.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
Pada hari Minggu pagi, aku mengajak suamiku untuk berbelanja keperluan Icha, kebetulan suamiku juga sedang libur kerja. Saat itu suamiku sedang berbaring sembari bermain Handphone di kamar.
"Mas, Belanja yuk," pintaku kepada suamiku.
"Mau belanja apa, Dik?" tanya suamiku dengan tetap sibuk dengan Handphone nya.
"Baju nya Icha, Mas, ayo, Mas," pintaku memaksa suamiku.
"Capek aku, Dik," ujar suamiku singkat.
"Capek dari mana kamu, Mas" Ujarku heran.
"Pengin istirahat aku, Dik" ketusnya.
"Aku jalan sendiri ya," ujarku sedikit mengancam.
"Ya, terserah," kata suamiku.
Aku yang sedikit kesal, keluar dari kamar, kemudian aku melihat ayah mertuaku yang lagi duduk santai di halaman belakang memandangi bunganya. Lalu aku menghampirinya.
"Ayah," panggilku sembari mendekat ke arahnya.
"Iya, Nak?" Sahut ayah seraya menoleh ke arahku.
"Ayah mau ngantar, Tuti?" tanyaku sambil tersenyum.
"Kemana, Nak?" tanya ayah melihat ke arahku.
"Belanja keperluan Icha, Yah," kataku.
"Oh iya," ucap ayah singkat.
"Mau, Yah?" tanyaku lagi.
"Iya ayah mau, sudah mau berangkat?" ujar ayah.
"Iya, ayo, Yah," ucapku.
"Ayah mandi dulu ya," kata ayah mertuaku sembari beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar mandi. Setelah bersiap-siap, aku berpamitan kepada suami dan ibu mertuaku
"Mas, aku belanja sama ayah," ucapku kepada suamiku yang masih sibuk dengan Handphone nya.
"Iya, Dik," jawabnya singkat.
Kemudian aku ke toko berpamitan kepada ibu mertuaku.
"Bu, tuti mau belanja keperluan Icha," kataku kepada ibu mertuaku.
"Naik apa, Nak, awas Icha masuk angin, kamu minta antar suamimu, pakai mobil ayahmu," ujar ibu mertuaku kepadaku.
"Tuti sama Ayah, Bu, mas Sugeng sibuk," ujarku kepada ibu mertuaku.
"Tumben ayahmu mau, kalau di ajak ibu belanja dia alasan terus," ucap ibu mertuaku sedikit kesal.
"Mungkin karena ini untuk keperluan Icha, Bu," sanggah ku.
"Oh, lya, untuk cucu kesayangannya," ucap ibu tersenyum.
Kemudian aku dan ayah berangkat.
Di perjalanan, aku mengobrol dengan ayah mertuaku.
"Putri ayah cantik sekali," kata ayah melihat ke arah Icha yang tidur di gendonganku.
Aku hanya tersenyum saat ayah mertuaku berkata seperti itu. Setelah hening sejenak aku memulai perbincangan serius dengan ayah mertuaku.
"Ayah," panggilku menoleh ke arah ayah yang sedang menyetir.
"Iya, Sayang," jawabnya.
"Aku mau tanya serius sama ayah," kataku.
"Sepertinya serius sekali, mau tanya apa sayang?" ujarnya.
"Hubungan kita ini akhirnya bagaimana, Yah?" tanyaku.
Mendengar pertanyaanku, ayah diam sejenak, beliau menghela nafas panjang.
"Ayah juga tidak tau bagaimana akhirnya," kata ayah sembari menatap ke jalan yang di lalui mobilnya.
"Kenapa baru punya pikiran seperti ini?" tanya ayah menatapku.
"Tuti takut, Yah," ucapku lirih.
"Takut kenapa sayang?" tanya ayah.
"Tuti takut pada akhirnya hubungan kita di ketahui mas Sugeng dan ibu, Yah," terang ku.
"Jadi, kamu mau mengakhiri hubungan ini?" tanya ayah mertuaku.
"Bukan begitu, Yah," ujarku.
"Lalu apa?" tanya ayah.
"Jujur, Tuti sayang sama, Ayah," tegas ku kepada ayah.
"Terus mau kamu bagaimana, Sayang?" kata ayah melihat ke arahku.
"Tuti bingung, Yah," ucapku lirih.
"Begini saja, kita jalani seperti biasa, seperti ayah dan anak, anggap kita tidak menjalin hubungan spesial, supaya ibu dan suamimu tidak curiga," kata ayah mertuaku.
"Tapi ayah, kalau di rumah berani sekali dekat sama Tuti," ujar ku.