NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MULAI BERUBAH

"Stop bantu anak yatim itu!" sengak Melina bahkan sampai mendelik. Saat itu tak sengaja mama masuk kamar Arfan untuk membicarakan kelanjutan studinya ke luar atau mau kerja dulu, Arfan sedang ke kamar mandi, ponsel diletakkan di atas kasur, saat mama masuk bertepatan dengan ponsel itu menyala. Pop up chat menuliskan nama Ayuna dengan pesan Gak Usah.

"Keterlaluan kamu mau bantu dia, sok banget kamu. Sedangkan uang jajan kamu aja mama transfer, dengan mudahnya kamu kasih ke dia!" ucap Melina geram, melihat chat Arfan pada Ayuna. Ia memaksa putra sulungnya untuk membuka password ponsel, dan membuka room chat Ayuna. Mata beliau mendelik seketika, mengetahui Arfan sangat perhatian pada Ayuna. Hampir tiap hari menanyakan nomor rekening sang sepupu, yah Arfan masih berniat mentransfer uang jajan buat Ayuna, mesi sang sepupu sudah bekerja. "Jangan bikin dia manja, atau bergantung sama kamu. Mama sudah rela kamu beri dia motor. Ya kalau dia butuh uang biar dia kerja!"

"Ma, mama berdosa sama dia. Semua yang mama dan Om Yasa punya ini milik dia. Mama tahu dia jungkir balik hidup di luar sana karena keserakahan kalian. Pak Poh kurang baik apa, Ma sama keluarga kita sampai mama tega merebut semua milik anak Pak Poh!" Arfan kesal, ia sedikit meninggikan suara agar sang mama terbuka pikirannya, apa yang beliau lakukan itu salah besar.

"Dia sudah cukup enak menikmati hasil jerih payah kakak mama, sejak kecil dia gak pernah hidup susah, sedangkan kamu dan anak Om Yasa hidup berkecukupan saja."

"Ma, wajar dia hidup enak. Pak Poh menata sedemikian rupa agar sang anak tercukupi, sedangkan mama dan Om Yasa, gengsi aja digedein, beli mobil bagus, rumah gede, banyak koleksi baju branded dan sepatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan gaji mama. Saat mama dan Om Yasa banyak hutang, Pak Poh juga yang kasih jatah pada ponakan-ponakannya. Pak Poh tidak membantu kalian karena Pak Poh tahu percuma kalian dibantu, gali lubang tutup lubang perkara hutang bakal terus kalian lakukan."

"Kurang ajar kamu! Mama melakukan semua ini juga demi kebaikan kamu dan adik kamu! Jangan sok gak mau menikmati harta Pak Poh kamu!"

Arfan tersenyum sinis, "Memang, Arfan gak mau menikmatinya sendiri, sebisa mungkin Arfan memberikan uang atau apapun yang dibutuhkan Ayuna agar dia tidak sengsara. Ini hartanya."

"Bego jangan dibiarkan. Gak usah sok baik, pikirkan hidup kamu sendiri!" ucap Melina lalu keluar kamar Arfan dengan membanting pintu keras.

Arfan hanya bisa memejamkan mata, menahan emosi agar tak berkata lebih kasar kepada sang mama. Entah haru bagaimana lagi menyadarkan sang mama bahwa keserakahan akan menjadi boomerang bagi keluarganya kelak.

Ah... Jangan menunggu kelak deh, sekarang saja sudah terlihat efeknya. Kedai milik Pak Poh mulai mengalami penurunan omzet, padahal saat dipegang Pak Poh selalu ramai, program makan gratis setiap jumat pun sudah dihapus. Emang ya, usaha boleh sama tapi rezeki jelas beda pada tiap orang.

Arfan suntuk di rumah, apalagi setelah pertengkaran di rumah. Ia pun keluar berniat mengunjungi Ayuna saja. Ini weekend, pasti jam mengajar privat agak siang.

Ia hanya melewati sang mama tanpa pamit, bahkan sang adik meneriakinya untuk sarapan tak digubris. Muak dengan kelakuan anggota keluarganya yang ongkang-ongkang di rumah milik Ayuna.

Sampai di pelataran kos Ayuna, Arfan kembali menghela nafas berat. Pemandangan di depan mata membuatnya berprasangka jelek. Rajendra bersama Ersa mengobrol dengan santai di depan kos. Ersa berdiri dan Rajendra duduk di atas motor. Entah apa yang mereka bicarakan, terlihat asyik sekali.

Arfan melirik jam tangannya, pukul setengah 9 pagi dan Rajendra sudah bertengger di depan kos Ayuna. Gak mungkin dia barusan datang, pasti sudah setengah jam yang lalu atau bahkan lebih.

"Di mana, Mbak?" tanya Arfan melalui panggilan telepon.

"Aku di rumah Joyce, mamanya minta tolong aku, karena gak bisa antar Joyce lomba modeling di mall. Ada apa, Fan?"

"Tadi diantar Rajendra?"

"Enggak, berangkat sendiri. Rajendra ada proyek sama dosennya, udah berangkat keluar kota sejak kemarin sore."

Arfan tertawa sinis, Ayuna jelas ditipu. Namun Arfan tak mau ikut campur sekarang, sebaiknya menyusun rencana untuk membuktikan hubungan Rajendra dengan Ersa di belakang Ayuna. "Bagus deh, lebih baik gak bergantung sama dia," ucap Arfan sebelum mengakhiri panggilannya.

Arfan pun segera memakai helm, mulai menyalakan mesin motor, dan melaju pesat melewati dua calon pengkhianat itu dengan mengeber motor. Terlihat dari spion baik Ersa dan Rajendra menatapnya. "Brengsek kalian!" lirih Arfan.

Sedangkan Ayuna dan Joyce berada di mobil, diantar sopir keluarga Joyce menuju mall. "Mbak, aku menor gak sih?" tanya Joyce untuk kesekian kalinya. Pagi ini, anak didik Ayuna itu tampil sangat cantik. Didandani oleh MUA profesional, Joyce siap berlenggak-lenggok di atas catwalk bertema wonderful Indonesia. Dia memakai kostum ala Srikandi, lengkap dengan busur panah. Riasannya memang dibuat bold, dan Joyce merasa tak nyaman.

"Enggak kok, udah pas!" ujar Ayuna sembari menyodorkan cermin yang ia bawa. Joyce pun mengangguk.

"Mama sekarang makin sibuk, Mbak. Tiap hari ada aja meeting sampai lupa kalau punya anak."

"Hish, gak boleh ngomong gitu. Beliau kerja kan buat kamu, Joy!"

"Ya memang sih, tapi kasih waktu 3 jam buat dampingi anak lomba apa susahnya sih! Toh aku udah bilang dari lama loh!"

"Udah, gak usah badmood gitu. Nanti malah ke bawa saat catwalk."

"Ya tapi pengen nangis, Mbak!"

"Eh, eh gak boleh. Riasan kamu rusak nanti!" cegah Ayuna gelagapan, mana bibir Joyce sudah ditekuk lagi. Siap mewek. "Sabar, Joy!"

"Gak enak tahu Mbak kalau gak ada orang tua di samping kita!"

Ayuna langsung terpaku. Badannya merinding seketika, bayangan mengantarkan kedua jenazah orang tuanya muncul seketika hingga Ayuna memejamkan mata sebentar lalu menggelengkan kepala beberapa kali. Joyce menyadari hal itu.

Kini ia yang harus menyadarkan tutornya itu. "Mbak gak pa-pa?" tanya Joyce dengan menyodorkan sebotol air mineral.

Meski sedikit pusing, Ayuna pun menjawab tidak apa-apa. "Benar banget, Joy. Setiap anak pasti merasa gak enak kalau gak ada orang tua!" ucap Ayuna dengan senyum yang dipaksakan, kondisinya sudah kembali normal. Sekarang Joy yang mendengar curhatan Ayuna seksama.

"Apalagi anak yatim kayak Mbak gini, kesepian!" ucap Ayuna sambil menoleh ke arah Joyce yang merasa bersalah membahas orang tua. Anak SMP itu tahu kalau Ayuna sudah tidak memiliki orang tua.

"Mbak maaf!" ucap Joy merasa bersalah. Ayuna pun menggeleng.

"Gak pa-pa, Joy. Mbak harus terbiasa!" ucap Ayuna sambil tersenyum manis.

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!