Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Candaan Maut
Tidak ada kata selain merasa terkejut, ketika buket bunga itu justru tertangkap oleh tangan keduanya. Baik Sakala maupun Lavanya meremat erat tangkai buket sehingga tanpa direncakan kedua jemari mereka saling bertautan.
Semua mata tertuju padanya termasuk Arka dan Amara yang tadi melempar buket bunga.
"Sayang, sepertinya akan ada yang menyusul setelah kita," ujar Arka. Amara tercengang setelah melihat bahwa yang berhasil menangkap buket bunga itu ternyata sahabat Arka sendiri.
"Semoga saja Kak Sakala menyusul," balas Amara ikut senang.
"Selamat, ya, Dik. Sepertinya aku masih akan jomblo sampai tahun depan." Di sisi kanan Sakala, Maslahat tiba-tiba memberi ucapan selamat, disusul yang lain. Buru-buru, baik Lavanya maupun Sakala segera melepaskan buket bunga itu, lalu mereka berikan pada Maslahat.
"Buat Bang Lahat saja bunganya, aku kasihan kalau tahun depan masih ngebujang lapuk." Sakala meletakkan buket itu ke tangan Maslahat.
Maslahat menggenggam buket itu, wajahnya hanya memendam dongkol terhadap Sakala. "Buset, susah amat cari jodoh," gumamnya seraya berjalan mengikuti Sakala yang sudah menepi.
"Pak Danton, siapa itu di sampingnya? Calon barunya?" Rombongan rekan-rekan kantor Sakala, tiba-tiba saja sudah menduduki kursi di sebelahnya. Kebetulan setelah acara lempar bunga tadi, para tamu khususnya rekan dekat Arka dipersilahkan untuk duduk kembali untuk menyaksikan rangkaian acara selanjutnya, yaitu prosesi adat.
Lavanya merasa malu, karena sejak tadi dirinya dituding sebagai calon baru bagi Sakala. Dia sudah merasa kegerahan, sebab semua rekan-rekan Sakala belum berhenti menyorotinya.
"Cantik, masih muda," bisik yang lain, lalu di iya kan yang lain. Wajah Lavanya tanpa kompromi terasa panas, pastinya kalau saat ini ada cermin wajahnya sudah merah merona.
"Ya ampun, mereka masih belum berhenti juga. Ayolah, segera pulang saja, lama-lama di sini rasanya malu," batin Lavanya sudah gelisah.
Prosesi adat yang tadi dilakukan Arka dan Amara pun, berlalu begitu saja. Baik Sakala maupun Lavanya hilang fokus gara-gara rekan-rekan Sakala sibuk menyoroti keberadaan dirinya di samping Sakal.
Namun, di balik semua rangkaian acara berlangsung sampai selesai, ada yang terasa spesial bagi Lavanya, yaitu perhatian Sakala. Sakala mengambilkan Lavanya es krim, es teller, lalu entah makanan apa lagi yang lainnya yang tadi sempat ditawarkan Sakala padanya, sampai perut Lavanya kenyang.
"Wihhh, perhatian banget," ejek Maslahat beberapa saat yang lalu. Karena sejak tadi, Maslahat yang tanpa pasangan, selalu berada dekat dengan Sakala. Jadi, sedikit banyak dia tahu gerak-gerik Sakala saat memberikan perhatian pada Lavanya.
Tiba waktunya pulang, Lavanya merasa lega. Setelah menyalami mempelai untuk berpamitan pulang, hati Lavanya bersorak. Akan tetapi drama belum berakhir, saat mereka menyalami Arka dan Amara masih saja ada rekan Sakala yang berceletuk tentang mereka.
"Jangan lupa undangannya segera kami tunggu. Semoga yang ini tidak gagal lagi." Ucapan salah satu rekan kantor Sakala itu, mendapat sambutan. Mereka riuh mengaminkan, ada juga yang berteriak, halalkan, halalkan.
Akhirnya Lavanya lega karena kakinya sudah di luar gedung. Hawa panas yang tadi terasa pengap, kini berubah menjadi segar dan luas. Di sini Lavanya bisa menghirup udara sepuas-puasnya.
"Dik, hati-hati, dia itu baru patah hati. Kalau kamu nanti jadi kekasihnya jangan sampai jadi pelariannya," goda Maslahat yang tiba-tiba saja muncul diantara Lavanya dan Sakala.
"Abang, apaan sih?" Sakala protes. Wajahnya terlihat dongkol dengan candaan Maslahat. Lagian dia dan Lavanya hanya kenal biasa tanpa berpikir akan melewati sebuah hubungan yang lebih khusus.
"Ayo. Jangan dengarkan omongan rekanku tadi. Dia itu BT, karena selama ini dia betah menjadi bujang lapuk," ujar Sakala mencoba mengklarifikasi ucapan seniornya itu.
Di dalam mobil, hening tidak ada yang bicara. Lavanya mendadak anggun seperti pembawaan gaunnya yang dipakai saat ini.
"Kita langsung pulang saja?" Tiba-tiba Sakala bicara. Lavanya menoleh dengan raut heran.
"Iya, langsung pulang saja." Lavanya segera menyahut, lagian ini sudah siang, pastinya sang ayah sudah menanti kepulangannya.
"Nggak mau jalan-jalan dulu gitu?" tanya Sakala lagi.
"Nggak. Ayah sudah menuggu, lagian kata ayah, setelah selesai acara, saya harus segera kembali," tukas Lavanya.
"Siapa tahu, kamu mau ke kafe langganan kamu menghabiskan waktu untuk wifian gratis," cetus Sakala membuat mata Lavanya terbelalak.
Moodnya mendadak tidak bagus, dengan penuh keyakinan Lavanya segera meminta dipulangkan Sakala. Dia sedikit malu karena Sakala menyinggung dirinya yang suka wifian gratis di kafe Pondok Kopi.
"Saya mau pulang, jangan tawari lagi saya ke mana-mana. Lagian, buat apa saya wifian di sana, orang saya tidak sedang akan mengerjakan tugas kok," balas Lavanya sembari memasang wajah bad mood.
"Hehe, siapa tahu kamu mau nonton drakor atau dracin yang sedang hits pemerannya itu, siapa Dylan Wang? Kan lumayan dengan wifian gratis, bisa nonton sepuasnya," godanya lagi membuat Lavanya benar-benar tersinggung.
Lavanya diam, baginya ini penghinaan yang hakiki bagi pemburu wifi gratisan seperti dirinya. Malu tentu saja, karena tidak sepantasnya seorang aparat mempermalukan dirinya.
"Sudah-sudah, tidak usah serius seperti itu menanggapi aku. Aku cuma bercanda padamu Nona Lavanya. Kenapa sampai cemberut seperti itu? Hanya internetan untuk numpang nonton dracin atau drakor, bisa aku isikan kuota, berapa 100 giga sebulan cukup, kan?" Tawaran Sakala bukannya membuat Lavanya senang, justru dia malah meradang.
"Aa itu menyepelekan saya, ya? Mentang-mentang saya ketahuan wifian gratis di kafe Pondok Kopi. Lagian apa urusan Aa menyinggung kebiasaan saya wifian di sana, tidak ganggu hidup Aa bukan? Harusnya Aa berterimakasih karena sudah saya temani ke acara nikahan teman Aa. Pantas saja Aa gagal menikah. Mungkin karena tingkahnya seperti ini, suka menyinggung perasaan orang," ucap Lavanya merasa tidak suka dengan ucapan Sakala yang terasa menyinggungnya tadi.
Sakala melongo dengan protes Lavanya barusan, dia tidak menduga kalau Lavanya akan tersinggung seperti barusan, padahal dia hanya bercanda. Dan mengenai kuota yang dia janjikan tadi, itu memang serius, daripada Lavanya harus berlama-lama di kafe sampai empat jam hanya untuk nonton drama Korea atau Cina berjam-jam.
"Aduh, bukan maksud aku menyepeleka atau menyinggung kamu. Tapi, menurut hemat aku daripada kamu menghabiskan waktu di kafe itu sampai berjam-jam hanya untuk nonton drama Korea, lebih baik aku yang isikan kuota kamu. Aku serius, bukan menyepelekan," ralat Sakala merasa tidak enak.
"Tidak usah, saya juga masih mampu beli kuota. Lagian, saya tidak sampai berjam-jam wifian di kafe itu hanya demi nonton drama Korea. Itu hanya candaan saya saja. Lagian untuk apa saya nonton di sana sampai berjam-jam?" balas Lavanya, baru kali ini dia bicara serius seperti ini. Dan entah kenapa, dia juga merasa kesal dengan ucapan Sakala yang memang dari nadanya terdengar bercanda.
"Aduhhh, kamu benar-benar marah. Aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuat kamu marah. Maafkan aku, ya." Sakala balik tidak enak, dia merasa bersalah dengan ucapannya tadi terhadap Lavanya.
"Baik, kita pulang, ya. Aku antar kamu pulang. Tapi, sekali lagi aku minta maaf," ucap Sakala sungguh-sungguh, dia benar-benar merasa bersalah.
Kalau tahu mantan pacar Seira yang dokter itu lagi dekat dengan adik sepupu Sakala, pasti Seira tambah stres😅
bahwa aa serius ingin menjadikan Lavanya istri.
biar seira mkin gila dia...😂😂😂
org kok gk ada kapok nya...