Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Muda
Tamara perlahan membuka matanya, rasa sakit di perutnya mulai mereda dan pikirannya menjadi lebih jernih. Akan tetapi hal pertama yang ia lihat adalah sistem lobak yang melayang di atas kepalanya.
"Sistem sampah, kenapa kamu tidak memblokir rasa sakit untukku?!"
Sistem lobak yang mendengar umpatan Tuan Rumahnya hanya bisa melayang ke ujung tembok, ia menghadap belakang dan menangis dengan sedih. Tuan Rumah benar-benar galak dan ia tidak berani menghadapinya. Ini pertama kalinya sistem lobak beroperasi dan Tuan Rumah pertamanya adalah Tamara. Dia benar-benar sial karena mendapatkan Tuan Rumah yang galak dan pintar.
[Maafkan aku Tuan Rumah, tapi poin Tuan Rumah tidak cukup untuk memblokir rasa sakit]
"Persetan, aku benar-benar kesakitan. Lebih baik aku membatalkan misi ini!"
Mendengar omelan Tamara, sistem lobak langsung kaget dan takut. Ini adalah misi pertama untuknya, jadi bagaimana bisa ia pulang dengan kegagalan.
[Jangan Tuan Rumah, kamu telah menandatangani kontrak. Jika kontrak dilanggar maka jiwa Tuan rumah akan hancur dan tak bisa bereinkarnasi]
Sistem lobak pun langsung membujuk Tamara agar menjadi lebih semangat menjalankan misi. Ia juga mengatakan bahwa jika Tamara mendapatkan lebih banyak uang dengan menjalan misi. Akan tetapi hal tersebut membuat Tamara semakin marah.
"Uang? Apakah aku terlihat kekurangan uang?" ucap Tamara marah.
Sistem lobak pun menyusut, tapi itu membuatnya berhenti untuk menyatakan kebenaran pada Tamara.
[Tuan Rumah memang kaya di kehidupan sebelumnya. Tapi di kehidupan ini Tuan Rumah adalah orang miskin]
"Apa?!"
Tamara dengan emosi ingin bangun dan mengambil sistem lobak yang melayang di depannya. Ia ingin mencincang dan memasaknya ke dalam panci. Akan tetapi saat ia memaksa untuk bangun, selimut di tubuhnya pun jatuh dan ia sangat kaget saat melihat perutnya yang membuncit seperti seorang wanita hamil. Hal tersebut membuat tubuh Tamara sedikit bergetar.
"Sistem, katakan padaku bahwa aku tidak sedang hamil saat ini."
[Maafkan aku Tuan Rumah, tapi kamu memang sedang hamil saat ini]
Mendengar hal tersebut tenaga Tamara langsung terkuras seketika. Ia kembali tidur dan menjadi lemas. Dalam hidupnya selama 27 tahun, ia hidup sebagai seorang wanita independen yang tidak membutuhkan pasangan ataupun anak. Ia bahagia dengan hidupnya sendiri dan ia mampu memenuhi kebutuhan finansial nya tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut dikarenakan ia telah menjadi begitu mandiri semenjak kedua orang tuanya meninggal saat ia berumur 17 tahun.
Sekarang kenyataan menamparnya, ia akan menjadi seorang ibu dan memiliki perut besar. Di tambah sekarang ia menjadi wanita miskin dengan banyak tanggungan. Hal tersebut membuat Tamara untuk pertama kalinya merasa bahwa masa depannya sangat suram.
Melihat semangat Tamara yang habis, sistem lobak menjadi semakin takut. Ia bahkan lebih takut saat melihat Tamara lemah dibandingkan saat dia marah. Sistem pun langsung mendekati Tamara dan menghiburnya.
[Tuan Rumah, kami benar-benar tidak menyangka bahwa anak di perut tuan Rumah akan hidup. Padahal sebelum jiwa Tuan Rumah bergabung dengan tubuh induk, jantung anak itu sudah berhenti berdetak selama tiga menit. Jadi tugas Tuan Rumah sebenarnya tidak terikat pada anak di dalam perut itu. Karena sistem telah mendeteksinya sebagai anak yang sudah mati. Tugas Tuan Rumah hanya akan bergantung pada anak sulung yang Tuan Rumah miliki]
Tamara mungkin membenci anak-anak tapi yang ada di dalam perutnya ini entah kenapa memiliki perasaan yang berbeda. Dulu ia mempunyai teman yang memiliki sifat yang sama seperti dirinya, mereka mandiri dan tidak ingin terikat pada apapun termasuk pernikahan dan anak. Akan tetapi tak berselang lama, temannya itu dinyatakan hamil dan pacarnya kabur entah kemana.
Tamara berfikir mungkin temannya akan mengugurkan anaknya itu dan kembali lajang bersamanya. Tapi siapa yang menyangka bahwa temanya itu memilih untuk melahirkan anak itu dan membesarkannya seorang diri. Meninggalkan karirnya yang sedang melejit dan memulai semuanya dari awal kembali.
Saat Tamara bertanya pada temannya, kenapa dia memilih untuk membesarkan anak itu, temannya menjawab bahwa ia tidak tau. Ia hanya merasa bahwa ia tidak bisa meninggalkan anak itu.
'mungkin jiwa keibuan dalam diriku tiba-tiba bangkit saat anak itu berada di dalam perutku'
Saat itu Tamara bingung dan mengejek temannya di dalam hati. Namun kali ini saat ia menyadari bahwa ada mahluk hidup lain di dalam perutnya, ia merasa telah ditampar oleh ucapan temannya itu. Bahkan ketika anak di dalam perut bukan objek misi dan dapat disingkirkan, ia masih merasa enggan untuk menyingkirkan nya.
"Mungkinkah jiwa keibuan yang dikatakan temanku itu benar-benar nyata?"
Tamara bertanya pada dirinya sendiri dan membelai perutnya tanpa sadar. Untuk waktu yang lama, Tamara terdiam dan merenung tentang apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Lanjutkan misinya dengan satu anak tambahan.
Atau.
Singkirkan anak itu dan fokus pada anak yang menjadi target misi.
Saat Tamara masih merenung tentang masa depannya, suara seorang anak berhasil membuat Tamara sadar kembali.
"Bu!"
Anak laki-laki itu tengah dibawa oleh seorang suster. Dia terlihat sangat tampan dan lucu, akan tetapi mata merah dan bengkaknya tak bisa ia sembunyikan. Anak itu pasti lelah menangis. Dia pasti sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya. Beruntung anak itu sangat pintar dan bisa mencari bantuan darurat, walaupun itu masih belum mampu untuk menyelamatkan jiwa sang induk.
Tamara merasa kasihan pada anak itu, dia kehilangan sosok ibu di usia yang begitu muda. Hal tersebut mengingatkan pada dirinya sendiri ketika berumur 17 tahun. Bahkan ketika ia sudah beranjak dewasa, ia masih hilang arah untuk sementara karena orang tuanya sudah tidak ada. Tamara pun langsung berfikir, bagaimana dengan anak ini. Pasti dia akan lebih kesulitan dari diri di masa lalu.
"Bu, kenapa kamu Ibu diam saja. Apakah perut Ibu masih sakit?"
Suaranya sangat kekanakan tapi ada rasa khawatir di dalamnya. Hal tersebut membuat Tamara langsung menggelengkan kepalanya pelan.
Anak itu pun langsung naik ke atas kasur dan memeluk dada Tamara. Pelukannya pelan dan hati-hati seolah jika memeluk lebih erat mungkin akan melukai ibunya.
"Bu aku sangat takut saat melihatmu berdarah."
Setelah itu anak itupun menangis lagi, hal tersebut membuat Tamara bingung. Ia tidak tau bagaimana cara membujuk seorang anak, karena Tamara sendiri tak pernah dekat dengan anak-anak. Ia bahkan cenderung membenci anak-anak yang rewel. Hanya saja anak laki-laki yang memeluknya kali ini menangis dengan cara yang menyedihkan hingga membuat Tamara merasa simpati padanya.
"Diam lah, kalau kamu menangis lagi mungkin aku akan membuang mu ke jalanan."
Tamara tak bisa membujuk, tapi dia pandai dalam hal mengancam. Hal itu terbukti dengan suara anak itu yang tak terdengar lagi. Tamara pun memberanikan diri membelai rambut anak itu sambil bergumam.
"Sepertinya membesarkan anak bukan sesuatu yang sulit."