Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH SEMBILAN
"AKU MINTA MAAF RA!" Teriakannya menghentikan langkah Mutiara, maaf? Bagaimana dia bisa minta maaf setelah menorehkan luka yang begitu besarnya
Mutiara menoleh, Adrian tersenyum mendekat kearahnya berharap wanita yang semakin terlihat cantik itu mau mendengarkan
Plak
Setelah cukup dekat, satu tamparan keras diberikan Mutiara padanya "Untuk apa? Setelah semuanya, lalu untuk apa kamu minta maaf lagi Adrian!"
"Ra, aku bisa jelasin semuanya. Aku tau aku salah Ra! Tapi kamu tolong ngertiin aku" Adrian masih berusaha untuk menjelaskan entah apa yang kini pria itu inginkan dengan menjelaskan semuanya lagi
"Semuanya sudah jelas Adrian, kamu meninggalkan aku dan memilih menikah dengan perempuan lain yang menurut keluarga kamu lebih pantas bersamamu, iya kan?" Ujar Mutiara penuh penekanan, luka itu benar-benar sudah ia kubur dalam-dalam. Menjalani pernikahan dengan Raffi membuatnya bahagia dan tidak ingin mengingat lagi masa lalunya yang kelam
"Aku menikahi Hanggini bukan atas dasar cinta Ra! Bahkan sampai hari ini aku belum bisa sepenuhnya melupakan kam!" Ucapan Adrian terhenti saat tangan mungil wanita itu kembali mendarat di pipinya
"Apa kamu mengerti arti cinta? Aku rasa tidak!" Mutiara tertawa sinis menatap Adrian penuh kebencian
"Kamu nggak tau bagaimana menderitanya aku menjalani pernikahan bersama Hanggini Ra, bagaimana aku menjalani hari-hariku tanpa kamu" wajah Adrian berubah sendu, tak dapat bohongi jika rasa itu masih ada, rasa pada wanita yang dulu mengisi hari-harinya itu
"DIAM ADRIAN!" teriak Mutiara sambil menunjuk wajah pria tidak tau malu itu
"Aku sudah melupakan kamu! Dan aku bersyukur kamu meninggalkan aku saat itu, karena aku bisa bertemu dengan laki-laki sebaik mas Raffi pada akhirnya" Mutiara menekan setiap ucapannya membuat Adrian seolah tertampar oleh kenyataan bahwa wanita yang pernah dan mungkin masih ia cintai sudah menjadi milik orang lain
"Jika kamu bersedia aku bisa meninggalkan Hanggini dan hidup bersama kamu lagi Ra!" Ujar Adrian membuat Mutiara mengerutkan keningnya
"Apa?" Wanita itu benar-benar tak habis pikir dengan apa yang ia dengar "Apa menurut kamu pernikahan itu sebuah permainan? Sehingga kamu bisa seenaknya melakukan dan meninggalkannya" miris sekali pikir Mutiara
"Pergilah Adrian! Aku tidak ingin suamiku salah paham nanti!" Mutia benar-benar malas jika terus meladeni Adrian ditambah perut yang semakin terasa kram
"AKU MASIH MENCINTAI KAMU MUTIARA!" Ucapan Adrian benar-benar membuat wanita itu geram, saat hendak kembali mengangkat tangan kearah Adrian tiba-tiba ia merasakan sakit pada perutnya
"Aakkhh!" Mutiara memegangi perutnya, wajahnya pias terlihat begitu kesakitan membuat Adrian panik
"Kamu kenapa Ra?" Adrian yang panik ikut berjongkok di hadapannya, wanita itu sudah luruh sambil bersandar pada dinding, keringat mengucur deras membasahi wajahnya
"Aakkh" tak ada yang bisa ia katakan selain meringis, sungguh benar-benar sakit bahkan ia sudah merasakan sesuatu keluar melalui jalan lahirnya
"Kamu mau melahirkan Ra! Ayo aku bantu!" Panik, Adrian ingin membantu dengan mengangkat tubuhnya
"Jangan sentuh aku!" Suaranya terdengar lirih, Adrian tak tega mendengarnya dia tidak ingin membuat Mutiara semakin marah namun meninggalkan wanita itu sendirian disini juga tidak mungkin
"Maaf Ra!" Ucap Adrian sebelum ia berhasil mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya kembali ke ballroom dimana acara tengah berlangsung
Wanita itu terus meringis, suara rintihannya membuat Adrian dipenuhi rasa takut. Adrian berjalan cepat sesekali ia pandang wajah Mutiara yang berada dalam gendongannya
"Ada apa ini mas?" Sang istri yang tiba-tiba berada didepannya membuat langkah Adrian terhenti
"Dia kenapa?" Hanggini menatap kearah Adrian dan wanita dalam gendongannya bergantian
"Dia kesakitan Nggi! Aku mau bawa dia kerumah sakit! Dia mau melahirkan" ucap Adrian sekarang tak ada waktu untuk meluruskan kecurigaan sang istri, baginya keselamatan Mutiara dan bayinya jauh lebih penting
"Dia punya suami Rian!"
"Aku tau! Tapi sekarang nggak ada waktu untuk cari suaminya" berang Adrian
"MUTIARA!" Raffi yang hendak menyusul sang istri terkejut melihat Mutiara berada dalam gendongan seorang pria
"Mas!" Lirih Mutiara yang menatap suaminya
"Sayang kamu kanapa?" Pasrah, Adrian menurunkan Mutiara dari gendongannya dan menatap wanita yang kini bersandar didada suaminya
"Sa-kit ba-nget mas" suaranya bahkan terbata membuat Raffi semakin ketakutan
"Kita bawa dia kerumah sakit dulu mas! Sepertinya dia mau melahirkan" suara intrupsi dari Adrian menyadarkan Raffi, pria itu segera membopong tubuh sang istri dan melangkah dengan lebar menuju area parkir diikuti Adrian dan Hanggini dibelakang
"Pakai mobil saya saja mas!" Tawar Adrian, tak ingin membuang waktu Raffi segera memasukkan sang istri dikursi penumpang sementara ia duduk disisinya sambil mengelus perut Mutiara berharap sedikit mengurangi rasa sakit
"Aku ikut!" Tanpa menunggu jawaban dari suaminya Hanggini masuk dan duduk dikursi samping kemudi sementara Adrian berada dibalik kemudi
"Kamu hutang penjelasan denganku Adrian!" Ucap Batin Hanggini, wanita itu masih penasaran bagaiman sang suami begitu terlihat khawatir tentang wanita ini, bahkan kecemasan yang terpancar dari wajahnya sama dengan pada saat ia akan melahirkan Kasih beberapa tahun lalu
Adrian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jalanan ibu kota malam itu sedikit lenggang hingga tak butuh waktu lama mereka tiba disebuah rumah sakit
"Kamu bertahan sayang!" Raffi terus menggenggam tangan sang istri yang sudah terbaring di brankar , sesekali menyeka keringat yang terus membasahi wajahnya
"Sakit banget mas!" Rintih Mutiara membuat Raffi semakin takut, sementara Adrian dan Hanggini terus mengikuti dibelakang
"Maaf! Hanya suami pasien yang bisa masuk!" Seorang perawat wanita bahkan menahan tubuh Adrian yang entah sadar atau tidak ingin ikut masuk mengikuti brankar dimana Mutiara terbaring
"Kamu mau ngapain kedalam mas?" Ketus Hanggini
"Maaf aku nggak sengaja Nggi" Adrian lalu mundur, bersandar pada dinding sambil melipat kedua tangannya didepan dada, dapan Hanggini lihat bagaimana raut kekhawatiran dari wajah suaminya membuat wanita itu menaruh curiga
"Sebenarnya ada hubungan apa Adrian sama wanita itu!" Pertanyaan itu terus melintas dibenak Hanggini, sebagai seorang istri wajar jika ia menaruh curiga pada suaminya
Sementara itu didalam, Mutiara tengah ditangani oleh seorang dokter wanita, gaun pesta yang tadi ia gunakan sudah berganti baju khas rumah sakit berwarna hijau
"Mas!" Wanita cantik itu terus meringis sambil terus ia genggam tangan sang suami
"Sabar ya sayang! Kamu pasti kuat!"