Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Jingga merasakan bahaya.
Malam semakin larut, kini Jingga diberikan tugas untuk mencuci tumpukan piring yang banyak dan pekerjaan pembantu lainnya.
Jingga pun menahan perutnya yang saat ini sudah keroncongan, ia tak pernah menduga kalau dia harus menanggung penderitaan ini demi menaklukan hati sang mertua yang sama sekali tak punya hati.
"Aku harus sabar, ini semua demi aku mendapatkan restu dari mertuaku," ucap Jingga.
Usai mencuci piring yang kotor, ia juga harus menyelesaikan semua cucian baju yang menumpuk hingga larut malam.
Setelah usai semua pekerjaan Jingga, ia pun baru diizinkan untuk mengisi perutnya yang sejak dari siang tak diisi. Namun Alisa dan Kiara tak membiarkan Jingga mengambil makanan yang baru. Mereka berdua mengambil bekas sisa makanan mereka yang tak habis untuk diberikan pada Jingga.
"Makan yang ini saja!" titah Alisa.
Jingga pun terpaksa melahap habis semua nasi dan lauk-pauk yang tersisa diatas piring karena perutnya semakin keroncongan.
"Kamu itu memang pantasnya jadi gelandangan yang mungut nasi kita berdua saja, bukan jadi istri mas Ruben," ucap Alisa sambil tertawa terbahak-bahak.
"Betul, aku setuju. Aku saja malu punya Kakak ipar sepertimu. Aku hanya ingin yang jadi Kakak iparku hanya Kak Alisa yang pantas, " ucap Kiara.
Jingga pun berhenti mengunyah makanan, lalu terdiam dan menghela napas panjang," aku tak peduli tentang apa yang kalian pikirkan tentangku, tapi yang pasti kalian berdua suatu hari nanti akan kena karma atas apa yang kalian perbuat ini padaku."
*****
Malam semakin larut,
Ditempat pembaringan, Jingga merasa tak bisa untuk tidur. Ia membolak-balikan badannya kekiri dan kekanan, serta saat ini dada Jingga mulai terasa ngilu, Ia merasa ada sesuatu yang akan terjadi pada Ruben.
"Kalau dadaku sakit seperti ini, pasti mas Ruben sedang dalam bahaya. Aku harus temui mas Ruben," batin Jingga.
Di lain sisi,
Ruben baru saja tiba dikediaman mansion disambut oleh Alisa dan Kiara.
"Hai, mas Ruben, biar aku bantu bawakan tas kerjanya," ucap Alisa sambil tersenyum simpul.
"Tumben baik, pasti ada maunya kan?" tanya Ruben.
"Mas Ruben jangan berpikir negatip dong, aku melakukan semua ini kan memang tugas aku sebagai istri sahmu," ucap Alisa.
"Benar itu, kak Ruben apa yang dikatakan oleh Kak Alisa. Bahkan dia juga loh yang buat kopi ini," ucap Kiara sambil memberikan kopi hitam.
Ruben yang lelah pun segera meneguk kopi hitam tanpa rasa curiga sedikit pun kepada kedua wanita yang ada didepannya
"Terima kasih, kopi dan sambutan kalian. Sekarang aku mau tidur dulu," ucap Ruben sambil menguap.
"Yes, rencana kita sukses," ucap Kiara sambil memberikan TOS.
"Semoga rencana selanjutnya, kita berhasil juga ya," ucap Alisa.
"Tentu saja, Kaka. Aku yakin dengan ini si Jingga akan keluar dari mansion ini," ucap Kiara.
Tanpa mereka semua sadari, Jingga bersembunyi dibalik tirai sejak Ruben tiba, dia tak berani keluar karena ingin tahu apa yang direncanakan mereka berdua.
"Rupanya seperti itu, jangan harap aku keluar dan meninggalkan mas Ruben," ucap Jingga.
Jingga pun terus mengikuti Alisa dan Kiara bergerak. Ia tak menduga Kiara dan Alisa bisa berbuat jahat kepada mas Ruben.
Setelah melihat Ruben tertidur sangat pulas diatas pembaringan,
Kiara mulai bergerak, ia pun segera membuka pakaian atas Kakak kandungnya, lalu tubuhnya ditutupi oleh selimut. Perlahan Alisa datang dan berbaring disebelah tubuh Ruben dengan membuka pakaian atasnya.
Kiara pun kini mulai mengambil ponsel pintar, lalu menekan tombol kamera yang tertera dalam ponselnya.
Ceklik!
(Bunyi kamera)
Kiara mulai membidik jemari lentiknya, lalu menekan tombol saat berhasil untuk mengabadikan gambar Alisa dan Ruben yang sedang tidur bersama, ia pun merekam kegiatan mereka, saat Alisa mencium bibir Ruben dengan sangat rakus, meskipun posisi Alisa berada diatas Ruben.
"Kak Alisa, aku sudah dapatkan gambarnya. Sekarang aku pergi ya?" tanya Kiara.
"Oke, adik ipar. Tapi jangan lupa kirim keponselku yah," ucap Alisa.
"Siap, Kaka ipar cantik. Aku segera kirimkan ya," ucap Kiara sambil melambaikan tangan.
Seusai itu, Alisa melirik kearah Ruben. Dia pun memeluk erat tubuh Ruben.
"Seandainya waktu berhenti berputar, aku ingin selalu seperti ini. Aku ingin sekali menghabiskan malam bersama kamu," ucap Alisa sambil mengelus pipi Ruben.
Alisa yang terbakar oleh gairahnya pun ingin merasakan tubuh atletis sang suami yang belum ia rasakan. Perlahan Alisa menaiki tubuh Ruben yang masih terlelap, lalu mencuri ciuman kembali dengan melahap.
Jingga yang melihat dari bilik pintu, mengempalkan kedua tangannya. Ia kesal dengan perbuatan Alisa. Namun apalah daya Jingga tak bisa berbuat apapun selain menerima tubuh suaminya harus dibagi kepada istri sahnya.
"Mas Ruben, sebenarnya aku tak ingin membiarkanmu seperti ini dengan wanita lain, namun bagaimanapun juga Alisa memang istrimu dan dia berhak atas tubuhmu, walaupun dulu kamu pernah bilang untuk tidak akan menyentuhnya, namun kali ini aku ingin lihat reaksi apa yang akan kamu tunjukan kepadaku. Aku akan ikuti permainan mereka," batin Jingga.
Jingga yang tak kuasa melihat tubuh suaminya dibagi, ia pun memilih untuk meninggalkan mereka. Meskipun hatinya sakit, namun Jingga tetap kuat.
****
Pagi harinya,
Ruben dan Alisa masih dalam posisi berpelukan dengan balutan selimut tebal, Ruben membuka kedua bola mata, ia mengendus aroma bau berbeda dari biasa ia hirup.
"Jingga hari ini kok bau badan kamu berbeda," ucap Ruben sambil menguap.
"Mas Ruben, ini Alisa bukan Jingga," ucap Alisa.
Mata Ruben terbelalak, dia pun membuka selimut tebal dan melihat si jagoan yang masih berdiri tegak tanpa busana sehelai pun.
"Akh, apa yang kulakukan semalam denganmu? Kok aku tak sadar. Apa kamu memberikan minuman perangsang?" tanya Ruben.
"Iya itu salahmu, kenapa kamu mau minum kopiku, lagian si jagoanmu itu sudah berhasil buat aku mabuk kepayang. Buktinya pagi tadi kamu nambah lagi kan, sampai si jagoanmu itu masih berdiri tegak," kilah Alisa.
"Ih, sudahlah! Lupakan ini dan jangan sampai kamu bilang pada Jingga apa yang kita lakukan ini," ucap Ruben.
"Nggak mau, aku akan bilang pada Jingga dengan semua bukti ini," ucap Alisa sambil memperlihatkan rekaman dan foto diponsel pintarnya.
Ruben mendengus kesal." kesinikan ponselmu."
"Tidak mau!"
Ruben merebut dan membanting ponsel Alisa kelantai.
PRANG!
"Percuma saja kamu banting ponselku ini, asal kamu tahu saja kalau aku punya copyan," ucap Alisa
"Dasar wanita berhati iblis, apa maumu?" tanya Ruben.
"Aku ingin tiap malam selalu bercinta denganmu, tapi dalam keadaan yang sadar,," ucap Alisa.
"Sudah gila kamu ya!" ucap Ruben.
"Ya, dari dulu sampai sekarang aku memang selalu tergila-gila sama kamu," ucap Alisa.
"Hentikan, Alisa! kumohon jangan seperti ini. Aku hanya mencintai Jingga," ucap Ruben.
"Aku ini istri sahmu, mas Ruben. Aku juga berhak mendapatkan tubuhmu, kalau kamu menolak itu artinya foto dan rekaman ini akan aku berikan pada Jingga," ucap Alisa
"Ya, Allah. Aku harus bagiamana satu sisi aku sudah berjanji pada Jingga kalau aku tidak akan pernah menyentuh Alisa, tapi aku akan cari cara lain," batin Ruben.
TBC
( To Be Continued)
Tinggalkan Jejak berupa like, vote, komentar. Terima Kasih.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh