Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Hamil
"Apa yang kamu katakan tentang, Kanza?" tanya Jhon pada Olivia.
"Ya, Ayah. Dia bekerja di klub malam ... aku tahu dari temanku yang masuk kesana." tentu saja Olivia tidak mungkin mengatakan jika dia yang datang dan bersenang-senang disana.
Jhon menampakkan wajah marah. "Bocah sialan itu. Sudah aku bilang dia hanya perlu menggugurkan bayinya, tapi dia susah payah bekerja di tempat seperti itu!"
"Tapi, Ayah, bagaimana kalau ada rekan kerja ayah yang mengenali Kanza. Bukankah reputasi ayah akan tercemar?"
Jhon mengepalkan tangannya dan memukul pahanya dengan kesal. "Biarkan saja. Katakan pada mereka kalau kita sudah putus hubungan."
Olivia tersenyum. "Ayah, apa itu tidak terlalu kejam. Bagaimana pun Kanza anak Ayah. Dan apa yang kita lakukan hanya agar Kanza mengakui kesalahannya."
"Mau bagaimana lagi. Sampai akhir dia juga tetap membantah," geram Jhon.
Olivia menoleh pada Amy yang datang dari konter dapur dengan buah- buahan di tangannya. Wajah wanita paruh baya itu tersenyum ke arahnya.
"Putus hubungan, ya putus hubungan. Lagi pula masih ada Oliv yang bisa kau andalkan. Tapi, pastikan dulu Kanza tidak mengganggu Olivia. Aku tidak mau saat Olivia sudah bekerja keras gadis itu merebutnya hanya karena dia anakmu," ucapnya dengan meletakkan buah di tangannya di atas meja di depan Jhon.
"Tidak akan aku biarkan." Wajah Jhon masih di penuhi kemarahan.
"Kau bisa membuat perjanjian, agar Kanza tidak membuat keributan dan merebutnya dari Oliv nanti."
Jhon mengerutkan keningnya. "Perjanjian?"
"Ya, buat surat tertulis kalau kalian tidak memiliki hubungan apapun lagi. Dan katakan padanya untuk tidak mengganggu Olivia kelak."
.....
Kanza duduk dengan menegakkan punggungnya. Matanya sesekali berpendar ke seluruh ruangan untuk meneliti rumah besar pria bernama Daegan Ethan yang tertulis di alamat yang William berikan padanya.
Kanza menghela nafasnya kesal. Sudah satu jam dia menunggu, namun pria bernama Daegan itu tidak juga muncul menemuinya.
Apa dia sedang di permainkan?
Kanza meremas tangannya yang terasa basah. AC di rumah ini berfungsi, Kanza bahkan bisa merasakan hawa sejuknya. Tapi, saking gugupnya telapak tangannya berkeringat sekarang.
....
"Tuan anda belum ingin menemui gadis itu?" tanya Tarran saat Daegan selesai menandatangani berkas di depannya.
Daegan menolehkan matanya pada layar laptopnya yang menampilkan cctv di ruang tamu rumahnya.
Daegan menopang dagunya dengan masih menatap gadis bernama Kanza. Kenapa dia bisa bergairah begitu cepat saat gadis itu menyentuhnya sedikit saja. Padahal selama ini belum ada wanita yang mampu menaklukannya dalam satu kali sentuhan.
Mereka para wanita penggoda itu bahkan harus berusaha keras agar dia bisa bangkit dan bergairah. Tapi gadis ini? Dia bahkan hanya menatapnya saja, tapi perasaannya seolah dia ingin menerjangnya.
"Bagaimana dengan latar belakangnya?" tanya Daegan lagi.
"William bilang, gadis itu bekerja tanpa sertifikat kelulusan bahkan identias diri. Dia bilang dia membutuhkan pekerjaan untuk kehidupan sehari-harinya karena baru saja di usir keluarganya ..." Daegan menoleh. Sebelum pria itu bicara Tarran segera melanjutkan. "... saya sudah mengutus orang untuk mencari tahu, Tuan."
Daegan bangkit dari duduknya lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya.
Melihat Kanza yang nampak gelisah Daegan menarik sudut bibirnya lalu menghampiri dan duduk di depannya.
Melihat Daegan yang duduk di depannya Kanza segera berdiri dan menunduk hormat.
"Tuan, kedatangan saya adalah untuk meminta maaf. Apa yang saya lakukan adalah gerakan refleks untuk melindungi diri saja." Kanza bahkan masih membungkukkan punggungnya.
Daegan mendengus. "Kau tahu apa yang kau lakukan?" Kanza menaikan kepalanya takut- takut saat melihat wajah Daegan.
"Aku sudah menampar anda, Tuan."
"Hanya itu?"
Kanza nampak berpikir. Tapi, jelas dia hanya menampar pria di depannya.
Kanza membelalakan matanya saat matanya melihat bekas kuku yang ada di lengan Daegan. bekas luka itu nampak jelas sebab pria itu tengah menggulung lengan kemejanya.
Oh, Astaga, itu juga karena ulahnya.
"Maaf, itu ... juga karena aku," tunjuk Kanza pada tangan Daegan, wajahnya meringis takut.
Daegan mengangguk. "Lalu?"
Kanza kembali berpikir, masih dengan meringis malu dia mendongak. "Aku menyiram minuman ke paha anda." Kanza menunjuk paha Daegan, hingga dia mengeryit saat melihat sebuah tonjolan disana.
Kanza menutup mulutnya dengan tangan, kini wajahnya menunduk dengan pipi yang merah.
Menyadari tatapan Kanza, Daegan mendengus. "Kau sedang meremehkan aku?"
Kanza mengeleng cepat. "Tidak, Tuan. Aku tidak berani. Sejak aku tahu kau sangat berkuasa ... aku tidak berani. Bahkan meski ini bukan salahku, aku datang dan meminta maaf." Kanza menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri menyanggah tuduhan Daegan.
"Kau!" suara Daegan nampak tajam dan dingin.
Kanza meringis. Dia salah bicara lagi.
"Be ... begini, Tuan. maksudku aku tidak bermaksud berbuat begitu kalau kau tidak bertingkah kurang aj-ar." Kanza menutup mulutnya kembali.
Daegan menatap dengan tajam. Gadis ini benar. Mungkin dia salah paham mengira gadis ini sengaja menggodanya dengan menumpahkan minuman padanya. Dan Daegan hanya penasaran, kenapa sejak masuk gadis itu menarik perhatiannya, lalu saat Kanza duduk di sebelahnya Daegan langsung merasakan gairahnya naik hanya dengan mencium aromanya, dan menyentuh pahanya. Wanita bayaran yang dia sewa bahkan tak berguna sebab gairahnya padam seketika saat melihat wanita lain.
Sial bahkan sekarang dia merasa ingin meledak, hanya dengan menatapnya.
"Jadi apa yang akan kau lakukan, untuk mendapat maafku?" Daegan tak peduli meski dia yang bersalah. Karena dia yang berkuasa. Lagi pula dia tidak akan merendahkan dirinya demi seorang wanita.
"Tuan, kau boleh melakukan hal yang sama padaku." Kanza menyingsingkan lengan bajunya. "Lukai aku, atau kau juga boleh menamparku." Kanza mendekat dan menyodorkan pipinya. Matanya memejam dengan perasaan takut, jika Daegan akan segera menamparnya. Tak terbayang bagaimana tangan besar pria itu menampar pipi mungilnya. Mungkin gigi- giginya akan rontok.
Daegan tertegun saat Kanza mendekatkan pipinya. Bukan ingin balas menamparnya, melihat Kanza menggigit bibirnya, malah membuatnya ingin mencium dan melumat bibir gadis itu.
Sialan semakin dia melihat gadis ini, dia justru ingin sekali menerjangnya. Jadi dia menarik tengkuk Kanza untuk segera merealisasikan bayanganya.
Kanza masih memejam dengan menyodorkan pipinya, namun justru dia merasakan tengkuknya di tarik lalu tubuhnya terjatuh dan merasakan bibirnya basah, sebab pria di depannya menciumnya.
Mata Kanza terbuka, saat merasakan ciuman itu terasa liar dan terburu-buru seolah jika dia bernafas sedikit saja maka dia akan kehilangan bibirnya.
"Tuan, tunggu!" Kanza berusaha mengelak namun tengkuknya terus di tekan hingga dia tak bisa bernafas. Kanza terus berontak tak peduli perlawanannya sia- sia.
"Aku akan memaafkan aku setelah kau lakukan sesuatu untukku," ucap Daegan dengan terengah saat dia melepaskan Kanza.
"Tolong lepaskan aku, Tuan. Aku bukan wanita seperti itu." Mata Kanza berair. Dia begitu syok dan takut dengan pria di depannya.
Tidak seharusnya dia kesana, bukan? Pria ini benar-benar mata keranjang!
"Gadis seperti apa yang bekerja di klub?"
"Tu- an, aku sungguh bukan wanita seperti yang kau pikirkan. Lagi pula-"
"Berapa yang kau inginkan?" potong Daegan.
Kanza tertegun dengan hati yang terasa sakit.
"Aku akan membayarmu." Daegan hanya penasaran kenapa gairahnya tidak padam sejak lima menit lalu dia berhadapan dengan Kanza. Bahkan saat dia merasa bibir yang baru dia dapatkan begitu manis hingga dia ingin lagi, dan lagi.
"Aku bukan wanita seperti itu, Tuan. Sungguh. Aku mohon lepaskan aku ... aku sedang hamil..."
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰