NovelToon NovelToon
JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Suami Tak Berguna / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Harem / Cintapertama
Popularitas:442
Nilai: 5
Nama Author: Siti Zuliyana

Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KETIKA SEMUA KEMBALI, DAN JENDELA YANG TERBUKA UNTUK KEBHAGIAAN ABADI

Setelah 2 tahun semua anak pergi jauh—Lila di Eropa, Ayu di Jepang, Arif di Amerika—Rina dan Adi telah membuat banyak kenangan baru. Mereka berlibur ke Bali, Lombok, dan Sumatera; Rina telah menyelesaikan buku keenamnya tentang perjalanan mereka sebagai pasangan; dan dia juga sudah bisa melukis dengan baik—bahkan mengadakan pameran kecil di galeri Lila yang kosong di Jakarta. Adi telah pensiun dari perusahaan dan mulai bisnis kecil menjual tanaman hias, yang dia sukai sejak lama.

Satu hari, Rina menerima pesan dari Lila: "Bu, tunggu ya—kita semua akan pulang bulan depan! Ada acara spesial yang kita rencanakan." Rina menangis senang dan memberitahu Adi, yang langsung melompat-lompat senang. Mereka mulai membersihkan rumah, menanam bunga melati di halaman, dan menyiapkan makanan favorit anak-anak.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Langit cerah, udara sejuk, dan rumah dipenuhi hiasan bunga. Rina dan Adi berdiri di depan pintu, menunggu. Tiba-tiba, mobil pertama tiba—Lila keluar bersama Doni, membawa tas penuh lukisan baru. Dia memeluk Rina dan Adi dengan kuat: "Aku kangen banget, Pa, Bu!"

Beberapa menit kemudian, mobil kedua tiba—Ayu keluar dengan gaun tari tradisional Jepang yang cantik. Dia berlari ke arah mereka dan memeluk: "Ma, Pa, aku bawa hadiah untuk kalian!"

Tak lama setelah itu, pesawat Arif menyentuh landasan. Dia datang dengan tas besar yang penuh aplikasi baru yang dia buat, dan dia langsung berlari ke rumah ketika tiba: "Pa, Bu! Aku berhasil merilis aplikasi kedua yang digunakan oleh jutaan orang!"

Semua anak berkumpul di depan rumah, menangis senang, memeluk satu sama lain. Siti, Ibu Adi, Ibu Rina, dan Rio beserta keluarganya juga datang untuk bergabung. Meja di teras dipersiapkan dengan penuh makanan—nasi goreng Pa Adi, sambal matah Bu Rina, kue lapis Mama Siti, kue kering Ayu, dan camilan yang dibawa Arif dari Amerika.

Selama makan, Lila berdiri dan mengangkat cangkir jus: "Kita semua pulang hari ini untuk acara spesial. Yang pertama—aku dan Doni ingin mengumumkan bahwa kita akan menikah! Kita mau menikah di rumah ini, di depan jendela yang selalu terbuka untuk kita!"

Semua orang bersorak senang. Doni memegang tangan Lila: "Saya mencintai Lila, dan saya juga mencintai keluarga dia. Rumah ini dan jendela yang terbuka itu adalah bagian dari cerita kita."

Kemudian, Ayu berdiri: "Dan aku juga punya kabar baik! Kelompok tari saya akan mengadakan tur di Indonesia, dan saya akan tinggal di sini selama setahun. Aku mau mengajar tari kepada anak-anak di sekitar sini!"

Arif juga berdiri: "Dan aku juga akan tinggal di Indonesia selama setengah tahun. Aku mau bekerja sama dengan perusahaan lokal untuk mengembangkan aplikasi yang bermanfaat bagi masyarakat!"

Rina dan Adi menangis senang—semua anak mereka kembali, dan mereka akan punya banyak waktu bersama. Malam itu, mereka berkumpul di teras, dengan jendela kamar tidur yang terbuka lebar. Cahaya bulan menyinari mereka, dan bintang-bintang bersinar terang. Lila mengambil lukisan yang dia bawa dari Eropa—gambar keluarga mereka yang berkumpul di teras, dengan jendela terbuka ke langit yang penuh bintang dan burung-burung yang terbang dan kembali.

"Kak Lila, ini lukisan yang paling indah yang aku lihat!" kata Arif.

"Aku menggambarkannya selama pameran di Paris," kata Lila. "Setiap hari aku kangen rumah, aku menggambar jendela ini. Dia selalu membuatku merasa tenang, seolah-olah aku sudah pulang."

Adi memegang tangan Rina: "Jendela ini telah menyaksikan semua—kesedihan, kebahagiaan, perjuangan, dan sukses. Dia adalah simbol dari keluarga kita yang kuat."

Rina menyandarkan kepalanya di bahu Adi: "Ya, Sayang. Dia selalu terbuka—untuk anak-anak yang pergi, untuk anak-anak yang kembali, untuk cinta baru, dan untuk kebahagiaan yang akan datang."

Rio berdiri dan berkata: "Saya senang bisa menyaksikan semua ini. Jendela yang dulu terbuka di pagi hari itu bukan cuma celah—tapi pintu menuju kebahagiaan yang abadi untuk keluarga ini."

Semua orang mengangkat cangkir, berseru: "Selamat untuk Lila dan Doni! Semoga kebahagiaan selalu menyertai keluarga kita!"

Malam itu, mereka berdiri bersama di teras, melihat jendela yang terbuka. Angin segar bertiup, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang tak terlupakan. Anak-anak bermain bersama, orang tua bercakap-cakap dengan senyum, dan semua orang merasa bahwa ini adalah momen paling bahagia dalam hidup mereka.

Jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang selalu terpenuhi, untuk semua yang dicintai, untuk semua yang kembali, dan untuk kebahagiaan abadi yang akan selalu ada di rumah mereka.

Setelah 3 bulan semua anak kembali, persiapan pernikahan Lila dan Doni semakin padat. Mereka memutuskan untuk menikah di halaman rumah, tepat di depan jendela kamar tidur yang selalu terbuka—tempat yang menjadi simbol keluarga mereka. Semua orang membantu: Adi membuat rangka bunga dari kayu yang dia potong sendiri, Rina membuat kue pernikahan secara manual, Ayu merancang tari pembukaan, Arif membuat aplikasi khusus untuk mengundang tamu dan mencatat momen spesial, dan Siti membantu mengatur dekorasi.

Satu minggu sebelum pernikahan, masalah kecil muncul. Harga bunga yang akan digunakan untuk dekorasi melonjak tajam, dan mereka kehabisan anggaran. "Apa yang akan kita lakukan? Dekorasi akan kurang cantik tanpa bunga," kata Lila dengan khawatir.

Arif tersenyum: "Jangan khawatir, Kak. Aku punya ide. Kita bisa menggunakan bunga dari halaman rumah dan bunga yang dikumpulkan dari tetangga. Mereka pasti mau membantu."

Benar saja—ketika tetangga mendengar tentang masalahnya, mereka langsung memberikan bunga dari taman mereka: melati, melur, sepatu, dan bunga mawar. Bahkan Rio membawa bunga dari kebunnya yang besar. Dalam sehari, mereka punya cukup bunga untuk semua dekorasi. "Ini lebih cantik dari bunga yang dibeli," kata Lila dengan senyum.

Hari pernikahan tiba. Langit cerah dengan awan-awan putih yang sedikit, udara sejuk dengan bau bunga yang harum. Halaman rumah dihiasi dengan bunga-bunga yang dikumpulkan bersama, dan di tengahnya, ada panggung yang dibuat Adi—dengan latar belakang gambar jendela terbuka yang digambar Lila sendiri. Tamu mulai tiba: teman, keluarga, tetangga, dan bahkan seniman yang Lila kenal di Eropa yang datang khusus untuk menyaksikannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!