[Di sarankan membaca Transmigrasi Istri Pemburu Season 1 terlebih dahulu]
↓↓
Sesama Reinkarnasi yang mencari misteri kisah kehidupan masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak percaya
"Kita akhiri pembicaraan kita di sini saja." Yuwen mengelak lagi.
"Lagi? masih mau menyimpan sampai kapan?." Yue merasa heran.
"Entahlah ini sulit bagiku untuk bercerita, selama ini aku selalu melakukan segalanya secara rahasia dan sendirian. Bisakah kau mengerti sebentar? aku akan memberitahu saat waktunya tiba." Ucap Yuwen meminta pengertian.
"Percuma saja, aku sudah tau semuanya Yuwen." Ucap Yue sok tau.
"Itu hanya kisah di kehidupan lalu, bukan berarti di kehidupan ini aku memiliki jalan hidup yang sama." Ucap Yuwen.
"Benar juga, tapi istrimu hanya satu kan?." Tuding Yue.
"Tentu saja, meskipun tidak resmi." Jujur Yuwen.
"Ini membuatku kepikiran, ayo kita buat surat pernikahan legal secepatnya." Desak Yue.
"Aku akan mengurusnya nanti, sekarang fokus saja mengurus usaha yang ada. Kau juga harus banyak istirahat, masih banyak hal yang belum kita lakukan jadi jangan sampai sakit." Ucap Yuwen.
"Kau sedang perhatian padaku ya?." Yue tersipu malu-malu.
"Bukankah hal seperti ini lumrah untuk suami istri?." Yuwen menyelipkan anak rambut Yue.
"Yuwen, mungkin perasaan mu padaku masih terasa aneh. Tapi, saat ini aku sudah jatuh hati padamu." Ucap Yue.
"Tidak, kau jatuh hati dengan diriku yang dulu bukan diriku yang sekarang." Bantah Yuwen.
"Apa bedanya?." Heran Yue.
"Tentu saja berbeda, sepertinya yang kau katakan watak kami berbeda kan? aku akan membalas perasaan mu, tapi jangan terlalu berharap aku akan sama dengan Yuwen dulu. Mungkin kau akan kecewa karena terlalu berharap banyak padaku." Ucap Yuwen.
"Aku yakin seiring berjalan nya waktu kau akan tetap sama." Ucap Yue yakin.
"Kenapa kau begitu yakin?." Heran Yuwen.
"Karena dulu kau sudah berjanji padaku, kau berjanji akan menjadi suami dan Ayah yang baik bagi diriku dan Yi'er. Aku percaya kau akan menepati janji itu segera." Yue tersenyum manis.
"Benarkah aku seperti itu? padahal di kehidupan ini aku tidak pernah berpikir untuk membangun keluarga." Jujur Yuwen.
"Hahahah dulu kau pun sama seperti ini, tapi cinta dan ketulusan membuatmu berubah. Apalagi saat Yi'er lahir, kau langsung berubah 180° dan menjadi Ayah yang sangat protektif." Yue terkekeh lucu.
"Benarkah? aku sudah melihatnya sekilas dalam mimpi, itu terasa aneh." Jujur Yuwen.
"Hahahaha, baiklah aku tidak akan memaksamu untuk langsung terbuka padaku. Kita jalani pelan-pelan saja, tapi jangan terlalu lama ya." Yue mengalah.
"Terimakasih sudah mengerti." Yuwen tersenyum lembut, tapi dia melihat darah mengalir dari leher Yue, karena tergores belati miliknya.
"Maaf." Yuwen buru-buru menyobek lengan Hanfunya dan membalut leher Yue.
"Tidak apa-apa, luka seperti ini tidak masalah bagiku. Aku sudah pernah merasakan rasa sakit yang jauh berkali lipat lebih sakit." Ucap Yue tersenyum simpul.
"Apa? kapan?." Kaget Yuwen.
"Saat melihat suami dan putraku saling membunuh, saat melihat suamiku menghembuskan nafas terakhirnya sambil memelukku. Tidak ada yang jauh lebih sakit di banding itu." Jujur Yue, matanya berkaca-kaca lagi.
"Yue.... apa kau bersyukur karena bertemu lagi denganku di kehidupan ini?." Yuwen menatap Yue serius.
"Tentu saja, aku merasa sangat senang dan merasa menjadi manusia paling beruntung di dunia ini." Yue tersenyum manis, memperlihatkan gigi putihnya yang rapih.
"Ayo tersentuh lah dengan ketulusanku, kau harus kembali padaku Yuwen." Batin Yue.
"Terimakasih Yue, saat ini aku masih bingung harus membalas seperti apa. Tapi aku tidak akan mengecewakanmu." Ucap Yuwen mengelus rambut Yue tulus.
"Hahahaha, tapi jujur saja aku merasa senang bertemu denganmu saat masih labil begini." Yue tertawa lucu.
"Labil? apa itu?." Heran Yuwen.
"Belum dewasa, masa dimana pola pikirmu masih belum banyak pertimbangan matang. Watak dimana kau masih mencari jati diri yang sebenarnya, jangan terburu-buru menjadi dewasa. Aku akan menunggumu dengan sabar, asalkan kau tidak selingkuh saja." Ucap Yue jujur.
"Itu hal yang merepotkan Yue, aku sendiri bahkan heran kenapa kau mau denganku." Jujur Yuwen.
"Astaga kau sedang merendah sekarang? kau sangat tampan, tinggi, menghormati ku sebagai wanita, sabar, bahkan kau tidak pernah membentak atau memarahiku. Alasan apa lagi yang membuatku menolakmu?." Yue memuji.
"Tapi aku melukaimu hari ini, kau tidak takut padaku?." Yuwen nampak ragu.
"Tentu saja aku takut, tapi aku yakin ini yang terakhir kau melakukannya padaku. Dulu kau juga pernah mencekik leherku, ini adalah kejadian yang mirip." Yue tersenyum mengingat memori masalalu.
"Apa? bukankah dulu hubungan kita sangat hangat? kenapa aku mencekikmu?." Kaget Yuwen.
"Tidak ada yang instan, intinya entah dulu atau sekarang kita memang memulai semuanya dari awal. Dewi embun sudah menjanjikan kebahagiaan pada kita, dia berkata jika tidak akan ada perang di kehidupan ini. Aku berharap dia tidak berbohong, karena aku memang ingin hidup damai bersamamu." Ucap Yue jujur.
"Aku jadi semakin penasaran." Yuwen menatap Yue dengan wajah teduhnya.
Setelah pembicaraan yang cukup intens dan menguras emosi. Yue dan Yuwen memutuskan untuk berbaikan, mereka lanjut membuat nugget dan adonan bakpao untuk penjualan besok.
Setelah semuanya selesai Yue dan Yuwen bersiap untuk tidur. Namun pada tengah malam tiba-tiba Yuwen terbangun dengan tatapan dingin, matanya tajam seperti elang. Dia beranjak dari ranjang dengan hati-hati dan senyap, lalu keluar menuju halaman belakang.
Yuwen mengendap keluar dengan senyap bahkan tanpa suara sama sekali, dia dengan tampang datarnya terus maju dan berhenti di samping pintu pagar tembok belakang.
"Keluarlah." Ucapnya dingin.
Syuttt
Syutt
"Lapor ketua." Bayangan hitam berlutut di hadapan Yuwen.
"Katakan." Ucap Yuwen dingin.
"Semuanya aman terkendali, namun sepertinya anda harus segera kembali. Musuh sudah mulai menampakan dirinya, mereka mulai mengikuti jejak perdagangan kita dan menyabotase beberapa jalur." Lapornya.
"Hanya mengatasi hal remeh seperti ini saja kau tidak becus?! Pergi dan cari jalan keluarnya, jangan menggangguku sampai aku sendiri yang ingin kembali." Yuwen berkata sangat dingin dan tajam.
"B-baik ketua." Ucapnya takut.
"Dengar baik-baik, selama ini tidak ada siapapun yang tau jika pemilik guild serigala darah adalah diriku. Kau simpan kebenaran ini rapat-rapat, lakukan semua yang perlu di lakukan. Jika kau melaporkan tentang hal remeh seperti ini lagi, aku akan langsung mendepakmu keluar. Dasar manusia tidak kompeten." Ucap Yuwen kejam.
"Saya mengerti ketua." Ucapnya gemetar.
"Katakan pada Wei, selama aku tidak ada dia yang harus mengatasi semuanya sendiri. Jangan berani datang lagi kecuali aku yang memanggil, jangan memberikan celah sekecil apapun pada musuh." Yuwen berucap tegas.
"Dimengerti." Jawabnya tegas.
"Pergi." Usir Yuwen.
Syuttt
Whoshhh
Bayangan hitam langsung pergi dengan cepat menyatu dengan kegelapan malam. Yuwen menatap kepergian nya dengan tatapan dingin, dia masih berdiri di sana dengan raut wajah yang sulit di tebak.
"Kehangatan? Ayah dan Suami yang baik? omong kosong." Batin Yuwen.
"Bodoh."
Deg.
Yuwen buru-buru memutar tubuhnya ke belakang, dia sudah mengeluarkan pedang naga dengan kekuatan kultivitasi. Waspada dan siap menyerang penyusup yang bisa membahayakannya.
"Keluar dasar pengecut." Ucap Yuwen dingin.
grrrrrwwrrrr
hoshh
grewrrrrr
Bayangan aneh bergerak-gerak dari balik pohon bambu di sisi pojok kiri tembok kios, Yuwen mematung dan terus mengamati dengan serius. Jika penyusup kali ini adalah siluman atau hewan roh, maka dia harus bersiap mendapatkan kerusakan parah akibat pertempuran.
yang pasti aku suka dengan cerita dan cara menulismu 😁