PENDEKAR SINTING

PENDEKAR SINTING

PERTARUNGAN MASSAL

DERU Angin badai menerpa kencang dahan-dahan pohon kelapa nyiur di tepi pantai. Pantai itu dinamakan pantai segara anak, yang arti nya pantai tersebut adalah anak pantai. Berarti jika pantai tersebut adalah anak pantai, Harusnya ada ibu pantai nya juga bukan? Ini bukan sekedar lelucon dan memang begitu kenyataannya. Sebab kata seorang sesepuh yang dituakan oleh masyarakat yang tinggal didekat pantai itu. Katanya, Dulunya pantai tersebut sangat luas dan memiliki pasir putih yang halus dan bersih. Tidak ada batuan karang disepanjang pantai dan yang membuat aneh adalah pantai tersebut memiliki dua wilayah berdasarkan keterangan dari sang sesepuh.

Orang-orang dulu menyebutnya Pantai Kembar. Karena ada dua wilayah pantai yang sama percis wilayah dan aneka ragaman nya. Pantai Kembar tersebut dibatasi oleh sebuah bukit kecil yang menggunung tak seberapa tinggi membentang dari ujung hutan pantai menjorok ke arah mulut laut. Namun, Pantai Kembar itu sekarang sudah tidak ada karena sudah hancur dihantam badai ombak beberapa puluh tahun silam. Setelah peristiwa badai besar yang banyak memakan korban jiwa itu, Bentangan bukit yang menjadi pembatas dua sisi pantai tersebut hilang dan memunculkan keanehan di bekas bukit nya. Bekas gundukan bukit yang membentang itu telah rata dengan pasir pantai, Namun ada cekungan ditengah garis bekas bukit itu.

Ternyata ada sesuatu yang terkubur di dalam bukit yang membentang sebelum nya itu. Yaitu sebuah pusaka yang banyak di incar dan di cari para tokoh-tokoh di dunia persilatan. Munculnya pedang keramat itu membuat geger rimba persilatan, Seorang tokoh tua yang sakti datang ke pantai itu untuk mencari pusaka sakti itu. Namun langkah nya terhenti karena bukan dia saja yang datang ke pantai segara anak, Ternyata banyak juga para tokoh muda-mudi tua-tuir dari golongan lelaki dan wanita. Tokoh tua itu mengintip dari balik pohon tak terlalu besar, Iya menyaksikan orang-orang yang ada di pantai segara anak. Mereka sedang ramai saling bertarung satu dengan yang lain nya dan terlihat masing-masing tak memihak siapapun alias solo player. Ada juga yang saling bantu dan melindungi, Mungkin ada ikatan diantara mereka yaitu guru dan murid atau sanak dan saudara nya.

Kala kejadian itu penduduk ditepi pantai belum ramai penduduk nya dan hanya beberapa rumah berbentuk gubuk yang berdiri agak jauh dari pantai. Para penduduk tak ada yang berani mendekati orang-orang yang sedang bertarung itu. Suara denting senjata tajam beralirkan tenaga dalam silih beradu dan memekakan telinga membuat ngeri orang yang mendengar nya.

*Tring-Trang-Tring-Trang*

*wuiiiit duarrrr!! Blegarrr!!*

*Heaaaat!! Huaaah! Auhhhh! Arhhhh! Urhghh! Hahaha modar kau!!*

Begitu ramai suasana dipantai itu, Mungkin orang yang tak tahu keramaian apa yang sedang terjadi di pantai itu menandakan orang-orang sedang asyik liburan main di pantai. Namun kenyataannya tidak begitu, Yang terjadi adalah nyawa dijadikan taruhan dan raga tak berguna kala ditinggal nyawa. Begitu kira-kira kejadian nya yang saat itu sedang terjadi di pantai kembar sebelum berganti nama pantai segara anak.

Pasir pantai yang awal nya bersih dan putih itu berubah menjadi pantai yang berbau anyir dan berwarna merah darah. Banyak yang tumbang karena saling membunuh satu sama lain. Tak ada rasa belas kasihan di benak dan hati mereka, Semuanya sudah diambang murka dibakar napsu setan ingin merebut sebuah pusaka yang tertancap di atas batu seukuran kepala kerbau. Pusaka tersebut berbentuk pedang panjang, Gagang nya membentuk kepala naga sedang menganga. Warna gagang itu berwarna coklat kayu bercampur merah hati. Ada rumbai benang biru petir seperti janggut naga. Pedang itu tak memiliki sarung dan memiliki tepian gerigi mirip gergaji tapi sangat tajam. Tepian sebelah nya terlihat mengkilat dan tajam sekali. Ada ukuran pola naga membentang dari ujung pangkal gagang sampai ujung mata pedang yang tertanam sebagian.

Mata pedang itu terlihat sangat tajam berkilauan ketika tersorot cahaya matahari di siang menuju senja itu. Tak satupun mereka sanggup mencabut pedang yang tertancap itu, padahal pedang itu terlihat tak terlalu dalam. Namun begitu sukar dicabut ketika ada seorang lelaki setengah tua yang berhasil menumbangkan lawan nya. Ia berlari dan segera mencabut pedang itu dengan paksa. Semua tenaga ia kerahkan bahkan memakai tenaga dalam pun ia belum sanggup untuk mencabut nya.

"Kucing kurap!! Aku kira gampang untuk mencabut nya!! Ternyata susah juga sialan!!"

Tiba-tiba seorang pemuda meloncat menebas leher lelaki setengah tua itu dengan parang tajam nya. Dengan cepat tanpa permisi lagi, Parang tajam itu menebas leher teman nya sendiri.

"Mati kau Sugali! Hahaha! Pedang sakti ini akan jadi miliku! Tak peduli kau teman ku atau saudara ku!!"

Ucap pemuda berperawakan kurus memakai baju gamblang hitam keabu-abuan mirip seorang dukun. Tawa gembira tersirat diwajah nya yang tirus tanpa kumis itu. Demi mendapatkan pedang pusaka itu, Ia rela menebas leher teman nya sendiri tanpa ada rasa kasihan dan bersalah.

Namun sayang kecerian nya hanya sesaat. ketika ia akan menarik pedang itu, Seberkas sinar berwarna kuning tua melesat ke arah nya. Padahal orang yang bernama Rajah Mukti itu selalu waspada akan serangan lawan nya, Namun kewaspadaan nya hilang karena terlalu gembira melihat pedang pusaka yang ia idamkan itu ada didepan nya.

*Sruuuttt!! Duarrrr!!*

Orang yang menyentakan tangan menguncup dan mengeluarkan sinar kuning tua itu adalah seorang perempuan muda cantik dan montok berwajah agak dewasa. Perempuan itu memakai jubah tipis warna hijau muda dan dalam baju menyerupai kutang berwarna merah jambu. Buah dada nya yang menyumbul kencang itu tak membuat nya sesak ketika menghindari tebasan pedang yang datang ingin memenggal nya.

Sinar kuning tua nya memang berhasil menghantam tubuh Rajah Mukti dan membuat tubuh pemuda kurus itu hancur menjadi pecahan daging. Pecahan daging tubuh Rajah Mukti menyebar menghujani orang-orang yang beberapa masih hidup dalam pertarungan hidup dan mati. Aneh nya pecahan tubuh Rajah Mukti terpental ketika terlempar ke arah pedang pusaka. Tak ada suara jerit kesakitan dari Rajah Mukti karena tubuh nya hancur terhantam sinar tenaga dalam milik wanita bernama Ayu Cendani.

Diperkirakan hanya tersisa dua belas orang yang masih tegak berdiri saling bacok dan beradu tenaga dalam. Ada juga yang saling beradu gerakan silat, sama-sama lincah dah gesit. Suara hentakan dan deru napas memburu penuh amarah masih terdengar nyaring di telinga tokoh tua yang sejak tadi masih mengintip pertarungan massal itu. Para penduduk sudah tak kuat melihat darah berceceran dan mayat bergelimpangan tiada henti, Mereka sudah pergi ke gubuk nya masing-masing dikarenakan langit sore sudah mulai gelap.

Tak peduli senja menjadi malam, Pertarungan berdarah itu tetap berlanjut dan menyisakan enam orang. Orang tua berwajah lonjong mirip bola besbol berjanggut panjang putih berseru kepada wanita yang bernama Ayu Cendani.

"Cepat cabut pedang itu Ayu!"

"Baik Guru!"

Ayu Cendani bergegas mencabut pedang itu, tak ada yang menghalanginya karena yang lain nya masih sibuk melawan musuh yang sama-sama kuat nya. Jadi mereka hanya fokus pada pertarungan dan lupa akan tujuan mereka itu bertarung untuk apa. Orang tua itu ternyata guru nya Ayu Cendani. Iya sedang berusaha menghadang lawan nya yang tegap gagah dan kekar namun berwajah bengis berkumis baplang. Tinggi nya hampir sama, Hanya perawakan nya saja yang berbeda. Diperkirakan umur lelaki gagah berpakaian mirip orang baju kungfu berwarna jingga kusam itu sekitaran empat puluh tahunan. Mata nya sipit dan kulit nya kuning langsat tanpa bulu.

Lelaki bermata sipit itu bernama Kang Liu Sang. Ia mencoba meninju lawan nya dan berhasil ditangkis dengan cepat.

"Minggir kau Karang Gantung!!" Bentak Kang Liu Sang kepada kakek tua yang ternyata bernama Karang Gantung.

"Aku tidak akan minggir!! Memang nya siapa kau menyuruhku hah???"

"Setan kurap!! Kalo saja Cambuk Getih ku tidak hancur ketika melawan si Telapak Rengat, Sudah sejak siang tadi kau sudah modar bersama murid jalang mu itu tua keropos!!"

"Banyak omong kau bocah ingusan!! Hiiaahhh!!" Karang Gantung berkelit melompat ke depan dengan cepat dan menendang dada Kang Liu Sang, Namun segera ditahan oleh Kang Liu Sang dengan kedua telapak tangan nya. Kang Liu Sang mundur beberapa tindak dan hampir terjengkang. Wajah nya nampak tegang karena menerima serangan penuh tenaga dalam.

"Ughhh sial!! Berat juga tendangan kosong si tua Bangka itu!!" Ucap Kang Liu Sang dalam hati nya, Namun mulut nya berkata lain.

"Tendangan mirip kuda banci begini tidak ada apa-apa nya terhadap ku!!"

Kang Liu Sang langsung mengalirkan hawa murni nya untuk mengatasi nyeri di dada dan telapak tangan nya. Wajah nya tetap dingin menatap Karang Gantung dan sesekali melirik Ayu Cendani yang sejak tadi belum bisa menarik pedang pusaka yang tertancap kuat itu.

Terpopuler

Comments

Mia Sagitarius

Mia Sagitarius

lanjut

2025-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!