Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#17 Kita Buktikan Saja Nanti
Tangan Edgar terentang di panggul Komang, mengelus dua bongkahan kenyal di bawah panggul, menarik tubuh Komang lebih dekat, sehingga bukit kembar Komang menghantam dada sekeras tembok dan ia bisa merasakan tubuh Edgar yang keras menekan tubuhnya.
Kepedihan tajam mencengkram tulang pinggulnya, rasa panas berdenyut-denyut di pusat tubuhnya, dan tubuh Komang seakan lemas, tak tahan menatap wajah Edgar yang semakin mendekat.
"Kau lihat..." gumam Edgar, parau. Matanya menatap tajam, dengan kedisiplinan kuat menahan kembali gairah yang melandanya, bertekad tidak menghancurkan moment itu.
"Tidak ada yang perlu ditakuti, Aku akan menunjukkan, apa yang sebenarnya kau inginkan..." ujar Edgar yang semakin menekan tubuh Komang hingga membuat Komang sulit bernafas.
Wajah Komang yang memerah hampir saja terjebak oleh situasi yang diciptakan oleh Edgar, namun mendadak tersadar. Dengan nafas yang terengah-engah, Komang tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika lututnya terbebas dari kuncian tubuh Edgar.
Dengan sekali hentakan, lutut Komang menghantam keras tepat di titik vital yang mematikan diantara selan**kangan Edgar, membuat Edgar langsung terpekik karena kesakitan.
"Aaaoooohhhhhh" pekik Edgar sambil memegangi senjatanya, membuat Edgar berjalan mundur dan terlentang di atas kasur empuk miliknya.
"Kau ingin menunjukkan kepadaku, apa yang sebenarnya aku inginkan? Berani sekali kau!!" teriak Komang, dengan nada marah. Sedangkan Edgar terus mengerang kesakitan. Kini Edgar percaya bahwa Komang berbeda, ia salah menilai Komang, dia bahkan lebih kuat dari yang ia bayangkan, tendangan itu memang benar-benar menyakitkan.
"Kau pikir aku tidak tahu apa yang aku inginkan? Seolah kau berfikir aku kebingungan sehingga aku memerlukan pria sepertimu untuk menunjukkan segala sesuatu kepadaku?!" Komang menggeram. Komang tahu Edgar tertarik kepadanya, tapi ia tidak siap menghadapi fakta itu.
Komang segera pergi dari kabin terkutuk itu, berjalan dengan kasar melewati para karyawan yang melongo keheranan melihat sang Nyonya besar yang terlihat nampak marah, entah apa yang terjadi, sebelumnya mereka melihat sang Nyonya ditarik oleh Bos mereka di kabin pribadinya, dan mereka menduga mereka telah bermain berdua didalam sana.
Hingga akhirnya mereka mengetahui, bahwa sang Nyonya keluar kamar dengan keadaan marah membuat mereka semua terdiam dan tak berani menatap kearah Nyonya mereka. Hal itu membuat Katrin seperti mendapat peluang emas untuk mendekati Komang.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Katrin dengan wajah simpati yang terlalu dibuat-buat.
"Aku tidak apa-apa, bisa kau tinggalkan aku?" ucap Komang, dengan nada memohon. Komang tak siap memberi klarifikasi kepada siapapun saat ini.
Katrin mengangguk kecewa mendengarnya, ia akhirnya meninggalkan Komang yang masih terlihat marah itu, namun Katrin menduga bahwa permainan Bosnya dan Komang pasti bermasalah, hingga membuat Komang marah, dan itu cukup melegakan bagi Katrin.
Edgar keluar dari kabin pribadinya, gayanya masih terlihat macho di hadapan para karyawannya, dan semua karyawan yang berada disana dengan seketika serentak memasang wajah serius seolah tak pernah terjadi apa-apa, mereka semua kembali terpaku pada pekerjaan mereka masing-masing.
Edgar kembali duduk di sebelah Komang, sedangkan Komang masih terlihat gemetar karena marah dan frustasi, terenyak di kursinya dan menolak menatap Edgar lagi.
Komang tahu, Edgar akan menggunakan kelemahannya untuk melawan tanpa belas kasihan, tapi Komang lebih tangguh dari pada itu, sangat jauh lebih tangguh.
Rombongan dari Edgar Enterprise sudah sampai di pelabuhan Padang Bai Nusa dua, Komang sengaja berjalan lambat agar dia bisa terhindar dari Edgar, jujur saja ia masih belum bisa memaafkan tingkah Edgar tadi.
Namun, tiba-tiba tangan Komang diseret oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Edgar yang menyeretnya, walau dengan wajah cemberut Komang akhirnya mengikuti langkah Edgar tanpa perlawanan.
"Disini terlalu banyak wartawan, ku harap kau bisa lebih profesional." bisik Edgar ditelinga Komang.
Edgar kemudian menggandeng tangan Komang dengan mesra, merangkul pinggang Komang seakan mereka adalah pasangan yang paling romantis, dan Komang hanya bisa mengikuti permainan Edgar.
Saat mereka sudah berada di sebuah Marina(tempat bersandar kapal pesiar) Komang dibuat takjub, Marina itu khusus dibuat untuk Edgar Enterprise, dan fasilitasnya sangat mewah dan lengkap, terdapat restoran, biliard center serta mall yang dibuka secara umum.
Di Marina itu sudah bersandar Yacht pribadi milik Edgar yang super mewah dan besar bertingkat-tingkat Komang tak percaya bahwa sebentar lagi dia akan menaiki kapal Yacht itu dan menginap di sana selama sebulan.
Bibir Edgar menyeringai dan memberi tahu Komang panjang Yacht nya dan kecepatan maksimumnya. Semangat dan kebanggaan akan apa yang Edgar miliki sangat jelas dan Komang dengan sopan mendengarkan kisah ketika Yacht itu dibangun, siapa yang dipilih Edgar untuk merancangnya dan alasannya serta spesifikasi yang ditawarkan.
Meskipun Komang saat ini masih marah pada Edgar, namun ia mencoba mendengarkan pria itu berbicara dan sesekali Komang menjawab "Ya" agar percakapan mereka terlihat intens, walau sejujurnya Komang takjub pada Yacht itu tapi tidak pada pemiliknya, Edgar bagaikan manusia goa yang tak tahu bagaimana cara memperlakukan wanita.
Edgar dengan entengnya mengabaikan kemarahan sunyi dari pendampingnya. Jadi Komang marah tapi Edgar sudah menduga itu. Komang wanita mandiri yang berapi-api dan terlalu terbiasa memutuskan segala sesuatunya seorang diri.
Edgar tidak akan mundur seperti anak kecil dan akan lebih baik jika Komang tahu itu sejak awal. Edgar sudah cukup lama berhati-hati, itu bukanlah gayanya terhadap seorang wanita dan kini sudah waktunya ia menjadi dirinya sendiri.
"Apa kau masih marah denganku?" tanya Edgar sambil merangkul tubuh Komang yang ramping dari belakang.
"Edgar, kumohon berhentilah bersandiwara." Komang mencoba melepaskan pelukan Edgar, jujur saja kejadian saat di pesawat tadi membuat Komang begitu trauma.
"Aku tidak bersandiwara, kau istriku."
"Tapi aku bukan wanitamu." ujar Komang berkata penuh penekanan, mata hitamnya berkilau angkuh dan penuh kebencian.
"Kalau begitu apa?" balas Edgar datar, salah satu alisnya terangkat sedikit seolah dia menunggu Komang menjelaskan peran sebenarnya dalam hidup Edgar.
"Penyambut tamu.... Ehm, pendampingmu," Komang mempertimbangkan dengan kaku.
Senyum geli penuh karismatik melintas di bibir Edgar. Matanya yang menakjubkan berkilat-kilat seperti berlian hitam dibawah sinar matahari.
Daya tarik yang nyata dari pria itu membuat mulut Komang kering dan darah nya mengalir panas dengan cara yang mulai familiar. Dengan sangat kesulitan Komang mengalihkan tatapan dari Edgar, berjuang mengendalikan debar jantungnya dan gairah yang begitu mudah dibangkitkan pria itu.
"Aku bukan wanitamu." kata Komang lagi dengan keras kepala. Ia tak ingin terpengaruh oleh tatapan Edgar yang mematikan. Ya, mematikan semua akal sehatnya.
"Tapi jangan pernah meragukan bahwa itu adalah tujuan utamaku." jawab Edgar begitu licin. "Kita buktikan saja nanti." ucap Edgar lagi membuat Komang begitu cemas dengan ungkapan Edgar.
Bersambung.....