NovelToon NovelToon
Kisah Kita Belum Usai

Kisah Kita Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

"Aku rela melepasmu, asal kamu bahagia bersamanya."

Cinta itu tidak egois, Bagas rela melihat Adara kembali bersama Antares karena dia merasa sudah tidak sanggup membahagiakan Adara. Apakah akhirnya Adara tetap bersama Bagas atau kembali pada Antares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Bagas berjalan perlahan menuju pintu rumahnya sambil menyeret tas kopernya. Langkahnya terasa berat. Begitu dia membuka pintu, aroma masakan yang hangat langsung menyambutnya dan membuatnya tersenyum kecil. Di ruang tengah, suara tawa Aran yang ceria terdengar jelas, dan detik berikutnya, anak kecil itu sudah berlari menyambutnya.

“Papa pulang!” Aran melonjak kegirangan, kedua lengannya terbuka lebar dan menanti pelukan ayahnya.

Bagas berjongkok, merentangkan tangannya dan memeluk erat putranya. “Papa kangen sama Aran,” katanya lembut di telinga putranya. Dia menutup mata dan menikmati momen ini. Seolah dengan memeluk Aran, segala kegelisahan di dalam hatinya bisa hilang, walau hanya sekejap.

Adara muncul dari dapur. Dia tersenyum lembut melihat suaminya dan anak mereka sudah saling memeluk. “Katanya pulang nanti sore?” tanyanya sambil mendekat sambil menyeka tangan yang masih sedikit basah dari air cucian piring.

“Iya, aku sengaja pulang cepat. Kangen kalian,” jawab Bagas. Kemudian dia berdiri dan masih memeluk Aran di lengannya, lalu meraih Adara dengan tangan yang satunya, menariknya ke dalam pelukannya juga.

Adara membalas pelukan itu dan mendekatkan kepalanya ke dada Bagas. Dia bisa mendengar detak jantung suaminya yang terasa sedikit lebih cepat dari biasanya. “Kak Bagas baik-baik saja?” tanya Adara karena dia merasakan sesuatu yang aneh dari suaminya.

"Aku baik-baik saja, hanya kecapekan." Bagas terus memeluk istri dan anaknya erat-erat, seolah takut kehilangan mereka. Rasanya begitu sulit bagi Bagas untuk membuka mulut dan mengungkapkan apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya.

Bagas tahu, dia tidak bisa menyembunyikannya selamanya. Tapi melihat Adara dan Aran yang sekarang begitu bahagia, dia tidak punya keberanian untuk merusak momen ini dengan kebenaran yang pahit.

Setelah beberapa saat, Adara melepaskan pelukan mereka dan menatap suaminya dalam-dalam. "Kalau capek, istirahat dulu.

Bagas mengalihkan pandangannya sejenak karena rasa sesak itu terus menghimpit dadanya. Kemudian dia kembali menatap Adara dengan senyum yang dipaksakan. "Iya, aku akan istirahat. Aran, hari Minggu ini kita main ke taman bermain ya."

"Yee, janji ya, Pa," kata Aran dengan bahagia.

"Iya, janji. Sudah lama kita tidak liburan."

Bagas sadar, waktunya mungkin tidak banyak, tapi dia tidak ingin menghabiskannya dengan kesedihan. Untuk saat ini, dia akan menikmati setiap detik yang tersisa bersama keluarganya, meski terkadang dia tidak sanggup melewati ini sendiri.

...***...

Malam itu, Adara terbaring di sisi Bagas, tapi pikirannya jauh dari rasa kantuk. Sementara Bagas sudah tertidur lelap di sebelahnya.

Adara tidak bisa memalingkan pandangannya dari suaminya. Dia memperhatikan setiap detail wajah Bagas, dari alis tebalnya hingga garis-garis lembut di sudut matanya yang mencerminkan semua lelah yang disimpan di balik senyumnya sehari-hari.

Dia menghela napas pelan, jemarinya ragu-ragu menyentuh pipi Bagas. Wajahnya terasa lebih dingin dari biasanya, dan ada lingkaran hitam samar di bawah matanya.

Adara menelusuri garis rahang Bagas dengan lembut, berusaha tak membangunkannya. Hatinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang tidak beres, tapi Bagas tak pernah mengatakan apapun padanya.

Tatapannya jatuh pada lengan Bagas, dan dia melihat sesuatu yang membuatnya menahan napas. Di sana terlihat beberapa bekas suntikan. Di pergelangan tangannya juga ada seperti bekas jarum infus.

"Apa yang disembunyikan Kak Bagas dariku?" gumamnya pelan, nyaris tak terdengar di tengah keheningan malam.

Adara menggenggam tangan Bagas yang dingin, berharap bisa merasakan kehangatan yang biasanya selalu ada di setiap sentuhan suaminya. Namun malam ini, kehangatan itu terasa pudar karena Bagas tidak pernah berbagi kesusahan padanya.

"Apa Kak Bagas masih tidak percaya dengan perasaan yang aku punya hingga membuatnya tidak pernah menceritakan semua masalah padaku? Yang aku butuhkan bukan hanya kebahagiaan, tapi juga kesedihan yang seharusnya bisa aku ringankan."

Kemudian Adara memeluk tubuh Bagas, meski suaminya masih tertidur lelap. Dia hanya berharap, ketika pagi tiba, Bagas akan memberikan jawaban yang bisa meredakan kegelisahannya.

...***...

Pagi itu, sinar matahari masuk menembus tirai kamar dan perlahan-lahan menerangi ruangan. Bagas membuka matanya. Dia merasa sedikit pusing. Dia duduk di tepi ranjang, mengerutkan kening dan menatap lurus ke depan, seperti sedang mencoba memahami sesuatu yang terasa salah. Di sudut kamar, seorang wanita sedang menyiapkan pakaian dengan senyum lembut menghiasi wajahnya.

"Kak Bagas, udah bangun? Aku udah siapkan baju. Kak Bagas mau sarapan dulu atau langsung mandi?" suara Adara terdengar ceria.

Suara itu terdengar jauh, seperti gema yang asing di telinganya. Dia hanya duduk diam dan menatap Adara dengan kebingungan. Siapa wanita ini? Mengapa dia ada di sini? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepalanya, tapi dia tak mampu menemukan jawaban. Bagas tidak berkata apa-apa. Dia hanya menatap kosong, merasa seolah ada jarak yang tak terjangkau di antara mereka.

Adara tak menyadari tatapan aneh dari Bagas. Dia terus berbicara. "Aran sekarang rajin sekali, dia sudah bisa bangun sendiri tanpa aku bangunkan. Kalau Kak Bagas tidak buru-buru, kita antar Aran ke sekolah ya."

Bagas tetap diam, tak merespons semua perkataan Adara. Dia hanya menatapnya seperti orang asing. Dadanya terasa sesak, dan dia merasakan sesuatu yang sangat salah. Bagas mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha keras mengingat, namun semuanya tetap terasa buram.

Kemudian Bagas berdiri dari ranjang. Kakinya terasa lemas, namun dia memaksa tubuhnya bergerak. Tanpa sepatah kata, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya.

Begitu berada di dalam, dia menyalakan kran air dengan gemetar. Suara air mengalir memenuhi ruangan. Sedangkan Bagas kini bersandar pada dinding, tubuhnya merosot hingga dia terduduk di lantai dingin kamar mandi. Di sanalah dia melepaskan semuanya. Tangisnya pecah, air matanya jatuh tanpa henti. Untuk beberapa menit tadi, dia benar-benar melupakan Adara. Wanita yang sangat dia cintai.

"Aku mulai melupakan Ara. Tidak mungkin ...."

Tangannya mengepal di dadanya yang terasa sakit, sementara pikirannya berputar penuh kecemasan. Bagas mencoba menenangkan dirinya, namun air mata terus mengalir.

Sesaat kemudian, suara lembut ketukan pintu terdengar dari luar. "Kak Bagas baik-baik saja?" tanya Adara dari luar kamar mandi.

Bagas menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan isak tangis agar tidak terdengar. Dia tahu Adara tidak pantas melihatnya seperti ini—hancur dan tak berdaya.

Setelah beberapa menit, Bagas akhirnya menghapus air matanya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bangkit berdiri dan mematikan kran air.

"Aku tidak apa-apa. Aku sakit perut," teriak Bagas agar Adara tidak khawatir.

Sedangkan di depan pintu, Adara masih bersandar di sana. "Tolong ceritakan semua padaku, agar aku tahu apa masalah Kak Bagas. Jangan membuat seolah aku tidak pernah cinta dan peduli sama Kak Bagas!"

1
Yuli Ana
oh... karya baru...
kirain bakal launching kisah Ares..🥰🥰🥰
Salim S
nanti kaya ares mencintai adik sendiri walaupun tidak ada hubungan darah...tapi penasaran juga ok lah mampir....
Dina Yuliana
aaaah aq juga sulit berkata kata thooor 🤣😂😂😂 udah laaah tuh cowok dua duanya mending buat aq boleh ga thoor... limited edition 😭😭😭
fb/Ig: Author Puput: aku gak bakat buat yg sad. 🤭
total 1 replies
Yuli Ana
ya ampun... kk author nya juga Sampek enggak tega sama Bagas. .. aku juga GK tega lo kak... gak rela banget kalau orang sebaik Bagas harus meninggal....😭😭😭😭🤧🤧🤧
beruntung banget Adara dicintai begitu besar....🥰🥰😍
Salim S
gini kan enak ga ada yang tersakiti...ares nanti sama tokoh baru yang bar2 dan slengean/Slight//Slight//Slight/
Risma Waty
Ikuti alur yg sudah ada aja, mbak... 😀
Mrs.Riozelino Fernandez
iya kk,serasa gak sesuai dengan judul nya...
aku pikir Bagas meninggal dan Antares menggantikan Bagas karena amanat Bagas...😆😅
Mrs.Riozelino Fernandez: bisa aja kk Thor 😆
fb/Ig: Author Puput: kisah Bagas dan Ara yg belum usai. 😂
total 2 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
lho kk Thor...kok ganti Ayah???
tadi bukannya manggil papa 😁
fb/Ig: Author Puput: typo. 😂
total 1 replies
Yuli Ana
semangat.... semangat..... semangat....🥰
Mrs.Riozelino Fernandez
kuat ya Bagas...kamu harus semangat...ada Ara dan Aran yang menunggu mu sehat...
M Nurhalimah
kasihan jika bagas mati
dyah EkaPratiwi
semangat bagas
Risma Waty
Semangat Bagas....
Yuli Ana
semangat bagas... GWS ya...
semangat Adara.. .. yang kuat ya..
dyah EkaPratiwi
semangat Bagas pasti bisa sembuh
Salim S
yok bisa yok bagas sembuh kasihan ara sama aran...
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Jossy Jeanette
karyanya bagus..ceritanya menarik disampaikan dgn baik👍
Mrs.Riozelino Fernandez
nyata atau mimpi ini kk Thor???
Mrs.Riozelino Fernandez
dulu Azura terbawa emosi fans nya sehingga mampu memisahkan Ares dan Adara...
mengikuti skenario dari manager mereka..
tapi dilubuk hati Ares nama Adara tetap nomor 1.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!