NovelToon NovelToon
My Lovely Step Brother

My Lovely Step Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 : I Like it

...- happy reading -...

...***...

Juan membuka matanya dan mendapati dirinya tertidur di sebuah sofa. Kepalanya terasa pusing, mungkin terlalu lama tertidur. Tapi ia terkejut begitu melihat pemandangan ruangan berukuran cukup besar itu, ada sebuah tv, lemari, meja, sofa yang ia duduki, bahkan ada meja makan di belakang tv itu.

Ini bukan rumahnya, lalu tempat siapa? Ini juga bukan rumah Yuda.

Dengan langkah berhati-hati, Juan berjalan mengelilingi ruangan itu, hanya cahaya minimalis yang membantunya melihat sekitar. Sebuah jam dinding menarik perhatian nya, pukul tiga pagi? la semakin mempercepat gerakan nya berkeliling mencari clue. Lalu ia sadar saat menatap balkon yang tertutup gorden abu abu itu.

Meliriknya ke arah luar. Lalu terkejut saat mendapati dirinya berada di bangunan apartemen dengan ketinggian kurang lebih 20 meter. Juan buru buru mencari ponselnya, seharusnya ia masih memegang ponselnya. Tapi nihil, kemana ponsel yang ia letakkan di kantong celana nya?

"Baru bangun?"

Juan tersentak, sebuah siluet berdiri di depan pintu sebuah kamar, keadaan yang remang remang membuatnya harus mengerjap beberapa kali untuk memastikan orang itu.

"Ga kenal suara gue?"

Sosok itu berjalan maju perlahan, membuat Juan menatapnya tak percaya.

"Kak Sisil?" ujar Juan masih terkejut. Perempuan itu terkekeh pelan seraya mendekati Juan yang berdiri mematung.

"Akhirnya gue bisa miliki lo, Juan. Gue sampai harus menunggu momen ini biar lakuin semuanya." Perempuan itu mengusap wajah Juan membuat Juan memundurkan wajahnya cepat.

"Maksud Kakak apa l, hah?! Jangan gila! Ini masih malam, aku mau pulang!" Juan menatap Sisil marah, ia tidak paham dengan maksud semua ini.

"Ga semudah itu ganteng. Lo pikir usaha gue selama ini bakal gue hancurkan sia sia? Gue udah dapetin lo, jadi lo harus nurut." Sisil berbisik tepat di samping telinga Juan, deep voicenya berhasil membuat bulu kuduk Juan berdiri.

"Udah gue bilang jangan gila! Maksud lo apa sih Kak? Senekat itu lo lakuin ini?" Juan menajamkan pandangan nya, merasa kecewa dan bingung secara bersamaan.

"Lo emang ga peka ya? Gue capek capek buat Laras celaka biar lo ga ketemu dia." Sisil menatap mata Juan intens.

"Jadi lo—Lo melakukan hal mengerikan itu pada sahabat lo sendiri?! Sadar! Lo kerasukan apa sih?" Juan menggoyangkan pundak perempuan itu dengan penuh emosi.

"Laras mau nyatakan perasaan nya ke lo, Juan. Tck! Lo memang sepolos itu dan gue—gue ga terima itu semua. Gue gak mau laki-laki yang gue suka jadi milik Laras lagi!" Bentakan Sisil berhasil membuat Juan diam. Ia tidak bisa berkata apa apa lagi.

"Cukup gue lepasin Braga buat dia, dan akhirnya apa? Braga bunuh diri gara gara depresi, semuanya gara gara Laras! Kalo aja waktu itu dia mau dengerin penjelasan Braga, semuanya ga akan kejadian."

Sisil menghela nafasnya, air mata yang sudah sampai di pelupuk matanya itu terlihat dengan jelas.

"Bisa kan gue ga ngalah lagi? Gue capek keliatan baik baik aja biar persahabatan gue ga rusak, gue mau egois." Lirihnya.. jujur saja itu berhasil menarik simpati Juan. Amarahnya sedikit mereda.

"Apapun alasan lo, itu ga akan membenarkan semua tindakan lo ini. Lo jadi kriminal tau ga? Lo kaya orang yang terobsesi." Juan berusaha melepaskan pegangan tangan Sisil.

"Gue emang terobsesi, mandangin wajah lo setiap hari bikin gue nyaman." Sisil tersenyum pahit.

"Maksud lo?" Juan heran dengan ucapan Sisil, setiap hari?

"Lo tetep tampan ya? Padahal lo baru bangun tidur."

"Maksud lo apa sih kak?" Juan menyentak tangan Sisil yang berusaha menyentuh pundaknya.

"Gue nyadap hp lo, kamera lo."

Juan membelalakkan matanya, benar benar kejutan yang tidak menyenangkan. Gila! Benar benar gila! Jadi selama ini kameranya di sadap?

"Brengsek! Lo brengsek! Jangan bilang lo yang neror gue?!" Juan menarik kerah pakaian yang Sisil kenakan.

"Lo pinter juga. Seandainya waktu itu Joanna ga ngeliat gue di depan rumah lo, gue pasti bisa nyerobot masuk ke kamar lo. Untung Joanna ga sadar kalo itu gue." Sisil terkekeh pelan tanpa merasa bersalah.

"Hoodie ini..." Juan menatap hoodie putih Sisil, ia merasa tidak asing dengan hoodie itu.

"Lo yang nabrak gue?" Suara Juan bergetar, ia sungguh tidak menyadari semua ini.

"Ssstt... Sekarang lo ada disini, lo milik gue oke?"

Sisil mengelus rambut Juan pelan. Sentuhan di puncak kepalanya membuat Juan geram.

"Gila! Pulangin gue sekarang!"

Juan berjalan meninggalkan Sisil, meskipun ia tidak tahu mana pintu keluar apartemen itu.

"Lo ga capek sama kelakuan Joanna?" Juan menghentikan langkahnya, entah kenapa kata Joanna berhasil membuatnya tertarik.

"Gue tau dia selalu nurunin lo di jalanan. Dia keliatan benci sama lo."

Seperti saat itu—Sisil menaiki motornya dengan kecepatan sesuai rata rata, bel sekolah masih 15 menit lagi, namun matanya tertuju pada mobil milik Joanna, berhenti di pinggir trotoar, tidak jauh dari halte bus.

Sisil pun menepikan motornya, mencoba menghampiri Joanna mungkin ban nya bocor. Tapi belum ia mendekat, seorang laki-laki dengan hoodie oversize turun dari sana. Seragamnya sama, membawa tas dengan mata kucing yang melirik kesana kemari. Sosok itu berjalan menuju halte bus, berdiri di sana dengan cemas.

Entah kenapa sosok disana menarik perhatian Sisil. Wajahnya yang datar namun manis dengan seragam pas di tubuhnya. Siapa itu? Apa dia kekasihnya Joanna? Namun karena waktu semakin berlalu, Sisil pun kembali menaiki motornya dan menancap gas menuju SMA Erlangga.

Sejak itu Sisil selalu memperhatikan Juan, laki-laki yang sering pulang dengan bus dan kadang di turunkan oleh Joanna di tengah jalan. Dirinya yang ingin sekali menawarkan tumpangan hanya bisa diam, sembari mengorek informasi tentang Juan.

"Gue tau Joanna ga memperlakukan lo dengan baik."

***

Pagi itu Juan kembali terbangun, sudah dua hari ia berdiam diri di apartemen itu. Tak bisa di pungkiri bahwa Sisil memperlakukan nya dengan baik. Perempuan itu sangat manis, memperhatikan hal kecil yang kadang membuat Juan takjub. la tak pernah merasa begitu spesial seperti ini, meskipun Ayah dan Bunda sangat peduli, tapi ia merasa perlakuan Sisil berbeda.

"Ini, aku buat nasi goreng spesial. Cobain."

Sisil menyodorkan sepiring nasi goreng yang sangat harum, bahkan pria itu memberikan tambahan bawang goreng, dia tau Juan menyukainya. Juan mulai menyendok nasi goreng itu, pedas dan panas, tapi nikmat di dalam mulutnya. Membuatnya ingin menangis saat itu juga, bagaimana bisa ia merasa nyaman dalam keadaan seperti ini?

"Gimana? Enak ga?"

Sisil menatap Juan penuh harap, sosok Sisil hanya memandang Juan yang masih mengunyah nasi gorengnya. Juan segera mengangguk pelan, senyum Sisil mengembang seketika, merasa bangga dan puas dengan hasil kerjanya.

"Makan yang banyak ya? Aku janji buat bahagiain kamu, nanti aku bicara ke orang tua kamu."

Mendengar itu Juan tersenyum kecut, apa orang tuanya sudah tahu kalau anaknya diculik? Apa Ayah dan Bundanya sudah mencarinya? Bagaimana dengan Joanna? Apa dia masih tidak peduli padanya?

1
Maya Sari
mulai baca Thor, semoga lanjut ya Thor cerita nya gk d gantung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!