NovelToon NovelToon
Still Love You

Still Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Anak Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayinos SIANIPAR

Kalian pernah nggak sih suka sama sahabat kalian? Yah kali ini aku sadar kalau aku suka sama sahabat dari kecil ku. Dari umur 3 tahun hingga sekarang aku umur 23 tahun baru sadar kalau aku suka bahkan cinta sama dia. Namun bagaimana mungkin aku menyatakan perasaan ini? Kami itu sahabatan. Bagaimana aku menaruh hati dengannya/ bahkan dia juga sudah punya pacar. Pacar yang selalu dia bangga-banggakan. Aku bingung bagaimana harus mengungkapkannya!
Hai namaku Dion! Umur ku saat ini 23 tahun, aku baru saja lulus kuliah. Aku suka banget dengan kedisiplinan namun aku mendapatkan sahabat yang selalu lalai terhadap waktu dan bahkan tugasnya. Bagaimana cerita kami? Lest go

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ADA APA DENGAN RETA DAN VONI?

Sore yang Aneh dan Sebuah Pertanyaan dari Voni

Setelah pulang sekolah, aku langsung mengganti seragam dengan pakaian santai. Mama baru saja membuat jus beri segar, dan aku segera meneguknya hingga habis. Segar sekali. Jus buatan Mama memang selalu jadi penutup hari yang sempurna.

Tapi hari ini aku tidak bisa bersantai terlalu lama. Segera setelah menaruh gelas ke wastafel, aku bergegas keluar rumah. Tujuanku hanya satu: apartemen Reta.

Aku sengaja buru-buru, karena aku takut Voni tiba-tiba datang ke rumah. Aku tahu, kalau Voni lebih dulu datang, dia pasti akan mencurigaiku dan bertanya macam-macam. Aku belum siap menjelaskan semuanya sekarang. Biarlah malam nanti saja.

Setelah menempuh perjalanan singkat, akhirnya aku tiba di apartemen Reta. Seperti biasanya, gadis itu menyambutku dengan ramah. Senyumnya lebar dan hangat.

“Hai, Ion! Masuk, yuk!” katanya sambil membukakan pintu.

Aku melangkah masuk ke ruang tamu apartemennya. Apartemen Reta cukup rapi dan nyaman, dengan aroma bunga melati yang samar tercium dari diffuser di sudut ruangan. Tanpa banyak basa-basi, kami langsung duduk dan mulai mengerjakan tugas remedial Reta.

Sesuai dengan yang dia katakan sebelumnya, kami harus mengerjakan ulang soal-soal ujiannya. Targetnya adalah semua jawaban harus benar. Karena aku sudah terbiasa mendapatkan nilai sempurna di setiap ujian, aku tidak terlalu kesulitan. Fokusku sekarang adalah bagaimana membuat Reta bukan hanya menyelesaikan tugas, tetapi juga benar-benar memahami materinya.

Aku mengajarinya dengan sabar. Aku tidak ingin dia hanya menyalin jawaban, aku ingin dia betul-betul bisa.

“Aku ngerti yang ini, tapi yang nomor delapan masih bingung,” katanya sambil menunjukkan kertas soalnya.

Aku pun menjelaskan lagi dengan perlahan, memastikan dia mengikuti alur penjelasanku.

Semua berjalan lancar hingga sekitar dua setengah jam kemudian. Saat kami hampir menyelesaikan seluruh tugas, tiba-tiba saja Reta menghentikan aktivitasnya. Aku menoleh ke arahnya, dan mendadak terkejut melihat cairan merah mengalir dari hidungnya.

Mimisan.

“Eh, kamu mimisan!” seruku spontan.

Dengan cepat, Reta mengambil beberapa lembar tisu dari tas kecil di sampingnya dan menekan hidungnya. Ia tampak panik, tapi tetap berusaha tenang. Aku juga ikut panik, tapi mencoba menahan diri agar tidak terlihat berlebihan.

Setelah beberapa detik, Reta menatapku sambil tersenyum lemah.

“Yon, kayaknya kamu pulang aja deh. Semua tugas juga sudah hampir selesai. Aku bisa selesaikan sisanya sendiri,” ujarnya dengan nada halus. Tapi tetap saja, itu adalah permintaan halus untuk menyuruhku pulang.

Aku terdiam sejenak. Aneh. Kami baru mengerjakan tidak sampai tiga jam, padahal kami sebelumnya sepakat akan belajar bersama selama lima jam. Ada yang tidak beres.

“Kamu kenapa? Apa yang kamu sembunyikan dariku?” tanyaku penasaran.

Reta menggeleng pelan, lalu mengisyaratkan dengan tangannya agar aku pergi. Aku ingin memaksa tinggal, tapi kurasa itu hanya akan membuatnya makin tidak nyaman. Jadi aku memilih menurut dan pergi.

Di perjalanan pulang, aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi. Wajah Reta memang terlihat pucat sejak awal. Dia juga tampak mudah lelah, bahkan sesekali terbatuk. Dan sekarang mimisan. Apakah ini gejala dari sesuatu yang serius?

Aku mencoba menepis kekhawatiran itu.

“Mungkin cuma karena kelelahan. Belakangan ini kan memang banyak ujian,” gumamku.

Aku menggeleng-gelengkan kepala, berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran aneh yang mulai memenuhi benakku. Aku tidak boleh terlalu berprasangka. Tapi entah kenapa, hatiku tidak tenang.

Daripada terus memikirkannya, aku memutuskan untuk mampir ke rumah Voni. Sudah cukup lama juga aku tidak main ke taman belakang rumahnya, tempat favorit kami berdua sejak kecil.

Beberapa menit kemudian, aku sampai di rumah Voni. Tepatnya, rumahnya berada di sebelah rumahku. Aku berdiri di depan pagar dan mulai memanggil namanya.

“Voni… Voniiii!” teriakku dengan suara khas tenggorokan pria berjakun. Suaraku menggema di halaman rumahnya.

Beberapa saat kemudian, Voni keluar dari rumah dengan wajah kusut. Sepertinya baru bangun tidur.

“Kamu itu dari mana aja, sih? Aku ke rumah kamu, tapi kamu nggak ada. Sekarang malah nongol pas aku baru tidur!” keluh Voni kesal.

Aku tertawa pelan. “Maaf, maaf. Aku kangen main di taman belakang. Ayo, kita ke sana!”

Aku sengaja mengabaikan omelannya. Voni memang cerewet, pemalas, dan tubuhnya mungil. Tapi dia sahabat terbaikku. Tanpa banyak bicara lagi, dia mengikuti ajakanku ke taman belakang.

Kami duduk di ayunan rotan milik keluarganya. Taman itu kecil, tapi penuh bunga. Suara angin sore dan bau tanah lembap membuat suasana menjadi sangat menenangkan.

Tempat ini... selalu jadi tempat pelarianku kalau aku sedang ingin sendiri. Apalagi sejak ayahku meninggal, aku sering datang ke taman ini dan duduk diam, kadang sampai berjam-jam. Voni selalu ada di situ, menemaniku dalam diam, atau membawakan air hangat sambil menceritakan hal-hal konyol agar aku tersenyum.

Karena itulah, jika Voni menyembunyikan sesuatu dan aku tidak mengetahuinya, aku akan merasa sangat bersalah. Aku ingin selalu jadi orang yang pertama tahu tentang semua hal yang dia alami—bahagia ataupun sedih.

Beberapa menit kami diam, menikmati suasana sore yang tenang. Lalu, tiba-tiba Voni membuka suara.

“Ion,” panggilnya pelan.

Aku menoleh. “Hm?”

“Menurut kamu... seorang sahabat itu boleh suka nggak sih sama sahabatnya sendiri?”

Pertanyaannya membuatku terdiam. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Apa maksud Voni menanyakan hal itu? Apakah dia berpikir aku menyukainya? Atau... justru dia yang menyukaiku?

Tapi, Voni? Menyukaiku?

Aku menatap wajahnya sebentar. Ia tampak menunduk, menatap ujung sandal jepitnya sendiri. Aku berusaha merangkai kalimat yang tepat untuk menjawab.

Aku sendiri juga bingung. Apakah aku menyukai Voni? Dia memang sahabat pertamaku, orang pertama yang aku percaya, perempuan pertama yang aku dekati secara emosional. Tapi... apakah itu cinta?

“Entahlah, Von...” jawabku jujur. “Aku rasa... semua tergantung perasaan masing-masing. Kadang, perasaan itu nggak bisa dipaksa.”

Voni mengangguk pelan. “Iya sih... Cuma penasaran aja.”

Aku ingin bertanya balik, tapi aku memilih diam. Mungkin bukan saatnya. Mungkin dia juga belum siap menjelaskan apa yang sebenarnya ada di pikirannya. Yang jelas, sejak kecil kami sudah seperti dua sisi mata uang. Selalu bersama, tapi berbeda.

Aku menatap langit yang mulai gelap. Angin bertiup pelan, dan bunyi gesekan dedaunan terdengar sayup.

“Von...” panggilku.

“Ya?”

“Kalau suatu hari nanti kamu suka sama seseorang... Kamu bakal kasih tahu aku duluan, kan?”

Ia tersenyum kecil. “Tergantung... Kamu mau jadi orang pertama yang tahu, atau orang yang aku suka?”

Aku terdiam. Seketika, jantungku berdetak lebih cepat. Dan untuk pertama kalinya, aku tidak tahu harus menjawab apa.

1
Na Gi Rah
Terkadang dibuatkan gila dan bodoh kalau sudah menyukai seseorang tuuh
SONIYA SIANIPAR: hahaas bener banget
total 1 replies
Na Gi Rah
Iya aku pernah sih suka sama temen sendiri, tp terkadang pemikiran dia agak berbeda dengan pemikiran kita.
SONIYA SIANIPAR
luar biasa
SONIYA SIANIPAR
keren
Blue Angel
hadiiir
SONIYA SIANIPAR: wahh makasii kaka, semoga menikmati
total 1 replies
Osmond Silalahi
aq titip jejak disini ya
Osmond Silalahi
berarti emang dambaan para penggemar
Osmond Silalahi
lah aq suka makan cokelat. jd gimana?
Osmond Silalahi: iya sih
SONIYA SIANIPAR: selagi tidak berlebihan tidak masalah
total 2 replies
Osmond Silalahi
ky ini, ky nya bs dibagi 2 paragraf
Osmond Silalahi
ceritanya bagus. boleh ga kasih saran supaya dikasih paragraf. jd tambah cantik karyanya
Osmond Silalahi: sama2
SONIYA SIANIPAR: wahhh, okee-okee makasii sarannya
total 2 replies
Heldawati Sianipar
suka
Heldawati Sianipar
sukaa sama ceritanya
iqbal nasution
oke
roarrr
wow😯😯😯
roar
wow
SONIYA SIANIPAR
keren
SONIYA SIANIPAR
hahaha
Black Jack
Ngagetin!
SONIYA SIANIPAR: hahahaha makasih btw dah mau baca
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!