Azkia Arabella seorang gadis desa Zkenti yang selama ini di asuh dan di besarkan oleh Mis.Bel, kejadian yang dialaminya di kota Zervo membuatnya masuk dalam konflik permasalahan beberapa keluarga
besar yang sangat rumit. Steven Alexi
merupakan salah satu putra dari keluarga itu, ia seorang pebisnis sukses juga dan nantinya akan membantu gadis itu jiwa dan raganya, keduanya akan dihadapi dengan konflik romansa percintaan yang berat dan rumit.
Steven Elio banyak memiliki rahasia yang disembunyikannya dari dua orang terpentingnya ini. ia akan mengalami banyak kejadian menyedihkan yang membuat dirinya tersiksa.
silahkan simak kisah ketika hati tlah memilih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adilpic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIDAK !
Cahaya matahari pagi hari merambat masuk melalui jendela kaca kamar Azkia, beberapa hari ini tidurnya sangatlah lelap dan nyaman. Semenjak kejadian beberapa hari lalu Miss. Bell selalu menemaninya dirumah ketika malam, kadang kala ia juga menginap di rumah Miss.Bell.
Setelah mengetahui bahwa Gisel yang menceritakannya pada miss. Bell, membuat Azkia merasa sangat bersyukur dan berterima kasih olehnya. ia sangat terbantu olehnya.
Pagi ini ia harus bergegas dan ikut pergi ke toko roti Miss. Bell. Beberapa hari ini wanita tua itu tidak membiarkan Azkia sendirian dan selalu mengajaknya kemanapun dia pergi. Seperti beberapa hari yang lalu ketika paman Ben masuk hutan, Miss. bell pun menahannya untuk pergi bersama dan mengajak Azkia untuk ikut mencari jamur Macrocybe gigantea.
Jamur ini sangat lezat dan memiliki protein yang banyak dan baik untuk tubuh. Malamnya Miss.Bell membuat sup jamur dengan beberapa campuran sayur, itu sangat lezat dan menghangatkan tubuh.
Tidak terasa 3 minggu sudah ia tidak melihat Elio, meneleponnya pun sepertinya akan mengganggu kerjanya, apa aku harus meminjam telepon miss. Bell dan menghubunginya ?, entah bagaimanakah kabarnya belakangan ini.
" Bisakah ? " ucapnya tanpa sadar.
" Apa yang sedang kau pikirkan ? ", Miss. Bell yang sedari tadi disampingnya bertanya setelah mendengar Azkia berkata seperti itu.
" Mm... bisakah saya meminjam handphone mu Miss. Bell ?, aku ingin menelpon Elio ".
Miss. Bell tersenyum dan melirik ke arah kamarnya.
" Kau bisa menggunakannya semau mu sayang ".
Mendapat izinnya, Azkia pun berjalan semangat menuju kamar dan mencari benda yang dicarinya, membukanya, setelah melihat nama Elio di sana ia pun menekannya dan telepon pun tersambung.
drettt...drettt..drett...
' Masuk '
Bunyi ketiga tanda masuknya panggilan akhirnya terhubung. Dari seberang seseorang menyapa.
" Halo "
Suara yang tidak asing itu membuatnya sangat gembira dan senang.
" EL "
" Azkia ? "
" Hemm "
" Hahaha, ada apa kau menelpon ?, bukannya ini kali pertama kau menelpon sendiri ?, apa yang dilakukan Miss. Bell ? "
" Miss. Bell sedang didepan dan aku merindukanmu "
Elio tersenyum mendengarnya. Meski pun kata-kata rindu dan sayang selalu mereka ungkapkan, entah mengapa selalu ada batasan diantara mereka, dan itu tidak pernah melewati batas kasih sayang adik dan kakak.
" Kau merindukanku ? "
" Ya, kau sangat lama disana, tidak bisakah kau cepat pulang ? "
" Mm, mungkin saja besok kita akan berjumpa "
" Betulkah ? "
" ya, apa yang kau inginkan ?, aku akan membawakan mu oleh-oleh sesuai pesananmu "
" Mmm.. Coklat " ujarnya.
Azkia sedari kecil memang sangat menyukainya, kadang ia akan bersembunyi memakan atau meminumnya, jika ia berlebihan mengkonsumsinya, Miss. Bell tidak akan tinggal diam, ia memarahinya dan menyembunyikan coklat-coklat yang selama ini di hadiahi oleh paman Ben dan Jen yang biasanya ke pusat Desa.
" Ok, se balok besar coklat premium "
" waw, kau berjanji El ", ucapnya tertawa ringan.
" yah, kau tidak pernah mendapatiku berbohong bukan ? "
Azkia tersenyum mengingat-ngingat, selama ini Elio memang tidak pernah mengingkari janjinya. Ia akan merasa sangat bersalah jika itu terjadi.
" Baiklah ku tunggu, jangan tergesa-gesa dan hati-hati di jalan, by El "
" By "
Telepon pun terputus.
Bruk
Suara benturan jatuh yang cukup keras.
...****************...
"Bukanya kita bisa bergerak sekarang ?, gadis itu hanya sedang bersama dengan nenek tua renta, kita bisa menumbangkannya dengan 1 pukulan ". usul anak buahnya yang selama ini mengintai bersamanya.
" Awasi dulu sekitar "
" Baik " pria itu menoleh beberapa kali memerhatikan keadaan disekitar rumah.
" Terlihat aman bos keadaannya sangat sepi , tidak ada seorang pun di sekitar mereka berdua hari ini, ke 2 pria yang sering bersama dengan mereka pun tidak nampak, ini kesempatan kita " ujarnya semangat membayangkan ia akan mendapatkan komisi besar setelah berhasil mendapatkan gadis itu.
Memang benar bahwa ke 2 wanita itu seringkali bersama 2 orang pria yang tidak terlihat lemah, karena itu pergerakan mereka sangat lambat, mungkinkah ini hari yang tepat ? sebaiknya cepat bergerak sekarang. pikirnya kemudian.
" Hari ini kita akan bergerak, lebih cepat lebih baik ", perintahnya.
Pria di belakangnya tersenyum puas, kebosanannya yang belakangan ini hanya mengamati akhirnya mereka eksekusi hari ini.
Perlahan mereka mendekat ke rumah bergaya unik itu dan membuka pintunya. disana terlihat perempuan tua yang sedang menggulung adonan kuenya terkejut, spontan ia meraih pisau di sampingnya dan berlari menuju pintu kamar sembari menguncinya.
" Siapa kalian ? " tanyanya dengan suara bergetar.
2 pria tinggi besar di depannya tidak berkata apa-apa, mereka mendekat dan mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai. mereka tidak takut dengan ancaman pisau itu. 1 dorongan saja Miss. Bell tersungkur jauh.
" Jauhi ruangan itu "
" Apa pun yang terjadi jangan keluar " teriaknya kemudian mengingatkan.
Menyadari hal itu, salah satu pria mendobrak pintu dengan paksa dan mendapati Azkia sedang berdiri di sana dengan menggenggam sebuah vas bunga terbuat dari tempurung kelapa.
" Siapa kalian ? " ucapnya memberanikan diri, ia tidak melihat Miss. Bell di sana.
Brak..
Suara benturan yang keras mengagetkan Azkia.
" Tidak tahu diri " terdengar suara cacian dan benturan sekali lagi.
" Akh " suara rintihan.
' itu Miss. Bell ', kenal Azkia.
Azkia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi setelah mendengar hal itu, terdengar kemudian suara gesekan berat yang mendekat, pria lain muncul dengan manarik kerah baju Miss.Bell dengan kasar dan melemparkannya ke arah Azkia.
" Miss. Bell " teriaknya histeris.
" Haih, orang tua kurang ajar, dia menggigit lenganku dan itu terasa sakit ".
Tubuh kecil itu memeluk Miss. Bell, terlihat kemarahan dimatanya.
" Siapa kalian ? apa yang kalian inginkan ! "
Lagi-lagi tidak ada jawaban dari mereka. ke duanya hanya berdiri melihat mereka tanpa belas kasih. Mata mereka kejam dan tidak ada rasa iba disana.
' Jika saja, aku mohon, siapa pun ' benak Azkia. Saat ini teriakan seakan tidak bisa keluar dari mulutnya. Wanita tua di hadapannya pun terlihat sangat membutuhkan bantuan. Miss. Bell tidak sadarkan diri di pelukannya. Darah mengucur dari keningnya, ini membuat Azkia semakin ketakutan.
" Miss. Bell " panggilnya lirih sambil menggoyangkan tubuh wanita tua itu sambil menyeka darah yang mengalir dengan tangannya.
Salah 1 pria dengan senyum paling menjijikkan tertawa melihat Azkia yang dipenuhi rasa takut kehilangan. Sudah lama semenjak ia tidak melihat ekspresi menakjubkan ini.
" Ternyata sangat mudah melakukannya, apa yang selama ini kita tunggu ? Hah " kesalnya.
" Bawa dia, biarkan wanita tua itu ", ucap pria lainnya.
Pria itu mendekat, menarik tangan Azkia dengan kasar. Tubuh Miss. Bell tergeletak di atas lantai yang dingin dengan luka yang masih mengeluarkan darah. Azkia memberontak menarik diri.
" TIDAK, aku mohon kalian bisa membawaku setelah memindahkannya ke kasur, aku mohon " ucap Azkia sangat.
" Aku tidak akan membuat keributan ataupun meminta tolong, itu sangat dingin " ucapnya kembali dengan wajah memelas.
" Angkat wanita tua itu dan letakkan di depan perapian " perintah pria lainnya.
" Ah tunggu, bukannya aku memintamu memindahkannya di kasur, mengapa kau mengangkatnya ke sana ? "
Pria di depannya melotot ke arahnya.
" Bukanya kau tidak ingin dia kedinginan ? "
Azkia terdiam menatapnya. Tubuh Miss. Bell diseret hingga depan perapian. pria yang sedari tadi mengikuti perintahnya itu menendang pelan tubuhnya memastikan kesadarannya.
" Jangan memperlakukannya seperti itu ", tangis Azkia pecah.
" aku tidak sedang mengikuti perintahmu, diam. ", perintahnya dengan suara dingin.
" Cukup, bawa dia "
' Ku mohon siapa pun tolong Miss. Bell ', pintanya.
untuk thornya semangat upnya.
udah bagus novelnya