Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PREMAN PASAR
PREMAN Berpakaian jubah merah dengan celana hitam komprang mendekati Resi Jayabaya dan Rangga.
"Hei orang tua! besar juga pedang di punggung mu itu!" Resi Jayabaya tak menyahut nya. Rangga menatap sinis terhadap lelaki brewok berusia lima puluh tahunan. Para pedagang yang sejak tadi membicarakan calon Adipati semua nya diam karena tak berani berurusan dengan preman pasar itu.
Mata preman itu melototi Rangga sambil berkata,
"Hei bocah! Apa kakek mu ini sudah tuli?" Pada saat itu Resi Jayabaya yang baru membayar makanan yang di beli nya lalu menengok orang besar itu,
"Maaf anak muda, Telinga ku sedikit tuli jadi tak bisa jelas mendengar ucapan mu."
"Hmm banyak juga uang mu, Pak tua! Kau harus membayar denda padaku karena kau telah melanggar peraturan di pasar ini!"
"Apa yang aku langgar?" Tanya orang tua itu.
"Disini dilarang membawa pedang selain aku dan para pengawal kadipaten! Siapapun orang yang melanggar akan dikenakan denda! Jika orang itu menolak, Pedang itu akan dirampas dan kau akan di hukum!" Lelaki bertampang bengis itu menatap Resi Jayabaya yang tak ada rasa sedikit pun takut pada nya.
Lalu Resi Jayabaya bertanya,
"Atas dasar apa aku harus tunduk pada peraturan mu? Kau jagoan di sini anak muda? Apa pasar ini milik nenek moyang mu???" Lelaki itu menggeram merasa diremehkan.
"Grrrrrhhh!! Kau belum tahu aku rupanya pak tua!" Lalu ia menepuk dada nya.
"Namaku Mawung Dasim!! Aku ketua dari prajurit kadipaten yang menjaga pasar ini!! Jika kau tak membayar uang denda atau pedang itu, Tubuh tua mu itu akan ku remukan!!" Ucap nya sambil melotot tajam.
"Aku menolak dan tak takut pada ancaman mu, Babi gunung!!" Semua orang yang berada di situ takjub kepada keberanian si kakek. Ada juga yang bersitegang terhadap orang tua itu, Takut dijadikan korban kekerasan oleh Mawung Dasim.
"Kurang ajar kau tua Bangka!! Mulut tua mu itu memang perlu ku kasih tamparan halus!!" Mawung Dasim ingin menampar wajah tua Resi Jayabaya dan Rangga pun tegang sejak tadi melihat perdebatan itu.
"Mundur Rangga!" Tegas Resi Jayabaya dan Rangga segera mundur mencari tempat aman.
Tamparan Mawung Dasim ditangkis dengan tangan kurus nya Resi Jayabaya. Semua mata memandang tegang, Tangan besar nya Mawung Dasim mampu ditahan oleh tangan kakek tua itu. Lalu Mawung Dasim menyepakan kaki kanan nya hendak menendang perut lawan nya, Namun segera ditahan dengan tendangan kaki Resi Jayabaya.
"Bangsaaat!! Ku bunuh kau!! Heaah!!" Merasa diremehkan, Preman pasar itu mencabut golok nya yang terselip di pinggang nya dan ingin menebas leher Resi Jayabaya. Namun segera ditangkap dengan dua jari Resi Jayabaya dengan cepat.
*Tebbb!!* Orang besar itu mendelik melihat golok yang ia asah setiap malam sampai tajam mengkilap itu tak sedikit pun melukai jari tangan orang tua itu. Dalam satu hentakan golok itu patah jadi dua dan membuat mata preman makin mendelik takjub sampai membatin.
"Gila golok ini dipatahkan dengan mudah nya!! Orang tua mana dia sebenarnya!?"
Semua orang pasar bersitegang melihat kemampuan si kakek yang tergolong sakti itu, Orang biasa tak mungkin mampu menahan serangan fisik si Mawung Dasim dan itu sangat mustahil. Dalam keadaan bengong begitu, Perut Mawung Dasim disodok dengan dua jari dan membuat nya terpental sejauh beberapa tombak hingga membentur tukang jual sapi. Sapi jadi panik dan tubuh preman itu di seruduk oleh beberapa sapi,
"Auhhh mules sekali perutku seperti diseruduk lima ekor sapi!" Ucap nya dalam hati dan kemudian berteriak kesakitan.
"Wadow tangan ku!!"" Tangan nya terinjak kaki sapi dan segera bangun. Muka nya merah karena menahan malu dilihat banyak orang di pasar itu, Lalu ia segera pergi ke arah kadipaten seraya menudingkan ancaman.
"Akan ku balas nanti pak tua!!" Ucap nya sambil memegang perut nya yang mulas dan tangan nya yang ngilu.
Rangga dan orang-orang yang ada dipasar tersenyum bangga melihat orang tua itu mampu mengalahkan preman sadis dipasar itu. Banyak yang memuji nya karena tak ada seorang pun yang mampu mengalahkan orang besar hanya modal tampang angker itu. Rangga dan Resi Jayabaya sudah mau pulang meninggalkan pasar itu, Resi Jayabaya tak ingin jati diri nya di ketahui oleh orang banyak. Rangga bertanya terus sejak dari pasar soal preman bernama Mawung Dasim itu,
"Apakah orang itu akan membalaskan dendam kek?"
"Biarkan saja itu urusan nya."
"Apa kakek tak merasa takut pada orang galak tadi?"
"Tak perlu takut pada siapapun nak, Selagi kita tak bersalah jangan sampai harga diri kita dipermainkan!"
"Begitu ya kek." Ucap Rangga manggut-manggut.
Pada saat itu muncul rombongan orang-orang berpakaian pengawal melintasi pasar tradisional itu. Semua orang segera membuka jalan dan membentuk barisan dipinggiran jalan. Ada tiga orang yang naik kuda berada di depan dan dua lagi di belakang, Ditengah-tengah ada seorang lelaki berpakaian bagus mirip seorang Raden dari suatu kerajaan, Tampang nya nampak sombong dan angkuh ia bernama Raden Jatiluhur. Yang kedua pun sama di tuntun oleh tiga pengawal di depan dan dua di belakang, Kali ini yang di kawal orang berpenampilan sedang dan berwajah teduh. Ia melambaikan tangan ke para penduduk yang ada di pasar itu, Pakaian nya biasa saja namun ia mengenakan pakaian seperti seorang Adipati pada umum nya. Ia bernama Surapati Wisma mantan Adipati karang tengah.
Dan yang terakhir yang dikawal adalah seorang lelaki agak gemuk, Wajah nya menampakkan kebengisan tersendiri dan memiliki kumis tebal. Sorot mata nya tajam dan ia hanya menatap lurus saja ke depan, Tak ada tanda-tanda bersahabat diwajah nya seperti orang yang sedang marah. Ia bernama Harya Soka, Tuan tanah yang hobi kawin.
Para warga berkasak-kusuk membandingkan tiga kandidat yang akan mencalonkan sebagai seorang Adipati di kadipaten lengoksari. Acara itu akan di adakan di alun-alun kadipaten saat itu juga dan semua warga diharapkan hadir untuk memilih dari salah satu ketiga kandidat tersebut. Banyak pertimbangan dimasing-masing pihak, Karena mereka takut salah memilih pemimpin seperti Adipati lengoksari sebelumnya yang doyan korupsi, Makan gaji buta dan doyan main perempuan. Adipati sebelumnya di lengserkan paksa atas tuntutan para warga dan kini kursi Adipati sedang kosong. Brosur pencarian pemimpin disebar dan hanya menerima seorang lelaki yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Adipati atau memiliki kekuasaan disuatu daerah. Seperti kandidat pertama, Ia anak dari seorang raja di wilayah pamekasan, Yang berada di Jawa bagian timur dan memiliki gelar Raden. Ia masih muda dan belum pernah menikah.
Yang kedua adalah seorang mantan Adipati karang tengah yang terbilang sangat ramah dan santun terhadap para warga nya. Ia seorang duda kaya yang memiliki perkebunan teh di wilayah Jawa bagian barat. Dan yang ketiga adalah seorang tuan tanah dijawa bagian tengah, Orang terkaya di daerah lengoksari dan sebelumnya ia adalah seorang kepala desa di kampung wanogiri. Orang bertubuh agak gempal itu memiliki hobi yang jarang sekali orang-orang lakukan, Yaitu memiliki istri lebih dari satu.