NovelToon NovelToon
Paman, Aku Mencintaimu

Paman, Aku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Enemy to Lovers
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Tari Sukma Dara (24 Tahun) tidak tahu kalau sebuah kunjungan dari seseorang akan merubah nasibnya. Kehidupannya di Bandung sangat tenang dan damai, Ia tinggal di rumah tua dan membuka “Toko Bunga Dara”. Namun hari itu semua berubah, seorang perempuan bernama Tirtamarta Kertanegara mengatakan bahwa Ia adalah cucu kandungnya. Ia harus ikut ke Jakarta dan belajar dengan pamannya untuk menjadi penerusnya.
Gilang Adiyaksa (30 Tahun) tentu saja marah saat Tirtamarta yang Ia anggap seperti Ibunya sendiri mengatakan telah menemukan darah dagingnya. Tapi Ia tak bisa melakukan apapun, Ia hanya seorang anak angkat dan sekarang Gilang membimbing Tari agar menjadi cukup pantas dan apabila Tari tak cukup pantas maka Gilang akan menjadi penerus Kertanegara Beauty. Gilang membuat rencana membuat Tari percaya padanya lalu membuatnya hancur.

Hanya satu yang Gilang tidak rencanakan, bahwa Ia jatuh cinta pada keponakannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 - Dunia Berbeda Mengetuk Pintu

Sore harinya, Tari duduk di lantai kamar sambil memandangi foto lama yang tadi diberikan. Ia menyandarkan kepala ke tembok, pikirannya masih jauh mengembara.

“Ibumu adalah anak saya.”

Ia mengulang-ulang kalimat itu dalam hati.

Apakah benar? Apakah benar ia adalah cucu dari Tirtamarta Kartanegara, pemilik perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia? Lalu… kenapa baru sekarang? Kenapa hidupnya yang tenang harus tiba-tiba diguncang oleh kenyataan ini?

Pikirannya kembali pada sosok Gilang.

Pria itu… berbeda.

Bukan sekadar dingin. Ada semacam luka yang disembunyikan rapat. Tari bisa merasakannya, entah bagaimana. Ia tahu seperti apa rasanya menyimpan luka.

Malam itu Tari tak bisa tidur. Ia membuka ponselnya, mengetik nama “Tirtamarta Kartanegara” di kolom pencarian. Sejumlah artikel dan berita langsung muncul. Semua tentang perusahaan, penghargaan, kekayaan, dan pengaruhnya di dunia bisnis kecantikan.

Ia membuka Instagram, mencari akun Kartanegara Beauty. Akun perusahaan kosmetik pada umumnya, beberapa promosi, dan mereka juga baru launching cushion yang kebetulan Tari beli saat ke Guardian minggu kemarin. Tari melirik cushion coklatnya yang ada di meja rias lalu mendecakan lidah. Tari menatap following akun itu, hanya follow 10 akun. Dua diantaranya brand ambasadornya yang merupakan salah satu Anggota JKT48 dan Aktor Korea yang sedang naik daun, yayasan peduli kasih Intan yang sepertinya berdasarkan nama ibu Tari, akun pabrik pembuat kosmetik milik Tirtamarta dan beberapa brand terpisah tidak ada Tirtamarta atapun Gilang Adiyaksa disana.

Tari menggulingkan tubuhnya dikasur, lalu tengkurap dikasur menatap ponselnya. Dengan sedikt ragu ia mengetik: “Gilang Adiyaksa.”

Tak banyak informasi. Beberapa artikel menyebut namanya sebagai COO Kartanegara Beauty, lulusan universitas ternama di Amerika. Tidak ada media sosial, tidak ada wawancara pribadi. Ada namanya di lulusan Stanford dengan gelar Phd. Management tapi selain itu Ia seperti bayangan yang bergerak di belakang layar.

Sekolah di Amerika, Tari pernah punya mimpi itu mimpi kuliah Jurusan Flower Management di Mississippi State University. Tapi saat itu Ayahnya sudah sakit gagal ginjal dan Ia tak mungkin meninggalkannya. Tari memilih jurusan paling dekat dekan bisnis bunga yaitu Agribisnis, walau jurusan ini lebih ke tanaman yang bisa dikonsumsi tapi basic nya cukup mirip. Tari mengerjapkan matanya, Ia kembali menatao artikel-artikel itu.

Ia lalu terdiam cukup lama adalah satu foto dari artikel lama—Gilang berdiri di belakang Tirtamarta dalam sebuah konferensi pers. Posisi berdirinya sama seperti tadi pagi, ekspresinya pun sama: tenang, dingin, nyaris tanpa emosi.

Tari melempar ponselnya dan mendesah panjang. Dunia yang berbeda. Dan kini, dunia itu mengetuk pintunya.

Keesokan paginya, Tari merangkai beberapa pesanan. Namun entah kenapa pikirannya seperti melayang. Sampai sebuah suara mengagetkannya. “Teh, tong ngalamun.” Suara Santi yang ceriwis. Tari terkejut, lalu tersenyum. “Enggak kok San, anak-anak udah pada makan?” Tari menanyakan jatah sarapan 8 orang pegawainya, mungkin ini salah satu yang membuat keuangan toko tidak baik. Ia memberi makan dua kali sehari sarapan dan makan siang, makan malam apabila ada lembur. Belum lagi kopi instant, teh, gula, Aqua, mie instant. Bensin mobil dan motor. Tagihan listrik dan air. Juga rumah tua yang butuh banyak perawatan, bocor, cat mengelupas, pompa yang rusak. Tari kembali merebahkan tubuhnya menatap langit-langit yang penuh bekas air.

Sahabatnya Aline menyarankan Tari menjual rumah ini, tapi Tari menolaknya. Rumah ini satu-satunya peninggalan Ayahnya, tempat Ia dilahirkan dan kata Ayah tempat Ibu merasa sangat bahagia. Walau Ia hanya tahu Ibunya dari cerita, tapi rumah ini menyimpan semu cerita itu dan menjualnya berarti membuat Tari merasa kehilangan semuanya.

Siang hari Tari menatap layar laptopnya, perhitungan excelnya masih minus. Matanya sudah cukup perih, Ia menggosok matanya lalu menatap kearah pintu, pikirannya lalu kembali ke pria itu. Yang berjalan dibelakang Tirtamarta kearahnya.

Gilang Adiyaksa.Kenapa dia begitu pendiam?

Kenapa tatapannya menusuk tapi tak pernah berbicara?

Dan kenapa… ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Tari ingin tahu lebih banyak?

Ia menepuk pipinya pelan, menegur dirinya sendiri. “Fokus, Tari. Jangan memikirkan pria asing yang bahkan tidak tersenyum padamu.”

Tapi entah kenapa, bayangan pria kurus dengan jaket bludru cokelat itu terus muncul dalam kepalanya. Menolak pergi. Dan Tari sadar, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

1
Rendi Best
lanjutkan thor🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!