Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Setelah kepergian wanita parubaya itu, Allesia memikirkan kalimat yang diucapkan wanita parubaya tadi. "Apa Ibu itu seorang peramal atau Ibu itu bisa membaca pikiran orang lain?" batin Allesia.
"Kak Allesia" panggil Yena, dia adalah asisten Apoteker yang bekerja di Apotek yang sama dengan Allesia.
"Iya, Yena" sahut Allesia.
Yena nampak ragu mengutarakan satu pertanyaan yang bisa saja membuat Allesia terdiam bahkan sedih. "Apa kakak tidak memiliki niat untuk kembali ke New York?"
Allesia tersenyum, ia menatap Yena sejenak. "Tunggu sampai Lusia berumur 6 tahun" ujarnya.
---------
6 tahun kemudian
New York
Disebuah Mansion, tepatnya di Mansion lama. Seorang pria memeluk lututnya. Pria itu duduk di sudut kamar sembari menenggelamkan wajahnya di sana. Penantian membuatnya bertahan, dia menunggu di Mansion yang bisa saja wanita pujaan hatinya akan datang menemuinya. Pria itu adalah Alfano, sejak kejadian waktu itu, Alfano mulai kacau dan dia terlihat seperti orang gila. Nama Allesia dan Lusia selalu ia sebut, baik di pagi hari, siang, maupun malam.
"Alfano, lihatlah dirimu. Kamu begitu kacau" ujar Ansel. Menatap pria yang sudah ia anggap sahabat. Sampai detik ini, Ansel belum juga berpikiran untuk mencari pendamping hidup. Entahlah, mungkin hatinya masih untuk Allesia atau ia sudah nyaman dengan status jomblo.
"Apa Allesia sudah datang?" tanya Alfano tanpa menatap Ansel.
"Belum. Tapi Aku punya kabar baik untukmu" kata Ansel.
Alfano mendongak, menatap Ansel dengan penuh tanya. "Kabar apa?" tanyanya serius.
"Ternyata kondisi kejiwaanmu begitu bagus jika berhubungan dengan Allesia dan Lusia. Aku sudah mendapatkan informasi mengenai mereka" kata Ansel.
"Benarkah, Ansel. Kamu menemukan istri dan anakku.." Alfano bersorak gembira, ia berhambur memeluk Ansel.
"Kamu itu laki-laki, begitupun aku.. jangan memeluk ku. Aku takut dibilang homo!" ketus Ansel.
"Maafkan aku," kata Alfano. Dua kata yang selalu Ansel dengar selama 4 tahun menjaga Alfano.
"Cepat sembuh, aku lelah merawatmu. Andai kamu bayi, kamu sudah sekolah sekarang" ujar Ansel lalu menghubungi penata rambut untuk datang ke Mansion. Selang beberapa menit, penata rambut pun datang untuk menata rambut Alfano yang sudah seperti orang gila.
"Jangan lari, mereka hanya ingin menggunting rambutmu. Apa kamu mau bertemu anakmu dengan pemampilan jelek seperti itu" kata Ansel agar Alfano tidak menyerang penata rambut yang hendak berjalan menghampirinya.
"Pesonaku dapat membuat wanita di luar sana tergiur. Aku tidak perlu mencukur rambut panjangku. Namun aku akan mendengar ucapanmu untuk kali ini, karena hanya kamu yang tahu keberadaan keluargaku sekarang" ujar Alfano, ia berjalan dan duduk di kursi yang berada di depan cermin yang berada di dalam kamar.
"Sepulang dari Rumah sakit, aku akan datang menjemputmu. Aku sif siang hari ini jadi jagalah dirimu selama aku tidak ada" kata Ansel sembari memainkan ponselnya.
Dua puluh menit kemudian, tukang cukur rambut profesional telah selesai menjalankan tugasnya. Kini Alfano kembali terlihat tampan. Model rambutnya pun terlihat sangat bagus.
"Terima kasih sudah mau datang" kata Ansel pada temannya yang berprofesi sebagai tukang cukur profesional.
"Tidak perlu berterima kasih, aku senang dapat membantumu. Bro, aku harus kembali sekarang"
Setelah tukang cukur kembali ke tempat kerjanya, Ansel mendekat menghampiri pintu kamar mandi. "Alfano... aku harus ke Rumah sakit sekarang.. makan makananmu dan bersiap-siaplah. Jam 17:00, aku akan datang menjemputmu..." teriak Ansel dari balik pintu.
"Haiss... apa dia berpura-pura gila selama ini. Setiap kali aku membahas Allesia dan Lusia, perubahan wajah dan perilakunya seperti orang waras" gumam Ansel, ia menggeleng lalu meninggalkan Alfano sendiri di Mansion.
Di dalam kamar mandi, Alfano sedang menatap wajahnya di cermin. "Aku akan bertemu anakku, aku akan bertemu istriku" gumamnya tersenyum bahagia.
Pukul 17:00, Ansel belum juga datang. Alfano kembali duduk di sudut kamar, bagaikan orang gila yang berpenampilan seperti orang waras.
Penampilan Alfano saat menunggu Ansel dan tatapan tajam saat menatap Ansel.
Ceklek... suara pintu. "Ada apa dengan ekpresimu..." seru Ansel, ia begitu kesal melihat ekpresi Alfano saat menatapnya.
"Kamu sudah lewat 15 menit 5 detik" kata Alfano.
"Orang gila masih bisa lihat jam..." ledek Ansel. "Ayo berdiri, apa kamu tidak mau bertemu istri dan anakmu"
Penampilan Apoteker Mykal Ansel, S. Si, M, Si
"Aku curiga sama kamu, aku rasa kamu sedang mempermainkan aku" kata Ansel, ia melihat Alfano seperti orang yang sehat-sehat saja.
"Aku sudah sembuh Ansel. Aku pernah mengatakan hal itu padamu tapi kamu terlalu memanjakan aku" balas Alfano. "Aku punya alasan kenapa aku duduk di sudut kamar dan memeluk lututku, aku tahu Allesia melakukan hal yang sama jika ia merasa menderita" jelas Alfano.
"Dasar keparat kau...!!!" pekik Ansel, ia mengejar Alfano sampai di luar Mansion.
Flashback On
3 tahun yang lalu, Alfano duduk di dalam kamar. Dia menatap wajahnya dicermin. "Aku harus sembuh. Aku ingin melihat anak dan istriku" gumamnya. "Jika aku berperilaku seperti orang waras, maka Venika akan terus mengusikku. Aku harus berpura-pura gila" lanjutnya.
Untuk mengurangi kerinduannya, Alfano melakukan hal konyol. Duduk di sudut kamar, ia tertawa, bahkan menangis. Karena tangis dan tawa itulah sehingga Ansel beranggapan bahwa Alfano belum sembuh.
Flashback Off
"Kamu harus membayarku, aku menjagamu selama 6 tahun. Bahkan, ibuku sampai mengusirku dari rumah karena perbuatanmu!" ketus Ansel.
Ansel di usir dari rumah karena membawa Alfano ke rumah mereka saat kejiwaan Alfano memburuk. Alfano membanting semua benda berharga milik orang tua Ansel. Karena hal itu, Ansel diusir dari rumah dan membawa Alfano pergi.
"Bawa aku bertemu istri dan anakku. Akan ku berikan sebagian hartaku padamu, salah satunya Rumah sakit yang di Italia" kata Alfano.
"Hanya sebagian saja?" tanya Ansel menahan tawa.
Alfano menatap tajam pria yang bersamanya. "Apa kamu mau Allesia dan Lusia kelaparan jika tinggal bersamaku nanti!!" ketusnya.
"Hahahahaha. Aku harap mereka tidak mau tinggal denganmu" ledek Ansel.
"Jika itu terjadi, aku akan membunuhmu. Dan aku pastikan, neraka tidak akan sudi menerimamu" balas Alfano lalu tertawa.
"Dasar keparat kau...!" ketus Ansel.
Ansel dan Alfano tiba di Bandara. Keduanya berjalan masuk menuju tempat cek in. Setelah selesai, keduanya menunggu di ruang tunggu. Tak membutuhkan waktu lama, terdengar pemberitahuan untuk segera masuk ke dalam pesawat. Penumpang lain, Ansel dan Alfano pun naik ke dalam pesawat.