Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 17
Tidak ada wanita dalam kamus seorang Calvin Gilbert, tidak ada juga kamus cinta dalam hidupnya. Selama hidup Calvin lebih suka bergelut dengan bidang bisnis dan juga baru-baru ini menjadi dosen yang entah kenapa ia geluti, dan sebelum mengenal sosok gadis yang selalu menemani malam ataupun siangnya dengan sebuah kenikmatan.
Hanya saja sejak menyatu dengan Fayola seorang Calvin tak lagi menunjukan keperkasaannya dengan wanita lain, jika sebelumnya Calvin bisa menyewa wanita bersertifikat aman dan nyaman. Namun sudah lama ini Calvin tidak melakukannya. Dia menahan hasrat jika jauh dari tubuh candunya, lebih baik menunggu sebentar dan dia akan pulang untuk meminta jatah bercinta yang tentu saja membuatnya tak puas hanya dengan satu kali.
Calvin bisa bercinta dengan wanitanya sebanyak yang dia mau, Calvin tak perlu mencari yang aman dan nyaman. Karena dirinya sudah memiliki satu yang semua bisa dia dapatkan dari wanitanya.
***
Jam empat sore Fayola baru bisa menarik bibirnya dengan lebar, udara diluar mampu membuat wajahnya berseri. Fayola menggandeng lengan Calvin yang berdiri disampingnya, keduanya sedang berdiri mengantri tiket masuk untuk menonton sebuah film.
Jika walah Fayola terlihat berseri, lain halnya dengan wajah Calvin yang tampak datar dan dingin bahkan terlihat sangat masam.
Dia tidak suka tempat seperti ini, menurutnya nonton hanyalah untuk para orang-orang lebai. Berbeda dengan Calvin yang sudah tidak lagi muda, pria itu hanya menuruti permintaan Fayola karena sesudah terjadi kesepakan untuk tiga ronde lagi.
"Kita duduk disebelah sana." Fayola menunjuk deretan bangku kursi bagian tengah, gadis itu menarik lengan Calvin yang sepertinya enggan dia bawa.
"Permisi," Fayola dan Calvin terlihat sedang melewati beberapa orang yang sudah duduk lebih dulu, membuat Calvin mendengus kesal.
Akhirnya sampai, Fayola tak melepaskan senyumnya yang manis, sampai-sampai membuat Calvin sendiri kesal.
"Apa bibir mu tidak kaku, sejak tadi kau tersenyum." katanya dengan ketus dan dingin.
Celine megambil popcorn dari tangan kanan Calvin,. sedangkan minuman tadi dia yang bawa.
"Tidak, karena aku memang sedang benar-benar bahagia." katanya tak lupa dengan tatapan dan senyuman yang tulus.
Dan entah mengapa justru membuat hati Calvin menjadi gelisah.
Tak lama lampu padam, sorot lampu hanya mengarah pada satu titik didepan, film yang Fayola tonton di putar, Fayola begitu antusias dengan film didepan sana. Sedangkan Calvin lebih banyak memiringkan kepalanya menatap wajah cantik Fayola dari samping.
"Bukankah dia wanita yang kuat?" Gumam Fayola dengan tatapan lurus ke depan, bahkan Fayola begitu menghayati film yang dia tonton, dari pancaran matanya ada kesedihan dan emosional yang biasa orang lihat jika begitu menghayati sebuah film.
Sedangkan Calvin justru menarik tangannya dan menggenggamnya erat. Entah apa maksudnya tapi Fayola yang melihat justru merasa sesak.
"Apakah hidupku akan seperti pemeran wanita itu,"
Fayola menelan ludah, film itupun mencerikan bagaikan seorang wanita yang tidak bisa memiliki kekasihnya, keduanya sangat mencintai namun si pria selalu menepis dan menolak wanita itu. Si pria hanya menganggap hubungan mereka atas kesenangan semata, namun tak jarang si pria menunjukan sisi perhatinya sehingga lama-lama membuat sang wanita menyimpan perasaan. Wanita itupun memilih menyerah dan pergi, hingga dirinya tidak tahu jika ada kehidupan didalam perutnya. Sudah pergi menjauh tidak mungkin ia kembali hanya untuk mengakui sesuatu, dan akhirnya wanita itu memilih sendiri dan menjalani kehidupan sendiri.
Fayola mengusap pipinya yang basah, tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja.
"Lain kali tidak perlu menonton film seperti itu." Gerutu Calvin saat keduanya sudah berada diluar gedung, kini keduanya berjalan ditengah ramainya orang-orang mereka ada di pusat swalayan terbesar di kota.
"Tapi aku suka, wanitanya begitu kuat jika aku yang mengalami aku belum tentu bisa sekuat dia." Katanya sambil mengikuti kemana Calvin akan membawanya.
Calvin melirik Fayola dengan ekor matanya, wajah gadis itu masih saja sendu.
"Hm," Calvin hanya bergumam tanpa berniat menjawab.
"Mau kemana lagi?" tanya Calvin sambil menggenggam tangan Fayola.
"Mau makan es krim boleh?" Tanya Fayola balik.
Calvin hanya melirik kembali dan membawa Fayola ketempat penjual eskrim.
Fayola tentu saja mengembangkan senyum, "Terima kasih pak," katanya diiringi sebuah kecupan di pipi Calvin.
Calvin hanya berdehem, meksipun dalam hatinya ia juga tampak senang.
Fayola duduk didepan Calvin, keduanya menunggu pesanan dibuat, tak lama datang dua buah mangkuk berisikan eskrim dan toping kacang almond kesukaan Fayola. Berbeda dengan Calvin yang justru memilih toping buah, karena dia alergi dengan makanan kacang, apapun itu.
Melihat Fayola yang sangat antusias membuat Calvin mengeluarkan ponselnya, pria itu dengan sengaja membidik Fayola dengan camera ponselnya.
Cekrek
Posisi Fayola yang akan menyantap eskrim dengan mulut yang sudah terbuka dan tatapanya tertuju padanya membuat foto itu tampak sempurna.
"Pakkk.." Rengek Fayola saat Calvin megambil fotonya tanpa dirinya siap.
"Sudah habiskan, nanti akan aku kirim jika hasilnya bagus." Kata Calvin cuek sambil menyantap makanan dingin dan manis itu, bahkan lebih manis apalagi sambil memandang bibir Fayola yang mengemut sendok es krim.
"Rasanya pasti nikmat jika diemut seperti itu." Batin Calvin mejerit dalam hati saat celana bagian bawahnya terasa sesak.
Fayola tak hanya menikmati es krim, dia juga meminta Calvin untuk menemaninya main ice skating. Fayola menarik lengan Calvin saat keduanya sudah memakai alat untuk berseluncur diatas permukaan es itu.
"Paakkk, tangkap aku!" Fayola berteriak sambil merentangkan tangannya saat gadis itu menywluncur kearah Calvin yang hanya diam mematung ditengah-tengah.
Dengan senyum lebar dan kedua tangan terlentang Fayola melaju menuju arah Calvin yang hanya diam memperhatikan.
Hingga saat Fayola semakin dekat untuk disentuh, tiba-tiba Calvin menghindar membuat Fayola gelagapan, tubuhnya menjadi tak seimbang dan akhirnya Fayola justru tersungkur.
Bruk
Auwsss
Fayola mendesis seperti merasakan sakit, Calvin yang melihat langsung menghampiri dan mengulurkan tangannya.
"Kamu tidak apa-apa," ucap Calvin dengan wajah cemas mengulurkan tangannya, tadinya ia hanya ingin mengerjai Fayola. Tapi siapa sangka jika tubuh gadis itu oleng dan malah jatuh. Calvin merasa bersalah.
Fayola mendesis lirih, kelihatan sekali jika dirinya kesakitan.
"Maaf." Sesal Calvin memang nanar.
Fayola meriah uluran tangan Calvin, namun bukan untuk berdiri, melainkan gadis itu justru menarik tangan Calvin kuat hingga tubuh jangkung pria itu ambruk di samping tubuhnya.
"Hahahaha satu sama pak." Kata Fayola dengan tawa khas-nya.
Pemandangan seperti ini membuat hati Calvin begitu terasa hangat, namun dibalik itu ada ketakutan yang dia rasakan.