NovelToon NovelToon
Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:21.7M
Nilai: 5
Nama Author: Nadziroh

JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA


Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.

Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.

Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hinaan

"Kamu sakit apa, Mas? Kenapa tadi nggak bilang? Kalau tahu kayak gini aku nggak jadi berangkat."

Pertanyaan bertubi tubi menyertai bibir Camelia yang baru saja tiba. Wanita itu tampak cemas saat melihat suaminya terkapar diatas ranjang. Ada setitik penyesalan sudah meninggalkan Mahesa pergi seharian penuh. 

"Aku nggak kenapa napa kok." jawab Mahesa singkat.  Faktanya Mahesa memang sudah lebih baik dan tak perlu dikhawatirkan. Tubuhnya terasa membaik setelah mengkonsumsi obat yang diberikan dokter Ridwan. 

"Kamu jangan menyepelekan penyakit mas, aku nggak mau kehilangan kamu." 

Dengan tegap Mahesa mengangkat kepalanya, menangkup kedua pipi Camelia dengan lembut lalu meletakkan kepala istrinya di dada bidangnya.

"Kamu tidak akan kehilangan aku. Aku sangat mencintaimu. Sampai kapan pun kita akan selalu bersama. Dan sebentar lagi bayi kita akan lahir untuk melengkapi rumah tangga kita."

Mahesa menggerayangi perut rata Camelia. Rasanya lengkap sudah hidupnya dengan hadirnya janin di rahim istri keduanya. Meskipun ada kendala dengan kisah asmaranya,  Mahesa tak memberatkan dan mencoba untuk menjalaninya. 

"Aku mandi dulu ya," Camelia kembali mencium Mahesa dengan lembut.

Sesampainya di kamar mandi, Camelia kembali membuka pintunya yang baru beberapa menit tertutup. Tatapannya menyelidik saat memegang sebuah baju di tangannya. 

"Mas, ini baju siapa?" 

Camelia menunjukkan baju yang sangat asing di matanya. 

"Perasaan kamu nggak punya baju seperti ini," imbuhnya lagi. 

Dengan kecurigaan yang begitu besar Camelia menjewer baju itu tepat didepan Mahesa. 

"Itu yang aku pakai tadi dari rumah Sabrina. Aku lupa melepasnya karena kepalaku pusing."

"Sabrina?" ulang Camelia, memastikan jika ia tak salah dengar. 

Mahesa mengangguk, "Kenapa?" 

Camelia tersenyum lalu mendekati Mahesa dan duduk di tepi ranjangnya. Pikirannya mulai traveling dengan apa yang ingin diucapkannya. 

"Mas, kamu mikir nggak sih, kok bisa di rumah Sabrina ada baju laki laki, apa menurut kamu ini wajar? Nggak mungkin kan, dia bawa baju kamu dari rumah ini. Dan aku yakin selain kamu pasti ada laki laki lain yang masuk ke rumah itu."

Mahesa meraih baju dari tangan Camelia, benar juga apa kata istrinya, dilihat dari stylenya, baju itu adalah baju dengan harga murah dan bukan miliknya. 

Apa kata Camelia bisa masuk akal juga. 

Wajahnya berubah pias. Mahesa mencengkeram baju itu hingga kusut lalu melemparkannya ke sembarang arah. Dadanya tiba tiba saja meletup letup mendengar ucapan Camelia. 

Mahesa menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu turun. 

"Kamu mau kemana, Mas?" tanya Camelia, memeluk Mahesa yang sudah hampir tiba di belakang pintu. 

"Kamu tenang saja, aku nggak kemana mana." jawabnya pelan. 

Ada senyum seringai dari sudut bibir Camelia, dimana ia merasa menang dengan kemarahan suaminya. 

Maafkan aku mas,  aku nggak bisa membagi cinta kamu dengan orang lain, sampai kapan pun aku ingin menjadi satu satunya wanita yang kamu cintai. 

"Sabrina…." teriak Mahesa. 

Bi Asih yang ada di dapur terkejut saat mendengar suara lantang majikannya, bahkan selama bertahun tahun bekerja, ini kali pertama Bi Asih melihat amarah Mahesa yang nampak menggebu. 

"Dikamar, Den," jawab Bi Asih dari arah dapur.

Setelah mendengar jawaban Bi asih, Mahesa mengetuk pintu kamar Sabrina yang tertutup rapat, tak ada jawaban dari dalam,  Mahesa langsung membuka pintu itu tanpa permisi.

"Mas Mahesa!" 

Sabrina yang baru keluar dari kamar mandi itu menyambar kain seadanya untuk menutupi rambutnya. Meski Mahesa suaminya, sekalipun Sabrina belum pernah membuka aurat di depannya, apa lagi hubungan keduanya tak baik baik saja dan Sabrina menganggap Mahesa orang asing yang masih tak pantas untuk melihatnya dalam keadaan terbuka. 

"Ada apa, Mas?" tanya Sabrina antusias. Dengan gugupnya Sabrina menuju ke arah lemari mencari kerudung dan memakainya asal lalu menghampiri Mahesa. 

"Mas butuh sesuatu?" tanya Sabrina. 

Mahesa masih membisu, rahangnya semakin mengeras saat melihat Sabrina didekatnya. Muak, mungkin itulah kata yang tepat  untuk diluncurkan melihat kepolosan istri pertamanya. 

"Sekarang kamu katakan! Baju siapa yang aku pakai tadi?"

"Memangnya kenapa?" tanya Sabrina balik.  Wanita itu tak mengerti kenapa Mahesa bertanya seperti itu. 

Mahesa menarik hijab Sabrina dengan kasar lalu meremasnya hingga berbentuk kepalan. 

Sebuah tamparan mendarat di pipi kokoh Mahesa, Sabrina merasa terhina dengan kelakuan suaminya. Jika selama Ini ia diam, tidak untuk sebuah mahkota yang selalu ia perjuangkan. Dan dengan seenaknya Mahesa mempermainkannya. 

"Kenapa kamu harus marah, bukankah ini yang kamu lakukan disaat ada seorang laki laki masuk kedalam rumah kamu." nada mengejek. 

Lagi-lagi Sabrina melayangkan tangannya di pipi Mahesa. Rasa takutnya hilang saat mendengar olokan suaminya. Kesabarannya habis untuk menerima hujatan diluar nalurinya.

"Apa maksud, Kamu?" tanya Sabrina.

Masih menahan hatinya untuk sedikit lunak, menduakan egonya demi penjelasan dari Mahesa. 

"Jangan pura pura tidak tahu, siapa laki laki yang datang ke rumahmu, dan apa yang kalian lakukan di belakangku?"

Sabrina menggeleng, heran dengan pikiran suaminya yang begitu cetek. Hingga gampang dipengaruhi hanya dengan sebuah kata. 

"Jika mas memang sudah tidak membutuhkanku disini, jangan menghinaku, aku memang sudah kotor,  tapi bukan berarti aku murahan seperti yang mas katakan."

Sabrina meninggalkan Mahesa yang masih mematung di sana, dengan kebatnya wanita itu mengambil tas dan ponselnya, memakai jilbabnya dan kembali mendekati suaminya. 

"Aku kesini atas permintaan Randu, dan sampai detik ini aku disini itu keinginan kamu," Sabrina menjeda ucapannya sejenak.

"Mulai sekarang, aku tidak akan menginjakkan kakiku di rumah ini lagi. Anggap saja aku sudah mati. Dan anggap kita tidak pernah kenal, jika Allah masih mempertemukan kita, anggap aku ini patung yang berjalan, dan perlu mas ingat, Sabrina Salsabila bukan wanita murahan yang seperti mas tuduhkan."

Setelah mencurahkan isi hatinya, Sabrina meninggalkan kamarnya. Meskipun hatinya sudah hancur berkeping keping Sabrina tetap berusaha kuat saat didepan Mahesa. 

Setibanya di jalan depan rumah Mahesa, Sabrina menumpahkan air matanya, tak menyangka jika perjuangannya menjaga Mahesa sia-sia. 

"Sabrina…"

Suara seseorang dari dalam mobil itu menggema. 

"Ibu,__" seru Sabrina menghampiri mertuanya yang baru turun dari mobil. 

"Biar mama kasih pelajaran Mahesa,  dasar anak tidak tahu diri."

Sabrina menarik tangan Bu Risma.

"Bu, tidak usah, nggak ada gunanya juga, mungkin Mas Mahesa butuh waktu untuk semua ini."

Bu Risma memeluk Sabrina, bagaimana bisa wanita itu menerima tuduhan diri suaminya dengan perbuatan yang tak pernah ia lakukan. 

"Kamu pasti tersiksa menjadi istri Mahesa?"  tanya Bu Risma. 

"Jika terus begini,  ibu akan bantu kamu untuk lepas dari anak Ibu," imbuhnya. 

"Kita pikirkan nanti."

Aku nggak tahu harus bagaimana, yang pastinya aku akan menunggu anakku lahir. Aku benci dengan perceraian, tapi aku juga nggak bisa seperti ini terus menerus. 

''Ibu ngapain kesini lagi?'' tanya Sabrina.

"Bi Asih menelepon Ibu, katanya Mahesa memarahi kamu, makanya Ibu langsung datang."

Meskipun mas Mahesa membanciku setidaknya masih ada orang-orang yang mempedulikanku.

1
Nethy Sunny
semoga yg d kandung camelia anak andre
Nethy Sunny
berani beraniny arum bangunin macan yg lg tidur 😆
Nethy Sunny
udahlah sabrina kamu g ada kewajiban berbakti sama suami kaya gitu minim akhlak 😤
Nethy Sunny
c arum sampe ngibrit gitu galak2 gitu juga ganteng 😆
Nethy Sunny
nyesek bgt jd sabrina 😭
Erna Wati
⭐⭐⭐⭐⭐🌹🌹🌹
Dwi Setyaningrum
Krn penjelasannya kurang lengkap dan Sabrina menolak utk penjelasan lengkapnya keburu esmosi jdnya ya gt deh..huhhh😏😒
Dwi Setyaningrum
walah critanya yg bodo ya Sabrina sih sdh ngerti bawa uang ga langsung plg mampir2 lg malahan..hadeh sdh tau jarak bank dg rmh panti jauh sdh gt mendung ehh malah mampir k toko utk liat2 baju..
tri kutmiati
sebenernya org yg pintar tdk akan mudah terpengaruh ..aplg dlm cerita ini posisi cinta segi tiga...tp outhor lbh membodohkn tokoh mahesa
tri kutmiati
mau maunya sdh tau suami ky gitu....
Mischa Chantika
Luar biasa
Anonymous
tu kan aida ,hatinyadak sepolos penampilannya
Anonymous
bahaya aida ada benih2 ke mahesa
Sunny Kwok
Luar biasa
Rswt Slv
Biasa
Erni Nofiyanti
jgn mau Arumi,entar Aya muncul loh
Lilis Suryani
Luar biasa
Lilis Suryani
dr awal baca nympe part ini nyesek wae,,, bener2 bagus ceritanya
suka banget 👍
asya yussi
Luar biasa
Ma Em
ya berarti Devan anaknya Mahesa dong kalau begitu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!