Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 MENGUPIL OBROLAN
sekitar pukul 09.00 malam mbah salam barulah keluar dari rumah Yuli. dari pukul 08.00 pagi hingga 09.00 malam Mbah Salam berada di rumah tersebut. Yuli hanya sedikit uang, namun pemberian Yuli ditolaknya dikarenakan Mbah Salam tidak mengharapkan materi. dia sengaja memberikannya lagi kepada Yuli sebagai bekal untuk dirinya.
Zainal dilarang untuk banyak bergerak dikarenakan baru saja dipijatnya, sedangkan bapak Aep dianjurkan untuk segera berlatih berjalan dengan rajin dikarenakan bapak Aep sudah mulai sembuh, jadi untuk bapak Aep perlu olahraga dengan teratur supaya peredaran darahnya lancar.
seminggu kemudian pengobatan pun dilanjutkan. kini Zainal sudah mulai bisa berdiri kembali,walaupun dengan bantuan tongkat. Mbak salam datang dengan membawa oleh-oleh berupa kue dan makanan ringan. ketika Mbah Salam ditanya oleh jafra sang asistennya,
"Mbah kok belanjaannya banyak banget ini untuk siapa sih?"
"ya untuk oleh-oleh aja pra, kamu juga nanti di sana bisa makan kok. Mbah cuman kasihan pra sama keluarga itu sudah miskin mana sakit nggak ada yang kerja lagi jadi kasihan kan. nah di saat kita lagi ada mendingan kita kasih orang tersebut ya itung-itung ibadah pra"
"iya sih Mbah bener cuman nggak biasanya gitu agak aneh aja"
"ya sudahlah pra jangan dipermasalahkan cuman kayak ini aja kok, ayo ini kita bawa semuanya"
"siap Mbah yang penting biasa ya aku nunggu di warung tapi harus dikasih jatah dong".
"ah lu bra jangan kayak gitu dong, gua saja enggak dikasih dari sananya kasihan, eh malah lu minta jatah ama gue, ya udah ntar juga gue kasih deh jatah buat lu".
"Oke mbah siap kayak gini nih senang nih gue Mbah"
jafra dan Mbah Salim pun berangkat dengan menggunakan motor matic koleksi Mbah Salam.
setibanya di rumah Yuli, bapak Aep telah menantinya dari satu jam yang lalu. sebetulnya bapak merasa senang dengan adanya bantuan dari Mbah Salam, namun dia juga merasa sedikit agak risih dikarenakan kini Yuli sangat akrab sekali dengan Mbah Salam. Pak Aep mempunyai kecurigaan bahwa kebaikan yang dilakukan oleh Mbah Salam ada maunya, atau ada ujung-ujungnya.
Mbah Salam mengucapkan kalimah salamnya,
"assalamualaikum".
"waalaikumsalam"
Mereka pun kemudian bersalaman atau berjabat tangan.
Pak Aep bertanya,
,"Mbah bagaimana kabarnya?"
"baik-baik, Pak Aep gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah sekarang sudah bisa jalan walaupun belum terlalu jauh".
"oh tenang aja, itu kan butuh proses nanti juga bisa lari kok pak"
"iya semoga saja seperti itu Mbah, kalau saya sudah bisa lari mungkin saya sudah bisa bekerja lagi dong".
"ya mudah-mudahan aja seperti itu Pak Aep, semoga Tuhan mengabulkannya dan menghasilkan apa yang kita inginkan amin".
"amin, Mbah silakan masuk!"
"iya terima kasih Pak Aep"
masalah memasuki ruangan rumah Yuli, lalu dia duduk di atas lantai yang telah dilapisi oleh permadani. setelah beberapa menit kemudian Yuli pun datang menghampiri Mbah Salam, lalu ia berjabat tangan dengannya dengan mencium tangan Mbah Salam. Yulis sengaja berdandan terlebih dahulu untuk menyambut kedatangan Mbah Salam. Dia memakai celana jeans berwarna biru dan kaos putih tangan panjang. tonjolan dadanya terlihat sekali ke depan, seolah-olah memberi tantangan kepada Mbah Salam. rambutnya yang hitam mengkilap dan panjang sepinggang terurai, diiringi oleh wangi sampo dan parfum bercampur menjadi satu, sehingga memberi kesegaran bagi orang yang menciumnya. Yuli pun melemparkan sebuah senyuman manis ke arah Mbah Salam yang membuat Mbah Salam langsung jatuh hati dan merasa sangat senang sekali.
dengan suara serak-serak basah Yuli kemudian berkata,
"Mbah mau ngopi apa?, kopi biasa apa kopi yang spesial bikinan Yuli? hehehe"
"Mbah pengen ngopi yang khusus buat Mbah yang spesial bikinan Neng Yuli, tapi bukan cuman kopi saja tapi harus ditambah plus-plusnya".
"apaan itu Mbah plus-plusnya hahaha"
"tambah susu dong sedikit, apalagi ditambah goyangannya lebih mantap dong"
"siap Mbah sebentar tunggu nanti Yuli siapin dulu khusus untuk Mbah hehehe".
Yuli pun langsung pergi ke dapur, dia bermaksud untuk menyiapkan kopi buat Mbah Salam.
sementara itu Zaenal masih berbaring di tempat tidur, dia belum berani berbuat apa-apa, dan juga belum berani banyak gerak. karena ia khawatir tulangnya akan berubah lagi.
tidak lama kemudian jafra datang menghampiri Mbah Salam, lalu ia menyerahkan snack dan oleh-oleh yang tertinggal di motor. mungkin Mbah Salam lupa dengan bawaannya.
setelah Yuli datang dengan membawa nampan yang berisi kopi dan makanan kecil, Ia pun menyuguhkannya di hadapan Mbah Salam sambil melemparkan sebuah senyuman manis. lalu Yuli berkata,
"Mbah silakan dinikmati seadanya, maklum di sini nggak ada apa-apa hanya ini yang Yuli punya"
"terima kasih cantik, ayah merasa senang sekali dengan kebaikan yang neng"
"iya ayah silakan diminum kopinya".
"Mama Neng ke mana kok ayah nggak lihat dari tadi?"
"ada ayah mama lagi ke warung beli rokok buat ayah".
,"eh jangan kenapa beli rokok buat ayah, ini ayah juga bawa rokok banyak buat ayah buat bapak Aep dan juga buat Zainal, ayah sengaja nih beli rokok 3 selop tolong dibagi-bagi aja ya"
"banyak banget ini ayah, memangnya ayah mau jualan di sini".
"hus ya nggaklah Neng, ini buat bekal ayah dan Zainal serta Pak Aep, semoga satu selop ini cukup untuk buka satu minggu ke depan"
"ayah berarti lagi banyak uang ya?, sebab ini bawa belanjaan banyak banget lagi"
,"semalam Neng ada rezekinya ini, ayah ada yang ngasih uang 100 juta dari hasil bisnis tanah"
,"oh syukur deh ayah, berarti jatah buat Neng juga ada kali hihihi"
"tenang aja, buat Neng ada khusus buat jajan dan beli make up. ini sengaja ayah telah siapkan khusus buat neng"
"wah yang bener ayah neng jadi takut deh"
"takut apa malu sih Neng?"
"mungkin kedua-duanya ya"
"jangan takut jangan malu ini emang sudah niat ayah mau ngasih sama Neng tolong diterima ya, Neng mau cash atau mau ditransfer"
"gimana ya bingung ayah".
,"sudah jangan bingung-bingung, kalau misalnya nggak mau cash berarti ayah transfer saja".
"waduh ayah maaf Yuli nggak bisa menerimanya sebab Yuli tidak punya rekening di bank".
"oh gitu berarti cash saja, nanti asisten Abah yang akan mengantarkannya ke sini".
"jangan mbah ya udah jadi takut"
"sudahlah jangan banyak omong pokoknya terima aja oke, jangan ada alasan lagi. kalau banyak alasan nanti ayah marah dan nggak bakalan datang lagi ke sini"
"iya deh ayah kalau memang kayak seperti itu".
tiba-tiba Ibu Aminah datang dia mengucapkan salam dan langsung menyewa tangan Mbah Salam. obrolan Mereka pun berhenti, karena Mbah Salam tidak mau kalau keinginan nya langsung tercium oleh ibunya Yuli atau Ibu Aminah.
tidak lama kemudian Ibu Aminah masuk ke dalam kamar Dia memanggil Zainal yang masih berbaring di atas tempat tidurnya.
"Zainal bangun nak itu Mbah Salam sudah ada di depan".
sebetulnya dari tadi Zaenal tidak tidur, dia hanya berpura-pura tidur saja untuk mengupil pembicaraan Yuli dan Mbah Salam. di hadapan ibunya Zaenal pun bersikap seperti sedang tidur, lalu Zaenal menggerakkan tangannya dan membuka matanya.
"ada apa Bu zaenal lagi enak tidur nih kok langsung dibangunin?"
"bangun dulu nak, sekarang kan jadwal dipijit kamu sudah lupa ya?"
"oh iya betul Bu maaf Zainal tadi lupa"
Zainal bangkit dari tidurnya kemudian dia pun duduk dan berkata,
"Bu tongkat di mana Bu?, Saya ingin berjalan memakai tongkat nggak mau merepotkan Ibu melulu"
"oh iya tunggu sebentar".
Ibu Aminah pergi ke dapur, kebetulan tongkatnya disimpan di balik pintu di dalam dapur. Zainal berdiri dengan ditopang oleh dua buah tongkat, lalu ia pun menghampiri Mbah Salam. setelah berjabat tangan kemudian Zainal duduk di samping Mbah Salam.