yang selama ini tak pernah Gilang dapatkan dari Mama..''
Mama Dewi tersedu ia sesegukan hingga membangun kan seluruh penghuni rumah yang sedang tidur.
Tiba disana, mereka mematung saat menyaksikan seorang Gilang yang selama ini terkenal dingin pada siapapun termasuk Mama nya, kini sedang menangis diundakan tangga memandang Mama Dewi yang terduduk dilantai.
Bik Inah mendekati Mama Dewi. ''Bangun Nya.. disini dingin duduk diatas atuh..''
''Selama ini Gilang diam bukan berarti Mama bisa menindas Gilang kapan pun Mama mau. Gilang hanya mengingat pesan dari seorang anak kecil yang mengatakan 'seburuk apapun dirinya beliau tetaplah ibu kita, beliau yang telah melahirkan kita menjaga dan merawat kita, kita wajib berbakti kepadanya karena surga dibawah telapak kaki nya.'' lirih Gilang dengan terisak
Mama Dewi semakin menangis ketika Gilang mengatakan itu. Ia merasa sakit sekali. Hancur sudah hatinya karena selama ini Ia lebih mementingkan pekerjaan daripada putranya.
''Hanya seorang anak kecil Ma.. Tapi bisa merasuk kedalam hati ketika perkataannya itu benar.. Mama tau?? Yang Gilang butuhkan adalah Mama! kebersamaan kita. Setiap liburan sekolah kita bersama sama untuk liburan, ketika malam hari ngumpul bersama dimeja makan, sholat berjamaah.. cerita tentang keseharian Gilang dan masih banyak lagi! Adakah selama ini Mama memberikan hal itu kepada Gilang??" tanyanya dengan tersedu.
Papa Angga yang mendengar keributan dari luar ia berlari. Semakin dekat semakin jelas suara tangisan.
Ketika ia sampai ditengah ruangan yang menghubungkan antara ruang tamu dan tangga, Papa Angga berdiri mematung. Kakinya terpaku seolah berat tak bisa untuk dilangkahkan setelah mendengar ucapan Gilang.
"Mama tau Gilang selama ini keluar untuk mencari kesenangan karena Gilang tak mendapatkan nya dirumah. Mama sama Papa terlalu sibuk dengan urusan Masing masing hingga Gilang terabaikan.''
''Hiks.. Kalian tak pernah tau kehidupan Gilang! Yang kalian tau jika Gilang udah dikasi uang,cukup sudah! kalian sudah tidak peduli lagi! Memang benar kita butuh uang.. tapi nggak selamanya uang bisa membuat kita bahagia. Contohnya seperti saat ini, kalian tak pernah memberikan kasih sayang utuh untuk Gilang hanya Oma.. dan.."
Gilang memejamkan matanya. Kepalanya begitu berat karena pusing. Belum lagi karena menangis ia terduduk diundakan tangga dengan tangan bertumpu pada kedua lututnya ia menunduk sambil terus menangis.
Papa Angga yang mendengar pun ikut menangis. Ia baru sadar selama ini terlalu sibuk hingga melupakan Gilang putra satu satunya.
Pewaris kerajaan bisnis keluarga Bhaskara. Papa Angga melangkah masuk dan mendekati Mama Dewi lalu memeluknya.
Mama Dewi yang merasakan dipeluk oleh sang suami bertambah sedihlah hatinya.
Gilang tak menyadari keberadaan Papa Angga ia masih duduk tertunduk dengan kepala bertumpu pada dua lengannya diatas lutut.
Gilang masih sesegukan ia melanjutkan lagi perkataan nya yang membuat Papa dan Mama nya tambah histeris.
"Kalian tak pernah memberikan kasih sayang utuh untuk Gilang.. hanya Oma.. hanya Oma.. dan disaat Oma tiada hancur sudah harapan Gilang untuk bisa hidup! tapi Oma pernah berpesan bahwa suatu saat nanti akan ada seorang wanita yang mirip sekali dengan Oma.. nggak diwajahnya tapi dari hati dan kepribadian nya.''
''Oma memberi kekuatan pada Gilang hingga apa yang dikatakan Oma benar adanya. Ya, dia adalah mbak Alisa. Janda beranak tiga tapi sangat penyayang.. dari keluarga nya Gilang mendapatkan yang namanya kebersamaan, keseruan saat ngumpul, dan makan bersama. Berbeda dengan kalian yang tak pernah tau apa yang Gilang inginkan.''
"Alisa orang baik ia sangat lembut.. tutur katanya lembut seperti Oma penuh dengan kasih sayang. Dengan Gilang yang baru dikenalnya aja tidak berkata keras seperti Mama membentak Gilang!''
''Seperti Papa tak peduli pada Gilang! tapi Gilang dapatkan dari mereka, putranya masih kecil tapi begitu dewasa dalam berbicara. Ia yang selalu mengajarkan Gilang untuk hormat dan patuh kepada orang tua! Walau ia tau orang tua Gilang tak sebaik ibunya tapi tetap saja ia berkata surga dibawah telapak kaki ibu sama seperti yang diajarkan oleh Oma ketika Oma masih hidup.."
"Dan saat Gilang menemukan seseorang yang begitu mirip dengan Oma.. Mama melarang Gilang untuk menemuinya?? Siapa Mama melarang Gilang untuk menemuinya sedang Mama aja tidak memberikan kasih sayang sama seperti yang Mbak Alisa lakukan.."
Gilang menangis tersedu hingga seluruh pembantu dan satpam diluar yang menyaksikan menangis.. mereka sedih mendengar ungkapan hati Gilang.
''Ma-maaf kan Mama, Nak..''
Mama Dewi bangkit mendekati Gilang dan memeluknya begitu juga dengan Papa Angga ia meluk keluarga kecilnya keluarga yang diabaikan karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Ia baru sadar setelah Gilang mengungkapkan isi hatinya.
Gilang sesegukan, ''Mama nggak salah.. Gilang lah yang salah karena telah hadir dalam kehidupan kalian.. mengganggu kehidupan kalian.. andai saja Gilang tidak dilahirkan.. pastilah kalian tidak akan seperti ini.. ma-maafkan Gilang..'' ucapnya sambil terus menangis ia tetap pada posisi nya.
Mama Dewi dan Papa Angga yang mendengar ucapan Gilang tersentak kaget mereka berdua semakin merasa bersalah terhadap Gilang.
''Ma-maafkan kami berdua Nak.. kami bersalah padamu karena telah mengabaikan mu, kami berpikir jika kami bekerja mati-matian bisa untuk memenuhi kehidupan mu ternyata uang tidak menjamin kebahagiaan yang hakiki... maafkan Papa Nak.. maaf..'' ucap papa Angga dengan memeluk mereka semakin erat.
''Kamu pelita kami Nak.. pelita didalam kegelapan.. terimakasih karena telah menyadarkan kami yang khilaf ini.. mulai saat ini kita bersama sama membenah diri menuju kearah yang lebih baik lagi. Lupakan yang lalu.. dan untuk Gilang, teruslah berjuang kami dibelakang mu Nak.. Papa dan Mama sangat menyayangi mu.. maafkan kami yang sudah tua ini.. maafkan kami Nak...'' Gilang hanya menunduk mendengar perkataan Papanya.
Matanya terpejam, dalam kegelapan mata yang terpejam ia melihat bayangan Alisa tersenyum manis padanya ia pun ikut tersenyum.
Tersenyum dalam tangis hingga dirinya mengigau menyebut nama Alisa berulang kali barulah Mama Dewi sadar bahwa kondisi Gilang demam lagi.
Mereka membopong Gilang masuk kedalam kamar kemudian Mama Dewi mengompresnya.
Sedang seorang perempuan nan jauh disana tersentak. Ia merasakan dadanya begitu sesak seperti ingin menangis.
Hingga tak terasa bulir bening jatuh mengalir di pipi nya. Ia mencoba memejamkan mata dan alangkah terkejutnya dia ketika dalam penglihatannya ada Gilang duduk dengan menundukkan kepalanya dengan dua tangan bertumpu pada lutut.
Alisa mendekati Gilang dan memegang bahunya, merasa dirinya ada yang menyentuh Gilang menoleh terlihatlah wajah sendu penuh dengan air mata tetapi tetap tersenyum padanya.
Dada Alisa terasa sesak melihat Gilang seperti itu. Ia pun menangis menunduk dan memeluk Gilang.
Gilang yang merasakan pelukan hangat Alisa semakin terisak hingga Alisa tersentak dari tidurnya.
Rupanya hanya mimpi tapi seperti nyata. Alisa yang tadinya bangun untuk sholat tahajud tertidur lagi.
Selesai sholat ia tertidur di sajadahnya hingga waktu subuh barulah ia terbangun karena mendengar Annisa menangis.
Mama Dewi yang melihat Gilang mengigau mendekati nya dan mengganti Kompress nya. Lagi dan lagi Gilang memanggil Alisa.
Mama Dewi merasa heran seperti apa sebenarnya sosok Alisa ini hingga Gilang begitu menyukainya.
Eits tunggu dulu! Apakah Gilang menyukai Alisa sebagai lelaki atau sebagai adik? Terlihat jelas bahwa Gilang sangat mengagungkan Alisa.
Tapi siapapun Alisa ini ia berterima kasih kepada nya karena telah membantu Gilang menyadarkan mereka.
Alisa.. Siapa pun kamu aku ucapkan terima kasih banyak karena sudah membantu Gilang untuk kami.. Semoga suatu saat jika bertemu, saya akan mengucapkan nya langsung padamu.. semoga Tuhan mempertemukan kita kelak... Amiinn..
Doa Mama Dewi ditengah rasa risaunya akan Gilang, demam yang tak kunjung turun.
Pagi harinya.
Mama Dewi terbangun dari tidurnya melihat Gilang sudah mandi dan sehat kembali.
Mulut Mama Dewi menganga lebar melihat Gilang yang sudah memakai seragam sekolah dan berpapasan dengannya.
Gilang diam saja ia tetap berjalan seperti biasa seolah tiada yang terjadi tadi malam. Mama Dewi terbengong melihat Gilang sudah rapi dan siap berangkat.
''Gilang berangkat ya Ma.. assalamualaikum...'' Gilang mencium tangan Mama Dewi.
Lama Mama Dewi terdiam hingga ia terkejut setelah Papa Angga datang menepuk bahunya.
''Oh eh iya Gilang mana Gilang.?'' tanya nya sembari celingukan.
''Ma! kenapa sih dari tadi dipanggil Papa kok diem aja? tuh, anaknya udah keburu berangkat, Mama masih disini.''
''Hah iyakah ? Oh iya.. anu.. itu Mama hanya bingung saja dengan Gilang, baru tadi malam dia menangis, lah sekarang tuh bocah udah sehat aja. Mama heran sama dia!''
Papa Angga mengernyitkan dahi nya, ''Ya bagus dong kalau Gilang sudah sembuh itu tandanya dia benar benar sudah sehat seperti sedia kala karena yang sakit bukanlah fisik, tapi hatinya.. seharusnya kita sebagai orang tua lebih memperhatikan tumbuh kembangnya.. tapi malah sibuk dengan bekerja dan bekerja.''
''Iya Pa.. Mama pun seperti itu.. semoga setelah ini kita berdua bisa menjadi lebih baik lagi dari yang sekarang dan bisa membimbing Gilang kejalan yang benar.''
''Ayo, Papa juga mau berangkat kerja atau Mama mau seharian dikamar aja??'' goda Papa Angga
''Ih Papa apaan sih..'' wajah'Mama Dewi bersemu merah.
''Hahaha ayo..''
TBC
Noh udah tau kan apa yang terjadi dengan Gilang ?
😘