Si Villainess tiba-tiba berubah?
Yrina Lavien, si penyihir yang dapat julukan Gadis Beracun sangat mencintai Anthony, Si Putra Mahkota, namun Anthony mencintai Margareth Thatcher. Suatu malam, Yrina tak sadarkan diri dan dia berubah ketika dia bangun. Dia yang awalnya suka pada Bunga Lily of The Valley jadi menyukai Bunga Mawar, dia yang dulunya tergila-gila pada Anthony malah jatuh hati kepada Dimitry Thatcher, kakak laki-laki Margareth yang telah 'merebut' kekasihnya. Dengan dalih 'lupa ingatan' dia benar-benar berubah. Tak banyak yang tahu, jika Yrina Lavien bukanlah dirinya yang asli dan merupakan jiwa lain yang sedang bertransmigrasi. Kini, Yrina yang baru hanya ingin hidup tenang. Mampukah dia mewujudkannya jika dia menjadi gadis paling dibenci dan paling jahat di seluruh kerajaan? Lalu sebenarnya dimanakah jiwa Yrina yang asli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
Saat roda kereta mulai bergerak. Aku seketika bangkit dari dudukku dan mencoba keluar dari kereta. Aku benar-benar takut jika Dimitry memukulku atau apa, atas apa yang Yrina lakukan dulu kepada adiknya. Mengingat betapa dia membenciku, kurasa perlakuan Yrina kepada Margareth sudah sangat keterlaluan. Dia hanya diam tak bergeming melihatku yang bangkit dan mencoba keluar dari kereta. Aku lalu terdiam dan menoleh ke arahnya sementara tanganku masih menggenggam kenop pintu kereta.
"Jadi apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" Tanya Dimitry. Dia tak beranjak sama sekali dari posisinya.
Aku yang sedikit panik lalu menoleh ke arahnya. "Kau takkan memukulku kan? Atau apa kau ingin membunuhku?" Tanyaku balik. "Kemana kau akan membawaku? Apakah kau akan menghabisiku dan membuang mayatku ke hutan?" Sambungku dengan sedikit berteriak.
"Jika kau berpikiran seperti itu mengapa kau tak menolak saat aku menuntunmu masuk ke kereta ini dari awal?"
Dia benar. Itu karena aku terlalu terpesona pada wajahnya. Aku tak pernah melihat orang setampan dia sebelumnya, baik dalam hidupku dulu atau sekarang. Dia satu-satunya.
"Kau takkan membunuhku?"
"Aku tak sekeji dirimu."
Tunggu, apa? Mengapa dia berkata begitu?
"Apa maksudmu?" Tanyaku sambil perlahan duduk kembali.
"Apa yang kau inginkan?" Tanyanya. Ekspresinya tak berubah. Seperti kesal dan enggan meladeniku.
"Mengapa kau membawaku ke dalam kereta ini?"
"Mengapa kau mau?"
"Ini salahku. Memang benar jika kadang pria tampan bisa menipumu dengan dengan wajahnya."
"Jadi kau bisa berpendapat ada yang lebih tampan dari Anthony sekarang?"
"Jangan alihkan pembicaraan! Dimitry, apa yang kau inginkan?"
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu! Setelah memutuskan Anthony di depan para bangsawan dan mempermalukan adikku. Kini kau tiba-tiba mencoba pura-pura baik kepadaku? Apa yang kau inginkan?"
"Aku hanya ingin menyapamu dan aku hanya minta maaf atas apa yang sudah kulakukan dulu kepada Margareth."
Aku jadi ingat lagi kejadian di istana waktu itu, bahkan Ratu pun merestui Margareth dengan Anthony.
"Aku yakin kau sedang berpura-pura. Sebaiknya kau mengatakan yang sebenarnya. Jika ada yang kau inginkan dariku, selama itu bisa menjauhkanmu dari Margareth, aku akan memenuhinya."
"Aku tak ingin apapun darimu. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Aku tahu aku menyebabkan banyak masalah sebelumnya dan aku menyesal. Aku hanya ingin menebusnya."
"Aku tak percaya. Apa kau pura-pura kehilangan ingatanmu atau semacamnya? Setelah semua yang kau lakukan, seumur hidupmu pun dibutuhkan untuk menebus semuanya."
Lagi-lagi seperti itu. Yrina, kau ini sejahat apa sih sebenarnya? Ah, aku lupa. Yrina adalah gadis beracun.
"Tak masalah sama sekali. Aku hanya ingin hidup dengan tenang dan bahagia. Aku tak ingin menyesal untuk yang kedua kalinya."
"Sungguh tak bisa dipercaya. Ini tidak lucu sama sekali. Kau...." Perkataan Dimitry ku potong.
"Gadis beracun. Aku mendengarnya dari orang-orang tadi. Tentu saja kau takkan mempercayai ucapanku semudah itu. Kebanyakan orang-orang di menara sihir juga begitu. Galliard juga masih berusaha memastikan aku menebus semua kesalahanku bahkan Yvanna tak mau bertemu denganku. Aku bisa memahaminya. Namun satu yang bisa ku janjikan, aku takkan mengganggu Margareth dan Anthony lagi. Adikmu bisa memiliki Putra Mahkota seutuhnya."
Dimitry menatapku dalam diam. Tatapan matanya masih tajam. Aku tak menyalahkannya sama sekali. Yang diperbuat Yrina pasti sangat jahat dulu kepada adiknya. Aku harus mencari tahu hal itu nanti.
"Kenapa kau tiba-tiba mendekatiku?" Tanyanya lagi.
Kurasa memang seaneh itu saat seseorang yang mati-matian merundung adikmu karena merebut kekasihnya kini malah tiba-tiba tertarik denganmu.
"Aku hanya baru sadar jika kau begitu tampan."
Dimitry tersenyum sinis. "Lucu sekali. Aku ingin tahu bagaimana dramamu kali ini, Lavien."
Kereta kuda lalu berhenti. Kami berjalan tak terlalu jauh dan saat aku mengintip keluar jendela. Kami sudah berada di depan penginapan tempat keluargaku menginap. Jadi dia mengantarku pulang.
"Bagaimana kalau kukatakan jika aku mulai tertarik kepadamu, Dimitry?"
Bodo amat! Aku tak peduli apa pendapatnya tentangku. Aku hanya ingin menikmati hidupku sekarang. Aku hanya ingin dia tahu jika aku tertarik kepadanya dan aku tak berharap apapun tentang hal itu. Aku tahu jika dia takkan tertarik kepadaku. Tentu saja, pria gila mana yang akan suka pada seseorang yang sudah merundung adiknya dengan begitu kejam? Dan kenapa Dimitry begitu tampan?
"Itu lucu. Kau pasti benar-benar gila jika begitu." Kata Dimitry sambil tertawa.
Sekarang giliranku yang tertawa. "Bukankah aku memang sudah gila dari dulu?"
Dimitry langsung kehilangan tawanya. Pria ini begitu tampan. Rambut keemasan, mata biru dan bibir yang waktu itu tersenyum lembut dan menatap dengan hangat, aku masih tak bisa melupakannya, aku juga ingin ia tatap seperti itu meskipun saat ini dia sedang mengerutkan alisnya dan bibirnya mengatup rapat menahan amarah. Kemeja putih dilapisi mantel berwarna biru langit sangat cocok untuknya. Rambutnya yang ia tata ke samping juga membingkai wajahnya dengan sempurna.
Lalu aku membuka pintu kereta dan bersiap turun. Salah satu pelayanku sudah berdiri dan mengulurkan tangannya sebagai peganganku untuk turun di depan pintu, dia bersama Catherine yang matanya terlihat berkaca-kaca. Aku langsung menyambut uluran tangan pelayanku.
"Seperti katamu." Ucap Dimitry.
Aku langsung berhenti dan menoleh ke arahnya. Dia juga menatapku sambil tersenyum masam.
"Kau gadis beracun, bukan? Dan kali ini kau bilang aku tampan? Kau benar-benar mulai tertarik kepadaku? Kau adalah gadis beracun yang suatu hari nanti juga akan membunuhku dengan racunmu, Yrina Lavien. Aku tak ingin merasakan racunmu itu membunuhku. Sebaiknya kau menjauh dariku!"
Aku diam meresapi semua ucapannya. Aku harus bertanya kepada Galliard tentang banyak hal. Bukan salah Dimitry jika dia sangat membenciku.
"Tak masalah. Sama sekali tak masalah jika kau membenciku." Kataku setelah turun dengan sempurna dari kereta kuda.
Dimitry menatapku dengan tajam dari dalam kereta. Entahlah, mungkin dia sedang mengumpatiku di dalam hatinya.
"Kau cocok dengan warna biru. Kau seperti bunga mawar berwana biru, Dimitry Thatcher." Pungkasku sambil tersenyum dan menunduk memberi hormat. Ah, jadi seperti ini rasanya menyuarakan suara hati.
Aku ingin Dimitry tahu jika Yrina Lavien Si Gadis Beracun bisa berubah. Setelah pintu kereta tertutup, kereta itu pun menjauh meninggalkan kami. Catherine langsung memarahiku habis-habisan karena aku dengan begitu bodohnya mau masuk ke dalam kereta bersama Dimitry. Aku berusaha menenangkannya dan mengatakan jika aku baik-baik saja. Sementara itu, para pelayan yang lain juga coba menghentikan Catherine yang marah-marah sambil menatapku dengan ketakutan. Mereka takut jika aku mengamuk kepada Catherine. Aku hanya tersenyum samar. Pasti akan melelahkan memperbaiki semua kesalahan yang dibuat Yrina. Aku lelah dan ingin segera tidur di kamar.