NovelToon NovelToon
Guru Para Dewa Menjadi Menantu Yang Di Benci!

Guru Para Dewa Menjadi Menantu Yang Di Benci!

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Soccer@

Ye Xuan, Guru Para Dewa yang terlahir kembali, mendapati dirinya menjadi menantu yang tidak diinginkan dalam keluarga dan di hina semua orang. Namun, segalanya berubah ketika dia perlahan berubah. Tawaran pernikahan kedua datang, seorang wanita cantik dari keluarga kaya. Awalnya menolak, Ye Xuan kemudian jatuh cinta dan memutuskan untuk menikahinya. Sejak itu, dia memulai perjalanan untuk menjadi pria yang kuat dan kaya, tidak hanya untuk memanjakan istrinya, tetapi juga untuk mencapai kemahakuasaan. Dengan kemampuan alkimia, seni bela diri, dan kemahiran dalam musik, lukisan, dan kaligrafi, Ye Xuan bertekad untuk membangun kehidupan yang luar biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 : Yan Ruo Datang!

"Tidak setuju!" Mo Fan tiba-tiba berseru dengan nada serius.

"Meski bajingan itu menyebalkan, dia berada di tahap akhir Alam Istana Qi. Kekuatannya bukan lelucon."

Ia menatap Ye Xuan dengan cemas. "Dibandingkan dengannya, para murid tahap menengah yang tadi hanya seperti ikan bau dan udang mati."

Qiu Chengbi tertawa dingin, ejekan terpampang di wajahnya. "Kenapa? Sudah ciut nyali?" katanya sambil menatap penuh penghinaan. "Kalau begitu, cepat dan merangkaklah di bawah selangkanganku! Setidaknya kau bisa menghindari kematian yang lebih menyakitkan."

Namun, Ye Xuan hanya menyeringai. "Aku setuju."

Matanya menyala dengan tenang, namun sorotannya tajam seperti pisau. "Awalnya aku berniat membunuhmu di tempat, melanggar aturan sekte pun tak masalah."

"Tapi sekarang... bagaimana kalau kita buat resmi di Arena Hitam?"

"Kau gila..." gumam Mo Fan, matanya menajam.

Namun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, Ye Xuan mengangkat tangan dan memotongnya.

"Tenang saja," katanya ringan. "Ini hanya tahap akhir dari Istana Qi."

Tawa Qiu Chengbi langsung pecah, namun tidak ada kehangatan di dalamnya. "Hahaha... Sungguh seekor anak sapi yang belum tahu takut. Tapi kau tahu bagaimana nasib anak sapi yang menantang singa dan harimau? Mereka hanya berakhir sebagai daging cincang."

Dengan wajah congkak, ia berpaling pada seorang murid di belakangnya. "Pergi ke halaman dalam dan panggil kakakku. Biarkan dia menyaksikan bagaimana aku menghancurkan menantu tidak tahu diri ini."

Suasana di sekitar menjadi hening. Gumaman pelan terdengar dari berbagai arah.

"Apakah dia sudah sinting?"

"Berani menantang Qiu Chengbi di Arena Hitam? Itu sama saja mencari kematian."

"Apa dia benar-benar mengira keajaiban tadi cukup untuk menghadapi peringkat atas dari pintu luar?"

Namun, meskipun komentar sinis bermunculan, semuanya terdengar pelan, seolah takut terdengar oleh Ye Xuan.

Ketegasan dan kekejaman yang ia tunjukkan sebelumnya masih membekas kuat. Tak satu pun dari mereka berani tertawa seperti sebelumnya.

Berita tentang duel hidup-mati antara Ye Xuan dan Qiu Chengbi menyebar secepat kilat ke seluruh penjuru wilayah murid luar Sekte Pedang Surgawi. Seperti badai yang melanda tanpa ampun, kabar itu mengguncang setiap sudut tempat latihan dan asrama.

Tak butuh waktu lama sebelum gerombolan murid mulai berdatangan, membanjiri jalan-jalan menuju Arena Hitam—tempat angker yang diperuntukkan bagi pertarungan berdarah dan penyelesaian dendam secara resmi di bawah aturan sekte.

“Dia benar-benar gila!”

Desas-desus itu membumbung tinggi, disertai ekspresi kaget dan ketidakpercayaan yang menghiasi wajah-wajah para murid.

"Baru lima hari masuk sekte, dan dia langsung menantang Qiu Chengbi di Arena Hitam?"

"Apa dia pikir dirinya jagoan karena mengalahkan murid-murid menengah? Ini Qiu Chengbi! Sosok yang bahkan para senior enggan hadapi!"

Seolah ditarik oleh kekuatan misterius, ribuan murid mengalir ke pelataran luas di depan Arena Hitam. Suara langkah kaki bergema di batu-batu halaman, diiringi bisikan penasaran dan seruan penuh antisipasi yang menciptakan dengung tak berkesudahan.

Semua mata akhirnya tertuju ke atas panggung batu hitam legam di tengah arena: Arena Hitam—tempat yang menyimpan aroma darah dan kehormatan yang hilang.

Di atas panggung itu, dua sosok berdiri tegak, saling berhadapan.

Di satu sisi: Ye Xuan, murid baru yang bahkan belum menginjak minggu pertama. Di sisi lain: Qiu Chengbi, petarung tangguh yang telah lama menaklukkan nama-nama besar di wilayah murid luar.

Ketegangan? Di mata kebanyakan orang, tidak ada sama sekali.

“Tanpa formasi pedang dari luar Kuil Longmen, apa yang bisa dia lakukan?”

“Tanpa bantuan eksternal, dia hanya serangga di hadapan Qiu Chengbi.”

Banyak dari mereka datang bukan untuk menyaksikan pertarungan, tapi untuk menyaksikan kehancuran satu nama—dilenyapkan oleh tangan yang selama ini dikenal kejam dan tak mengenal belas kasihan.

Namun, di tengah hiruk-pikuk itu, ada pula yang diam membisu… mereka yang masih menyimpan ingatan akan kekacauan kemarin. Dan dalam hati mereka bertanya-tanya:

"Apakah benar Ye Xuan hanya seekor semut?"

"Penatua Eksekutif, mohon hadir untuk menjadi saksi!"

Sebuah suara lantang menggema di Arena Hitam, memecah riuh kerumunan seperti palu yang menghantam gong. Suara itu disambut dengan gelombang sorakan dan tatapan penuh antisipasi dari para murid yang memadati arena.

Dari sisi barat panggung, dua sosok muncul perlahan.

Yang satu mengenakan jubah dalam berwarna ungu gelap, auranya tenang tapi penuh tekanan. Qiu Chengjing—kakak kandung Qiu Chengbi dan salah satu murid utama dari bagian dalam sekte.

Begitu ia muncul, keheningan seketika menyelimuti area, memberi tekanan tak kasat mata pada semua yang hadir.

Namun, tatapan Ye Xuan tidak terpaku pada Qiu Chengjing.

Sebaliknya, matanya berhenti pada sosok yang berjalan anggun di sampingnya—Yan Ruo.

Wanita itu telah berubah.

Sejak memasuki Sekte Pedang Surgawi, penampilannya menjadi lebih mencolok, auranya semakin dingin dan tak terjangkau. Tatapannya tajam, dagunya terangkat, penuh dengan superioritas yang tak disembunyikan.

Namun bagi Ye Xuan, semua itu terasa hambar.

Dalam sekejap mata, hanya dua kata yang muncul di benaknya: menjijikkan.

Bukan karena penampilannya, tapi karena kepalsuan yang dipancarkan dari setiap gerak tubuhnya. Seolah seluruh dirinya telah menjelma menjadi simbol kemunafikan dan pengkhianatan.

Secara samar, perasaan itu semakin kuat.

Menjijikkan.

“Apa yang sedang kalian rencanakan?” tanya Ye Xuan tiba-tiba, suaranya datar namun penuh ketegasan.

“Tidak banyak,” jawab Yan Ruo dingin. “Aku hanya ingin mengantarmu pulang.”

“Pulang?” Ye Xuan menyipitkan mata. “Sejak kapan kau peduli seperti itu?”

“Hahaha… Jangan salah sangka!” Qiu Chengjing menyela dengan tawa sinis, berdiri di sisi Yan Ruo. “Kau ini kan hanya menantu tak berguna dari keluarga Yan. Meski begitu, kau tidak pantas mati begitu saja di dalam Sekte Pedang Surgawi.”

Dia melangkah maju selangkah, nada bicaranya berubah menusuk. “Jadi, Ruo hanya ingin memastikan jasadmu bisa dikirim kembali ke Kota Luo. Kami tidak ingin kotoranmu mencemari sekte suci ini.”

“Benar begitu, Yan Ruo?” Qiu Chengjing melirik ke arahnya, nada suaranya lembut namun penuh hinaan terselubung.

Yan Ruo mengangguk pelan, wajahnya tanpa ekspresi. “Benar.”

Percakapan itu bergema di telinga semua yang hadir, dan dalam sekejap, suasana berubah.

Banyak murid hanya bisa menggelengkan kepala pelan, tatapan mereka berisi rasa iba.

Di mata mereka, Ye Xuan benar-benar dipermalukan—seorang pria yang bahkan dikembalikan oleh wanita yang dulu bersamanya, seolah tak punya nilai sedikit pun.

"Bagaimana rasanya bermain dengan wanita yang sudah bosan denganku?" Ye Xuan tersenyum santai, sorot matanya mengandung ejekan yang tak tersembunyi. “Apa kau menikmati... tenggorokan yang dalam?”

Sejenak, keheningan menyapu seluruh Arena Hitam.

Tatapan belas kasihan yang sebelumnya tertuju pada Ye Xuan berubah drastis—beralih kepada Qiu Chengjing.

Apakah... dia baru saja menyindir bahwa Qiu Chengjing hanya memungut sisa-sisa?

Ekspresi wajah Qiu Chengjing langsung berubah gelap. Sorot matanya menusuk seperti pisau, penuh amarah yang ditahan.

Tentu saja, dia tidak tahu apakah Yan Ruo benar-benar seperti itu. Di hadapannya, Yan Ruo selalu tampil dingin dan anggun, seolah tak tersentuh.

Tapi sekarang, benih keraguan telah ditanam.

Apakah semuanya hanya topeng kemurnian?

Pikirannya dipenuhi kekacauan, dan tanpa sadar, jemarinya mengepal, mengeluarkan suara berderit halus yang menyertai dentuman emosinya yang meledak perlahan.

1
Nanik S
Gaaaas Pooool 🙏Tor
Nanik S
Menantu rendahan.... Lalu mereka apa tdk lebih rendah yang beraninya main Kroyok... 🤣🤣🤣
Nanik S
Mantap Tor 🙏🙏
Nanik S
Kerja yang bagus....
Ananrac
yang bnyak thor
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏🙏
Nanik S
Makin seru ... cemburu.. marah jadi satu
Nanik S
Apakah Wanita ditengah Hutan itu sosok Dewi
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Hancurkan Sekalian mereka mumpung ada diluar sekte
Rinaldi Sigar
lanjut thor
Rinaldi Sigar
lanjut
kak so
tetap semangat buat Boss otor. semoga ide2 keren nya semakin gacor...😎
kak so
ciiihhhh...cukup kepala kau...😏. ga da cerita Dul... pecahkan kepala anak anjing nih...😏. gw kasih kopi Ampe lu muntah..bunuh plus spiritual Vote..😎
Rinaldi Sigar
lnjut
Rohmat setiawan
hukum persis di negara Konoha saja
Nanik S
Gas Poooool 🙏🙏
Nanik S
Cerita yang bagus Tor
Nanik S
Lenyapkan saja Penegak Hukum
kak so
ciihhhh....kalian para penegak hukum sekte nih beeneran sampah...😏. jadi inget ma penegak hukum negeri konoha nun jauh dikampuang...🤦‍♂️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!