Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama
Sabrina Salsabila gadis yang berumur 20 tahun itu akhirnya bisa menerbitkan senyum setelah dua bulan mengurung diri.
Kehidupan di panti asuhan membuat dirinya menjadi wanita yang tegas dan mandiri, namun karena kejadian perampokan yang merenggut keperawanannya dan hamil, Sabrina sempat menjadi wanita yang pendiam dan menyendiri. Dan kedatangan seorang pria tampan kini bisa memulihkan keadaan.
Bahkan sifat ceria dan tegasnya sebagai pengurus sebuah panti asuhan itu terus menghiasi wajahnya setelah pernikahan dilangsungkan beberapa jam yang lalu. ucapan Ijab Qabul itu masih terngiang menghiasi hatinya yang berdebar-debar.
Mahesa Rahardjo, pria tampan nan mapan berumur 27 tahun, dengan sikapnya yang dingin dan angkuh. Pria itu menerima Sabrina sebagai istrinya termasuk kehamilannya.
Senyum merekah masih menghiasi seluruh keluarga besar panti asuhan Kasih bunda dan keluarga besar Rahardjo, meskipun hanya beberapa orang yang tak setuju dengan perjodohan itu, nyatanya Pak Yudi Rahardjo selalu mengulas senyum saat menatap Sabrina yang kini menjadi menantunya. Tidak dengan Nyonya Rahardjo yang nampak datar saat menemui para tamu undangan.
Tunggu dulu, bukankah ada yang aneh, bagaimana sepasang pengantin baru tak saling bergandegan tangan, Sabrina baru mengingat itu semua, di awal menerima cincin kawin Mahesa juga tak mencium keningnya.
Sabrina menatap suaminya dari samping, namun tangannya masih menerima uluran tangan para tamu yang memberinya selamat. Sabrina berusaha menahan hatinya yang mulai gemuruh meminta penjelasan dengan sikap aneh Mahesa. Hingga tangannya tanpa sadar mendarat di lengan Mahesa.
''Jangan berani menyentuhku!'' sergah Mahesa menatap tajam.
Sabrina tercengang, jantungnya seakan berhenti berdetak saat mendengar penuturan suaminya. Hatinya terasa nyeri mendengar ucapan kasar Mahesa. Sabrina berusaha meredakan hatinya yang gemuruh, membuang jauh terkaan yang muncul begitu saja, Mungkin Mas mahesa lelah, itu keyakinannya.
Kejadian malam itu benar-benar mengubah hidup Sabrina seratus delapan puluh derajat. Dulu gadis yang sangat dipuji dan disanjung dengan keramahan, kesopanan, dan kebaikannya serta kecantikannya itu kini direndahkan orang hanya karena ulah laki-laki yang tak bertanggung jawab. Bahkan Sabrina pun tak tahu siapa orang yang berani menodainya hingga membuatnya hamil diluar nikah.
''Kita pulang!'' ucap Mahesa dengan nada datar. Melewati tubuh Sabrina yang masih terpaku.
Acara belum sepenuhnya selesai, namun Mahesa sudah meninggalkan tempat itu dengan hati dongkol. Membelah para tamu yang masih menikmati jamuan.
Setelah pamit kepada seluruh adik-adik panti asuhan dan pengasuh serta keluarga lainnya, Sabrina menghampiri dua sahabatnya yang selalu bersamanya dalam keadaan suka maupun duka.
Ketiga gadis itu hanya bisa basa basi lewat tetesan air mata. Tak ada yang sanggup berpisah dengan Sabrina, gadis yang menjadi teladan mereka.
''Semoga kamu bahagia.''
Hanya itu yang terakhir kali di ucapkan Sesil dan Arum sebelum melepas Sabrina pergi.
"Cepat!" lagi lagi Mahesa memperingatkan Sabrina untuk masuk ke dalam mobilnya. Tanpa memberinya kesempatan untuk memeluk satu persatu adik panti.
Teriakan demi teriakan anak panti terus menggema, namun Sabrina tak bisa lagi bersama mereka dan harus ikut Mahesa yang kini sudah sah menjadi imamnya.
Tak mau Mahesa menunggu lama, akhirnya Sabrina mengikuti perintah suaminya, tak ingin mengajukan pertanyaan apapun, yang pastinya wanita itu sudah bersyukur ada laki-laki yang mau menikahinya dan menjadi papa dari jabang bayi yang dikandungnya. Karena pria yang menyukainya pun perlahan menghindar disaat mengetahui kehamilannya.
Dalam perjalanan selama beberapa menit itu hanya ada keheningan, Mahesa sibuk dengan ponselnya, sedangkan Randu sibuk dengan setirnya, Sabrina memilih menatap ke arah luar menikmati pemandangan.
Apakah ini sikap mas Mahesa yang sebenarnya, ternyata dia sangat dingin, tapi kenapa dia mau menikah denganku? Mulai menerka
Masih banyak tanda tanya dalam hati Sabrina, namun wanita itu tak bisa berbuat apa apa dan menerima kenyataan kalau saat ini ia adalah istri Mahesa Rahardjo, Ceo Gold Ranjana Corp, pria yang belum di kenalnya sama sekali. Akan tetapi mau menikah dengannya yang sudah tidak suci lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Disebuah rumah mewah Mahesa dan Sabrina kini berada, wanita itu hanya mematung di ambang pintu dengan koper ditangannya. Bingung karena Mahesa tak menunjukkan apapun. Sedangkan Mahesa memilih ke ruangan kerja, beberapa menit kemudian pria itu keluar membawa sebuah map berwarna hijau dan kembali mendekati Sabrina.
"Kamu baca dan tanda tangani!" ucap Mahesa dengan tegas, lalu menyodorkan map yang dibawanya itu ke tangan Sabrina.
Sabrina melepas kopernya dan mulai membuka kertas yang dipegangnya.
"Apa ini, Mas?" tanya Sabrina antusias. Namun ia masih berpikir positif tentang Mahesa.
"Randu....''
Pria tampan yang dari tadi ada diluar itu masuk menghampiri Mahesa dan Sabrina.
"Saya, Mas," membungkuk ramah.
"Bacakan isinya!"
Randu meraih kertas yang ada di tangan Sabrina dan mulai membacanya.
Sabrina semakin bingung.
''Dalam isi kertas ini dinyatakan kalau Mahesa Rahardjo adalah pihak pertama, dan Sabrina Salsabila adalah pihak kedua.''
Sebelum melanjutkan, Randu menatap Sabrina yang nampak gelisah.
''Dan pointnya sebagai berikut:
Pihak kedua tidak boleh ikut campur urusan pihak pertama, baik itu bisnis maupun pribadi, dan pihak kedua tidak boleh menuntut apapun dari pihak pertama termasuk urusan cinta dan hak anak.
"Maksud Mas apa?" terpaksa Sabrina menyelak demi kejelasan isi dari tulisan tersebut. Wajahnya pucat pasi. Seluruh organ tubuhnya mulai tak bereaksi dengan baik. Bahkan denyut jantungnya semakin tak stabil saat menerima kenyataan.
Mahesa tersenyum sinis.
"Sampai kapanpun, aku tidak akan mengakui anak yang ada didalam kandunganmu itu adalah anakku, jadi jangan paksa aku untuk menyayanginya."
Suara itu bagaikan petir yang menggelegar. Tak menyangka Mahesa akan bicara seperti itu di hari pengantinnya.
Keceriaan yang berapa waktu lalu bangkit itu kini kali lenyap, Sabrina tak bisa berkutik lagi dan tak bisa mundur dari situasi.
"Lalu apa maksud Mas menikahiku?" tanya Sabrina lagi.
"Demi harta papa, aku mau menampung kau untuk tinggal di rumahku, kamu pikir siapa, kamu tak lain adalah perempuan kotor, dan satu lagi," Mahesa menunjuk wajah Sabrina dengan jari telunjuknya.
"Jangan pernah berharap aku mencintaimu, dan jangan coba-coba melapor semua ini ke papa, kalau kamu tidak mau anak dalam kandungan kamu lahir tanpa seorang ayah.'' ucap Mahesa dengan tegas.
Lahir tanpa seorang ayah.
Itulah hal yang paling menakutkan dalam hidup Sabrina, hingga wanita itu sanggup melakukan apa saja demi menutupi aibnya.
"Apa harus saya lanjutkan lagi?" tawar Randu.
"Tidak!" Dengan tetesan air mata Sabrina meraih kertas di tangan Randu dan menanda tanganimya, tak memikirkan dirinya yang mungkin akan terus tersiksa yang pastinya untuk saat ini satu harapan Sabrina, yaitu memberikan seorang ayah untuk bayinya disaat lahir ke dunia.
"Aku terima keputusan Mas, tapi aku mohon, sebagai suami aku, aku ingin nama Mas yang tercantum di data diri anakku nanti."
Tak ada jawaban, Mahesa meninggalkan Sabrina dan Randu yang masih mematung di ruang keluarga.
Kasihan juga dia, cantik, tapi harus mengalami nasib seburuk ini, hamil diluar nikah, dan sekarang harus terjerat pernikahan dengan Mahesa.
Setelah punggung Mahesa menghilang, Sabrina menumpahkan air matanya. Mahesa yang dianggapnya malaikat penolong itu kini berubah menjadi iblis yang laknat.
''Mari Non, saya antar.''
Seorang pembantu menyeret koper Sabrina menuju salah satu kamar yang ada dilantai bawah.
''Ini kamar Non, jika Non butuh sesuatu panggil saya. Nama saya Asih.''
Sabrina mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum ia benar-benar masuk ke dalam kamarnya.
Lelah hati, itu yang kini Sabrina rasakan, pernikahan yang ia kira akan melepaskan dari masalah, justru malah tumbuh masalah baru. Dengan perlahan Sabrina melepas hijab yang masih melekat dikepalanya.
''Aku pikir mas Mahesa menikahiku karena dia ikhlas ingin menolongku, tapi ternyata aku salah. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri.''
Sabrina tersenyum kecut. Menerima nasibnya yang entah bagaimana nantinya.
''Tapi aku janji, aku akan membuat mas Mahesa mencintaiku, aku harus bersabar, dan aku akan menunjukkan padanya kalau aku tak seburuk yang ia kira.''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-08-08
1
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2023-08-02
0
Cahaya Hayati
sedih baget nasib mu 😭😭😭❤️
2023-01-23
0