Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 1. Sebagai Pembayar Kekalahan.
Malam itu, Cakra pulang. Sedari keluar dari dalam mobil, langkah pria berusia dua puluh empat tahun itu sudah begitu cepat. Setengah berlari ia masuk ke dalam rumah, dan langsung mengarah ke sebuah kamar yang berada di bagian belakang lantai pertama—deretan kamar pelayan.
Brakk!
Cakra membuka salah satu pintu kamar dengan kasar. Ia masuk dan langsung mencengkram erat tangan Ruby yang terkesiap akan kedatangannya.
"Kak, Cakra?" Ruby terkejut. Ia berusaha menarik tangannya dari cengkraman tangan Cakra. "Ada apa?"
"Sudah jangan banyak tanya. Ikut aku! Sekarang!"
Cakra menarik paksa Ruby. Menyeretnya keluar dari dalam kamar dan ingin membawanya untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Kak, tunggu, Kak! Lepas! Kakak mau membawaku ke mana? Aku tidak mau ikut!" Ruby berusaha keras melepaskan diri. Penciumannya bisa merasakan aroma alkohol yang menguar dari pakaian Cakra.
Kakaknya mabuk, batin Ruby waspada. Gadis itu merasakan jika Cakra akan melakukan hal yang buruk terhadapnya. Apa ia akan disiksa lagi? Tapi kesalahan apa yang sudah ia lakukan?
Ruby menahan kuat langkahnya, berusaha menghentikan apa yang ingin Cakra lakukan. Ia tidak ingin ikut ke manapun Cakra membawanya.
Namun, tarikan Cakra yang merupakan seorang laki-laki begitu kuat, kalah dengan pertahanan Ruby. Tubuhnya tetap terseret dan ia terus memohon agar Cakra tidak membawanya.
"Kak Cakra, mau ke mana kau membawa Ruby?"
"Rachel... Rachel... tolong aku! Kak Cakra sepertinya sedang mabuk." Di sela langkah Cakra menariknya, Ruby berusaha meminta tolong pada Rachel yang baru saja turun dari lantai atas. Di belakang adik tirinya itu juga ada mommynya-Shinta Sechan. "Mom, tolong Ruby, Mom. Kak Cakra ingin membawa Ruby."
Rachel dan Shinta menatap heran pada Cakra, seakan menunggu jawaban dari pria itu. Apa yang sebenarnya ingin Cakra lakukan pada Ruby?
"Aku hanya membawanya sebentar. Kali ini dia bisa berguna untukku."
Hanya itu jawaban yang Cakra berikan pada Mommy dan adiknya. Ia kembali menyeret Ruby yang masih terus dengan usaha penolakannya terhadap keinginan Cakra.
Cakra menarik tangan Ruby dengan kasar, memaksanya untuk mengikuti. Ruby berusaha melepaskan diri, tapi Cakra terlalu kuat.
"Tolong lepaskan aku, Kak! Aku tidak ingin ikut!" Ruby sudah terisak kecil. Merasakan sakit, tak hanya di pergelangan tangannya, tapi juga pada setiap perlakuan kasar yang ia dapatkan dari sang kakak.
Ini bukan pertama kalinya Cakra berbuat demikian. Cakra mudah dan ringan tangan pada Ruby. Cakra bahkan terbiasa membentak adiknya itu, jika tengah memberikan perintah ataupun membutuhkan bantuan Ruby.
Cakra terus menyeret Ruby hingga mereka mencapai mobil yang terparkir di depan rumah. Ruby berusaha melawan, tapi Cakra dengan mudah mengangkatnya dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Diam! Kau tidak punya hak untuk menolak. Aku adalah kakakmu!" Cakra membentak, selalu menekankan bahwa ia adalah kakak Ruby—Ruby harus menuruti semua perintahnya.
Setelah Ruby berhasil dimasukkan ke dalam mobil, Cakra segera mengunci pintu dan menyalakan mesin kendaraannya, sementara Ruby terus berusaha melawan, tapi sia-sia. Mobil sudah melaju meninggalkan rumah.
Ruby merasa marah sekaligus tak berdaya untuk melawan paksaan kakaknya. Ia hanya bisa menangis dengan gumaman kecil agar Cakra membebaskannya.
Sampai saat mobil Cakra berhenti di depan sebuah club. Pria itu kembali menyeret Ruby dengan kasar. Ia membawa paksa Ruby masuk ke tempat hiburan malam itu. Cakra menuju ke salah satu ruangan VIP—tempat ia dan teman-temannya berkumpul.
Mendapati dirinya dibawa ke sebuah club, Ruby semakin ketakutan. Ia terus memohon kepada kakaknya agar melepaskannya juga mengurungkan apapun niat buruk Cakra yang ingin dilakukan terhadapnya.
Akan tetapi, teriakan bahkan tangis memohonnya diabaikan oleh Cakra. Ruby terkesiap saat kakaknya membawa ia masuk ke sebuah ruangan yang sudah begitu ramai dengan para laki-laki.
Ruby menatap semua pria yang terlihat terkejut dan sebagian tertawa menyambut kedatangan Cakra. Ruby mengenal beberapa di antara mereka yang merupakan teman-teman kakaknya-Cakra.
"Wah...wah... Kau benar-benar membawa adikmu, Cakra?"
"Aku pasti akan menepati kata-kata yang sudah aku janjikan!" jawab Cakra tegas.
Mereka yang bukan bagian dari teman-teman Cakra itu seketika tergelak—tertawa bersamaan mendengar ucapan Cakra.
"Cakra, kau tidak serius ingin memberikan Ruby pada mereka, kan? Ini hanya permainan. Kau jangan gila!" Kevin mendekati temannya itu. Ia menatap prihatin pada Ruby yang berusaha melepaskan cengkraman tangan Cakra dengan menangis.
"Haha, temanmu itu sudah kalah, Kevin. Dia sendiri yang menawarkan kesepakatan untuk memberikan adiknya pada Emer."
"Tapi, bukankah yang diinginkan Emer adiknya-Rachel?" sela pria lain yang merupakan teman dari lawan taruhan Cakra.
"Dia juga adikku." Cakra menarik kuat Ruby dan melemparkan adiknya itu pada pria-pria yang ada di hadapannya. "Aku membayar kekalahanku dengannya. Katakan itu pada Emer!"
Deg!
Ruby tersentak dengan ucapan Cakra.
Mata basah gadis itu terbelalak, terbuka lebar menatap Cakra dengan luapan emosi kemarahan, terkejut, dan juga syok.
"Kak, a-pa yang kau katakan? Tidak mungkin! Aku tidak mau! Jangan jadikan aku bahan taruhan!"
Cakra hanya tersenyum sinis, tidak perduli dengan reaksi Ruby. "Kau tidak berhak menolak. Setidaknya kau berguna untuk memuaskan napsu mereka. Tidak hanya menjadi beban keluarga. Dasar anak penyakitan!" ucap Cakra dingin.
Duar!
Ruby merasa seperti dihantam petir. Dunia di sekelilingnya seketika runtuh, hancur berkeping tanpa ampun.
Kakaknya sendiri menjadikan dirinya sebagai bahan taruhan? Menyerahkan adiknya sendiri tanpa hati nurani? Apakah ini semacam hukuman yang biasa Ruby dapatkan? Tapi hukuman menjijikan apa ini? Apakah ini akhir dari segalanya? Ruby merasa jijik, marah, sekaligus sedih—tidak percaya bahwa kakaknya bisa tega melakukan hal seperti ini padanya.
"Tidak! Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini padaku, Kak!" Air mata Ruby mengalir deras, tubuhnya yang ditahan dua orang pria itu bergetar ketakutan.
Namun, Cakra abai. Ia segera berlalu dari sana setelah menyerahkan Ruby sebagai pembayar kekalahannya.
"KAU TIDAK BISA MELAKUKAN INI PADAKU, KAK!!" Ruby berteriak. Kemarahan dan kekecewaan tercermin jelas dari mata basahnya yang melihat Cakra pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
"KAU...KAU MEMANG IBLIS!" teriak Ruby kencang. Ia begitu hancur. Ruby terus berteriak penuh emosi, seolah-olah dia berusaha melawan nasib yang selalu saja ditentukan untuknya.
Ruby merasa seperti kehilangan kendali atas dirinya sendiri, seperti terseret ke dalam jurang keputusasaan tanpa harapan untuk bisa keluar.
***
Taruh episode pertama dulu, dah mendesak kali Ruby dalam kepala Author minta dikeluarkan🤣
Lanjut lagi garap Nathan-Ivan😉😆
🏃♀️🏃♀️🏃♀️😆🤣
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃