Lima abad setelah hilangnya Pendekar Kaisar, dunia persilatan terbelah. Pengguna tombak diburu dan dianggap hina, sementara sekte-sekte pedang berkuasa dengan tangan besi.
Zilong, pewaris terakhir Tombak Naga Langit, turun gunung untuk menyatukan kembali persaudaraan yang hancur. Ditemani Xiao Bai, gadis siluman rubah, dan Jian Chen, si jenius pedang, Zilong mengembara membawa Panji Pengembara yang kini didukung oleh dua sekte pedang terbesar.
Di tengah kebangkitan Kaisar Iblis dan intrik berdarah, mampukah satu tombak menantang dunia demi kedamaian, ataukah sejarah akan kembali tertulis dalam genangan darah?
"Satu Tombak menantang dunia, satu Pedang menjaga jiwa, dan satu Panji menyatukan semua."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Penyelamat dari Langit
Belati Pria Topeng Emas berkilat di bawah lampu kristal yang remang-remang, meluncur turun menuju leher Zilong yang tak sadarkan diri. Pria itu menyeringai penuh kemenangan, berniat mengakhiri riwayat sang pewaris naga saat itu juga.
TRANG!
Bukan suara daging yang tertusuk, melainkan dentuman logam yang sangat nyaring. Sebuah pedang panjang dengan gagang berwarna giok menghantam belati itu hingga terpental jauh.
"Sudah cukup kau mengotori tanganmu dengan darah pemuda ini, Iblis Merah!" sebuah suara berwibawa menggema di seluruh ruangan.
Dari langit-langit yang runtuh, belasan pendekar berjubah putih dengan lambang awan biru meluncur turun. Mereka adalah pasukan elit dari Sekte Pedang Giok, faksi pedang terkuat yang menguasai wilayah perbatasan dan telah lama menjadi musuh bebuyutan Sekte Bayangan Darah.
"Habisi semua pengikut bayangan! Jangan biarkan satu pun lolos!" perintah pemimpin mereka, seorang pria paruh baya dengan aura yang sangat tenang namun tajam.
Pria Topeng Emas, yang sudah terluka parah akibat amukan Zilong sebelumnya, menyadari bahwa situasinya telah berbalik. Tanpa menunggu lama, ia melemparkan bom asap hitam dan menghilang ke dalam lorong-lorong rahasia, meninggalkan anak buahnya untuk dibantai oleh para pendekar Sekte Pedang Giok.
Pemimpin sekte itu, Master Han, segera mendekati tubuh Zilong. Ia memeriksa denyut nadi pemuda itu dan mengernyitkan dahi. "Dia membakar esensi jiwanya... sungguh nekat. Jika kita terlambat semenit saja, jantungnya akan berhenti berdetak."
Di ujung lorong, suara teriakan terdengar. Xiao Bai dan Jian Chen, yang ternyata tidak benar-benar pergi jauh, kembali menerobos masuk setelah bertemu dengan pasukan Sekte Pedang Giok di jalur pelarian mereka.
"ZILONG!" Xiao Bai menjerit saat melihat Zilong yang tergeletak bersimbah darah. Ia segera berlutut di sampingnya, air matanya tak terbendung lagi. "Bangun! Kau janji tidak akan meninggalkanku!"
"Dia masih hidup, Gadis Kecil," ucap Master Han lembut. "Tapi lukanya sangat dalam. Kita harus segera membawanya ke markas kami untuk pengobatan tingkat tinggi. Hanya kolam giok kami yang bisa menenangkan esensi jiwanya yang terbakar."
Jian Chen, yang masih memapah Paman Lin yang lemas, mendekat dengan wajah penuh rasa bersalah. "Terima kasih, Master Han. Kami berhutang nyawa pada Anda."
"Jangan berterima kasih padaku," sahut Master Han sambil menatap Tombak Naga Langit yang tergeletak di samping Zilong. "Kami datang karena merasakan getaran energi naga yang sangat kuat di sini. Kami sudah lama memburu kelompok Topeng Emas, tapi pemuda inilah yang sebenarnya menghancurkan pertahanan mereka."
Para pendekar Sekte Pedang Giok dengan sigap membuat tandu darurat. Mereka membawa Zilong, Xiao Bai, Jian Chen, dan Paman Lin keluar dari neraka bawah tanah Kota Terlarang sebelum tempat itu benar-benar runtuh akibat ledakan energi sebelumnya.
Sepanjang perjalanan menuju markas Sekte Pedang Giok, Xiao Bai tidak melepaskan tangan Zilong sedikit pun. Ia terus membisikkan mantra-mantra kuno, sementara Jian Chen menatap bendera putih di punggung Zilong yang kini bernoda darah merah pekat.
"Tombak dan pedang..." gumam Jian Chen pelan. "Hari ini, tombak menyelamatkan kita semua. Aku bersumpah, Zilong, saat kau bangun nanti, pedangku akan selalu berada di depanmu agar kau tidak perlu membakar jiwamu lagi."
Rombongan itu bergerak cepat menembus kabut malam, meninggalkan Kota Terlarang yang kini menjadi puing-puing sejarah. Tantangan baru telah menanti di Sekte Pedang Giok, tempat di mana takdir Zilong mungkin akan terungkap lebih dalam lagi.