Tidak menginginkan menjadi duri dalam hubungan dua orang yang saling mencintai. Tetapi takdir sudah menjadi seperti itu. Kesalahan besar yang membuat Aletta harus berada diantara hubungan Thalia Kakak kandungnya dengan Devan orang yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Aletta kehidupannya sudah dihancurkan, berusaha menerima takdirnya dan mengalah demi kebahagiaan sang Kakak. Tetapi ternyata semua tidak mudah.
Lalu bagaimana Aletta harus berada di posisi yang benar-benar sangat sulit ini?
Apa dia mampu bertahan?
Siapa yang menjadi korban sebenarnya!
Lalu siapa yang paling tersakiti dalam hal ini?"
Jangan lupa untuk mengikuti novel terbaru saya sampai selesai. Jangan tabung bab dan terus dukung dengan beri komentar.
Follow Ig Saya ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Semakin Berani
"Aku tidak mood untuk bertemu dengannya, suruh aja dia pulang," sahut Thalia yang tampak masih begitu sangat kesal.
"Thalia kamu ini bicara apa?" sahut Ratih.
"Aku masih males bicara dengan Devan Bunda," ucap Thalia yang rasa kecewanya sampai saat ini memang belum hilang.
"Tapi kamu tidak boleh bersikap seperti itu kepada Devan, apa salahnya ditemui sebentar saja, apa yang terjadi di hari pertentangan kalian juga bukanlah keinginan Devan," ucap Danu memberi saran.
Thalia tidak berkomentar apapun dan wajahnya tetap saja terlihat begitu kesal.
"Hey, sana temui Devan," bujuk Ratih.
Thalia menghela nafas yang akhirnya berdiri dari tempat duduknya dengan rasa terpaksa.
Aletta berusaha bersikap biasa dan kembali melanjutkan sarapannya, walau matanya terus memperhatikan kakaknya yang keluar dari area lokasi meja makan.
Setelah menyelesaikan sarapannya yang akhirnya Vallen dan Aletta bergegas dari dapur yang mana Aletta harus mengantarkan Vallen ke sekolah, tidak mau mereka harus melewati ruang tamu dan mata Devan langsung melihat ke arah Vallen dan Aletta.
Aletta berusaha bersikap biasa, tetapi matanya langsung berfokus pada Thalia yang memeluk mawar merah yang sudah dipastikan pemberian dari Devan.
"Ini kunci mobil kamu Aletta," ucap Devan yang membuat Aletta kaget.
Thalia mengerutkan dahi yang pasti penuh tanya kenapa kunci mobil Aletta ada pada Devan.
"Aletta meminta tolong kepadaku untuk menjemput mobilnya di hotel, karena aku menghubungi Aletta yang ingin ke rumah kamu mempertanyakan kamu ada di rumah apa tidak. Kamu tidak mengangkat teleponku sama sekali," ucap Devan paling pintar memberikan klarifikasi dan padahal Aletta tidak menyuruh Devan.
Kunci mobil Aletta memang masih berada di mobilnya karena Devan malam itu masih bersembunyi di dalam mobilnya.
Aletta benar-benar sangat kesal dengan tingkah Devan yang selalu saja membuat suasana menjadi kacau dan terlebih lagi reaksi Thalia tampak bertanya-tanya.
"Begitukah. Jadi kamu datang pagi-pagi seperti ini bukan 100% hanya ingin menemui ku dan membujukku dan ternyata ada hal lain," ucap Thalia.
"Tapi jika aku tidak menghubungi Aletta dan maka kita juga tidak akan bisa bertemu," ucap Devan.
"Vallen ayo cepat kita ke sekolah. Nanti kamu terlambat," Aletta yang langsung mengalihkan situasi yang tidak ingin berlama-lama di antara pasangan itu.
Dia mengambil kunci mobilnya dari atas meja. Vallen masih sempat berpamitan dengan Thalia, walau mood Thalia berantakan Tetapi dia sangat menyambut pelukan anak kecil itu.
Saat Vallen mungkin saja ingin mencium punggung tangan Devan, namun Aletta langsung menarik tangannya yang tidak mengizinkan hal itu dan membawa Vallen pergi.
Devan lagi-lagi menyunggingkan senyumnya yang sangat melihat jelas bagaimana Aletta yang begitu menjauhkan dirinya dengan Vallen.
**
Aletta berada di dalam mobil yang sudah menyetir dan Vallen duduk di sampingnya.
"Keterlaluan sekali Devan. Bisa-bisanya langsung membawa mobilku ke rumah ini dan tanpa memikirkan kecurigaan kak Thalia, kenapa dia justru menyiksaku seperti ini. Apa yang dia inginkan," batin Aletta yang sudah mulai lelah menghadapi Devan.
"Mama Kenapa buru-buru sekali menarik tangan Vallen. Bukankah Vallen juga ingin berpamitan dengan om Devan," ucap Vallen yang baru mempertanyakan hal itu.
"Bukankah nama yang mengajari Vallen harus bersikap sopan kepada orang yang lebih tua," ucapnya.
"Mama tidak bermaksud menarik tangan kamu, Mama juga buru-buru karena setelah ini ada pertemuan dengan klien," ucap Aletta.
Vallen tidak merespon apapun lagi.
"Vallen tidak perlu terlalu dekat dengan orang lain. Sayang kita baru saja di Jakarta. Mama sangat khawatir jika Vallen berhubungan dengan orang-orang yang tidak dikenal. Jadi cukup dekat dengan orang yang ada di rumah saja," ucap Aletta yang secara tidak langsung benar-benar menjauhkan Vallen dari Devan
Vallen lagi-lagi menganggukkan kepala.
***
Aletta yang berada di ruangannya tampak sibuk memeriksa beberapa lembaran desain-desain miliknya.
Tok-tok-tok.
"Masuk!" Aletta yang masih fokus pada lembaran tersebut.
Tidak mendengarkan suara selain pintu yang ditutup membuat Aletta mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya dia jika orang yang masuk ke dalam ruangannya bukanlah asistennya dan melainkan Devan.
"Apa yang kau lakukan di sini keluar!" usir Aletta yang berdiri dari tempat duduknya dan langsung buru-buru keluar dari area meja kerjanya yang mengusir laki-laki itu dengan cepat.
"Aletta aku tidak akan pernah berhenti jika kamu tidak ingin bicara denganku!" tegas Devan.
"Cukup Devan, kau jangan menggangguku sampai ke pekerjaanku. Apa kau belum puas membuat kekacauan di hari pertunangan Kak Thalia, membuatku ketakutan dan bersikap kurang ajar kepadaku, lalu drama yang kau lakukan tadi pagi. Apa kau tidak menyadari jika kak Thalia mencurigai mu memiliki wanita lain!" bentak Aletta dengan meninggikan suaranya.
"Kalau begitu ayo jujur kepada Thalia dan kita mengatakan semua apa yang terjadi," sahut Devan dengan enteng.
"Kau benar-benar gila Devan. Apa kau ingin menghancurkanku lebih parah lagi dan juga menghancurkan aku bersama keluargaku. Kau sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan kakakku hah!" tegas Aletta kan suaranya dengan air matanya yang sudah jatuh.
Dia tampak sangat lelah menghadapi Devan.
"Jika kamu tetap ingin cara seperti ini, maka jangan pernah jauhkan aku dari anakku!" tegas Devan.
"Aku akan kembali ke Jepang jika sikapmu masih seperti ini," ucap Aletta memberikan ancaman kepada Devan.
"Lakukan! Tapi aku rasa kau tidak akan bisa melakukan hal itu. Jika kamu masih menjauhkanku dari Vallen dan kan sampai membawanya kembali ke Jepang atau kemanapun. Maka aku akan langsung mengambilnya dan aku tidak peduli keluargamu atau Thalia mengetahui semuanya!" tegas Devan yang balik memberikan ancaman.
"Hah!" Aletta geleng kepala dengan tertawa yang benar-benar tidak percaya jika situasinya sangat dipersulit Devan.
"Kau benar-benar sangat gila Devan," ucapnya frustasi dengan menyibak rambutnya ke belakang yang wajahnya terus saja mengeluarkan tawa.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya hah! ingin aku lebih hancur lagi? Cukup Devan, cukup aku yang hancur dan kau jangan menghancurkan kedua orang tuaku, menghancurkan perasaan mereka dan terlebih lagi menghancurkan perasaan Kak Thalia!" ucap Aletta.
"Aku tidak menginginkan apapun dan hanya menginginkan bisa bersama Vallen seperti kamu bisa bersama Vallen," ucap Devan dengan nada rendah.
Aletta tidak mampu berkata-kata yang membalikkan tubuhnya dengan meletakkan kedua tangannya di atas meja yang posisi tubuhnya membungkuk benar-benar frustasi.
"Kenapa Devan?"
"Kenapa kau tidak melepaskan ku dan membiarkan ku hidup bersama Vallen?"
"Kenapa kau tega melakukan semua ini kepadaku," ucapnya.
Tiba-tiba saja Devan mendekatinya dan memeluknya dari belakang.
"Lepas!" Aletta yang memberontak dan pelukan itu semakin erat yang bahkan meletakkan dagunya di bahu Aletta.
"Kamu jangan menghentikan ku Aletta untuk dekat dengan darah dagingku," ucap Devan.
"Aku mohon hentikan semua ini dan lepaskan aku? Biarkan aku hidup bahagia bersama Vallen," pinta Aletta dengan suara memohon.
"Aku hanya bisa melepaskan Thalia dan tidak melepaskan mu. Aku dan Thalia tidak memiliki ikatan apapun dan sementara kamu. Aku memiliki ikatan dan terlebih lagi Vallen berada diantara kita. Jika aku melepaskan kamu dan bersama Thalia, itu sama saja aku laki-laki pengecut yang tidak bertanggung jawab,"
"Kalau begitu kenapa kamu kembali menjalin hubungan dia!" tegas Aletta yang sudah membalikan tubuhnya dengan pelukan yang sudah terlepas.
Bersambung.....