Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
"Tapi saat ini pertanyaan ku adalah...." ucapan Hersa menggantung
"...apa yang dilakukan seorang Pangeran di tempat seperti itu?" ucap Penyihir Hersa dengan menatap tajam ke arah putranya.
Deg
Mata semua orang kini berfokus pada Xavier, terutama Erika yang membelalak tak percaya dengan realita yang ada.
"A-apa? Ke-kenapa kau menatapku seperti itu?" Xavier menegakan badannya saat melihat tatapan Erika yang seperti di khianati.
"Pangeran" suara itu semakin tajam saat Hersa tidak mendapat jawaban dari putranya.
"Ugh....ayolah ayah, kita sudah sepakat untuk tidak memanggilku seperti itu saat berada di luar istana!" Kesal Xavier pada ayahnya
"Bukan itu jawaban yang aku minta" ucap Hersa menuntut jawaban.
"Ugh...saat itu aku sedang mencari sesuatu di sana...dan...kemudian...aku melihat kejadian itu...dan aku memutuskan mengikuti tengkorak berjubah yang membawa Erika pergi" jelas Xavier panjang lebar.
"Dan apa yang kau cari di tengah malam?" Tanya Hersa yang membuat Xavier menggigit lidahnya.
"...sesuatu....sesuatu ayah...apakah aku harus mengatakannya?" Ucap Xavier yang membuat semua orang penasaran dengan apa yang ia cari.
"Ya" jawab ayahnya singkat.
Xavier menghela nafas dan menerima nasibnya, dengan ragu dia mulai membuka suara.
"Aku...aku mencari...liontin ekor duyung yang ayah berikan padaku..." dengan pasrah Xavier menceritakannya.
Mendengar itu Hersa menggebrak meja, membuat semua orang terpelojak kaget dengan apa yang mereka dengar. Mata Hersa menatap putranya dengan tajam seolah akan menguliti putranya.
"Kau...menghilangkan itu?" Wajah Ayah Xavier terlihat penuh amarah.
"Apa kau tidak tau seberapa penting benda itu!?" Lanjut Hersa yang kini sudah naik pitam.
Xavier menunduk dan memainkan jarinya saat ayahnya mulai memarahinya seperti anak kecil.
Pertemuan itu akhirnya diakhiri dengan Amarah ayah dan anak itu, ruangan kembali sunyi saat keduannya pergi dari ruangan dan kembali ke tempat mereka.
"Kalian bisa kembali ke asrama, aku akan mengantar kalian dengan sihir teleportasiku" ucap Penyihir Rey melihat kearah dua siswa yang masih di ruangannya.
"Tidak perlu, aku akan mengantarnya" ucap Alzer yang kemudian berdiri dari kursinya.
Melihat itu Erika juga segera berdiri mengikuti Alzer yang akan keluar ruangan, seperti anak itik yang mengekori induknya.
"Jangan lupakan jika kami mengawasi mu nona Erika" ucap Penyihir Rey yang membuat Erika menoleh.
"Karena kau salah satu yang mereka pilih, maka mau tidak mau kau harus belajar menguasai energi sihir di dalam dirimu" lanjut Penyihir Rey membuat Erika mengaguk dan pergi.
Saat itu Erika bertekad untuk memperkuat diri, setidaknya untuk melindungi dirinya sendiri saat nanti mereka datang untuk menjemputnya.
***
Sinar mentari datang menyapu kulit putih seorang gadis dengan lingkar hitam di bawah matanya, tampak gadis itu menatap sang mentari dari jendela kaca kamarnya, perasaan kesal dan lelah bercampur menjadi satu saat matahari terbit tanpa seijin darinya.
Namun apa daya gadis itu yang tidak bisa mengatur matahari itu terbit atau tidak, kini gadis itu sudah mengobrak-abrik lemari pakaian mencari jubah merah marun miliknya, matanya yang sayu karena kurang tidur menatap sekitar kamar dan menemukan jubahnya tergeletak di lantai.
Ia baru ingat, semalam setelah pulang dari kekacauan yang terjadi gadis itu langsung tidur di kasurnya tanpa membersihkan diri, dalam hatinya mengumpat menyesali perbuatannya.
Tangannya mengangkat jubah itu keatas, saat matanya menemukan sobekan di bagian punggung jubah itu.
"Sial" umpatnya
"Haruskah aku bolos saja hari ini?" Pikir Erika yang sudah lelah dengan kesialannya setiap hari.
Dia mulai membaringkan kembali dirinya di kasurnya yang empuk, saat matanya mulai tertutup dan membawanya pergi ke alam mimpi ketukan pintu menyadarkannya kembali.
Tokk tokk tokk
Dengan gerakan lemas gadis itu menghampiri pintu, tanganya meraih knop pintu dan membukanya, kepalanya mengintip dari dalam saat dia melihat seorang pekerja Akademi yang membawa sebuah kotak.
"Ada apa ya?" Ucap Erika dengan nada bertanya.
Gadis itu menelisik dari atas ke bawah saat pekerja Akademi itu menyodorkan kotak yang dia bawa ke arah Erika.
"Seseorang dari toko seragam mengirimkan ini dan mengatakan untuk menyampaikannya kepada orang yang bernama Erika" ucap pekerja itu cepat.
Mata Erika berkedip beberapa kali saat otaknya memproses apa yang dikatakan orang itu.
"Saya Erika..."balasnya sambil menerima kotak itu.
Tangannya menandatangani kertas yang di sodorkan sang pekerja, setelah ia menerima kotaknya. Pekerja dengan topi berlambang Akademi Gilforda itu tersenyum dan pamit untuk pergi.
Erika kembali ke dalam kamar dan menutup pintunya, gadis itu menaruh kotak itu di atas kasur, perlahan tanganya membuka ikat pita pada benda itu dan mengangkat tutupnya.
"Oh.. ini.."
Sebuah Jubah kelas Potion berwarna merah marun terlipat rapi dengan secarik kertas di dalamnya, tangan Erika meraih surat itu.
"Cepat pakai dan pergilah ke kelas, sama-sama"
*Tertanda : Alzer V*.
Kekesalan terpancar di wajah gadis itu, tanganya menyingkirkan surat itu dan mengangkat jubah barunya.
"Setidaknya ini pasti mahal" ucapnya pada diri sendiri, jari gadis itu meraba-raba kain jubah yang Alzer berikan.
Erika terlihat berfikir sejenak sebelum berlari secepat kilat menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Hari ini dia berencana untuk menemui Alzer, gadis itu akan meminta laki-laki itu untuk membantunya dalam mengendalikan Energi yang ada di dalam tubuhnya. Setidaknya dia akan berterimakasih terlebih dahulu untuk jubah barunya yang mahal, sebagai basa basi saja tentunya.
***
Jalanan kelas Potion terlihat ramai dengan siswa siswi berseragam abu-abu, Erika yang sedang berjalan mengernyitkan dahinya.
"apa kau mencari ku?" suara itu datang dari arah belakangnya, membuat Erika menoleh ke arah suara.
"Alzer?" ucapnya saat melihat laki-laki itu.
"apa yang kau lakukan di aula kelas Potion?" tanya Erika pada Alzer yang saat ini tengah menggulung lengan kemejanya sebelum mengenakan Jubahnya kembali.
"apa kau tidak mendengar pengumumannya?" Alzer menatap Erika dengan sedikit menunduk.
"Pengumuman?" ulang Erika
"Kelas Sorcerer akan menjadi salah satu kelas yang akan mencoba bertahan di hutan gelap" jawab Alzer membuat Erika menganggukkan kepalanya.
"lalu kenapa kalian berkumpul di aula kelas Potion?" tanya Erika yang tidak mengetahui apa-apa.
"sepertinya kau benar-benar tidak tahu apapun ya?" ucap Alzer membuat Erika ingin memukul laki-laki itu.
"Kami di sini karena kelas gabungan, Kelas Sorcerer dengan Kelas Potion akan bergabung dalam misi bertahan hidup di dalam hutan Gelap" jelas Alzer panjang dan lebar.
"Oh...sial..." umpat Erika berhenti dari langkahnya.
Alzer yang melihat itu ikut berhenti, dia berbalik ke arah gadis cantik yang kini terlihat lemas seperti zombie.
"kenapa?" tanya Alzer
"harusnya aku tidak datang dan bolos saja..." bahu Erika merosot kebawah.
Seringai jahil menghiasi bibir Alzer saat melihat Erika yang tengah kalut dengan penyesalannya.
"ho...jadi kau berencana bolos kelas huh?" ucap Alzer berdecak pinggang.
Laki-laki itu mendekat ke arah Erika kemudian memperhatikan dari atas ke bawah, dia menyunggingkan senyum saat melihat Jubah itu cocok dengan tubuh mungil gadis itu.
"sebaiknya jangan...jika kau bolos kelas, maka sebutan kutu buku mu akan tercoreng nanti" cibir Alzer yang membuat mata Erika memicing tajam.
"jangan mulai kumohon" ucap Erika malas meladeni laki-laki itu.
"Ayolah aku hanya menasihatimu" ucap laki-laki itu berusaha membuat Erika marah
"kau tau...kau terlihat cocok dengan jubah barumu" ucap Alzer yang kemudian berjalan ke belakang ke arah teman-temannya, matanya menatap ke atas dan kebawah tubuh Erika.
"ah... terimakasih" ucap Erika saat mengingat dari siapa jubah ini berasal.
"jubah itu sangat cocok....,terutama....dengan kelas yang suka berbaur dengan lumpur..." lanjut Alzer yang kemudian tertawa dengan teman-temannya.
Mendengar itu Erika menahan dirinya untuk tidak melempar sesuatu ke arah laki-laki yang kini menghilang di tengah kerumunan siswa lain, Erika menghirup nafas pelan sebelum sebuah suara dari arah belakang menghampirinya.
"ERIKAAAAA!!!" teriakan itu memenuhi lorong saat kedua manusia memeluknya dengan erat.
"ugh... teman-teman...aku tidak bisa bernafas" ucap Erika saat Etor dan Kira memeluknya terlampau erat.
"huhu...kami merindukanmu...." ucap Etor Dengan mengguncang-guncang tubuh Erika.
"apa kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi? Apakah mereka melukaimu?" pertanyaan bertubi-tubi datang dari Kira yang membolak-balikkan badan Erika.
"teman-teman...aku tidak apa-apa...bisakah kalian berhenti?" ucap Erika yang sudah mulai lelah dengan kelakuan mereka.
"baik..." ucap Etor dan Kira serentak.
Erika menghela nafas lega saat mereka sudah melepaskan tubuhnya, Erika tersenyum ke arah mereka saat melihat wajah hawatir teman-temannya.
"terima-" ucapannya terpotong oleh suara yang tiba-tiba datang dari arah kerumunan siswa di lapangan.
BLARRR!!!