Nara harus sedia menjadi pemuas hasrat Kakak tirinya, mewujudkan semua keinginan jahat serta menyiksa dari Noah. Kehidupan Nara yang sempit serta tidak berdaya sangat Noah andalkan untuk membuat Nara menjadi miliknya.
"Hentikan, Kak.. hentikan semua ini!" teriak Nara disaat tubuh Noah terus berpacu menikmati setiap adegan panas yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Noah memesan satu kamar untuk menginap satu malam bersama dengan Nara, kebetulan diluar hujan deras tidak memungkinkan kembali menuju Villa. Disaat resepsionis memberikan kunci, Noah seperti melihat Rusli yang masuk bersama dengan wanita cantik.
"Ah Noah, untuk apa kau disini?" Rusli menyapa keponakannya, ia melihat kearah Nara yang duduk termenung dibangku tunggu. Langsung pria tua itu tertawa sinis, seperti meremehkan Noah tentunya.
"Tidak semua pertanyaan bisa dijawab, Paman." Balas Noah, ia melangkah pergi begitu saja meninggalkan Rusli yang menatapnya tidak suka.
Menurut Rusli Noah sangat angkuh, tidak sopan dan tidak memiliki sifat ramah. Rusli jadi teringat dengan hubungan panas antara Noah dan Nara yang ia intip kemarin malam. Rusli jadi membayangkan andai bisa melakukan hubungan panas bersama Nara, pasti akan sangat menyenangkan.
"Ahh.. Noah beruntung sekali bisa merasakan bidadari itu. Aku harus cari cara agar bisa merasakan tubuh Nara juga, pasti rasanya lebih nikmat dari wanita lain." Gumam Rusli didalam hati, ia tersenyum sinis meliht Noah yang berlalu masuk kedalam kamar bersama dengan Nara.
Bahkan Noah terang-terangan memperlihatkan aibnya, sungguh sangat berani dimata Rusli. "Noah, kau memang berbeda. Tidak seperti Ayahmu yang bodoh, mau saja membesarkan anak pelacur." Rusli tersenyum sinis, ia juga ingin menghabiskan waktu yang melelahkan ini bersama dengan Wanita cantik yang telah ia sewa mahal-mahal.
Sengaja Rusli menyewa wanita untuk memuaskan dirinya karena sudah sangat ingin melampiaskan nafsunya. Karena melihat adegan Noah serta Nara kemarin, membuat nafsu Rusli menjadi memuncak. Bahkan kali ini pergerakannya sangat terburu-buru, mendorong wanita tersebut hingga terlentang.
Dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun maka Rusli langsung menurunkan celana wanita tersebut. Membuka pakaiannya sendiri lalu mulai memasukkan senjatanya, bergerak secara kasar tidak teratur. Sepanjang menggempur wanita bayaran tersebut, Rusli terus membayangkan jika wanita itu Nara.
"Ahhh.. aku akan membuatmu hamil, Nara.. Ahhh kau nikmat sekali.." Erangan Rusli semakin mengerikan karena pada akhirnya mendapatkan pelepasan juga.
Sementara itu disisi lain Nara duduk di pinggir ranjang, ia menangis menahan rasa sakit disaat Noah sedang mengobati lukanya. Nara terus meringis kesakitan, ia tidak menyangka karna rasa kesal dihati tentang apa yang dikatakan Erlin bisa membuat dirinya merasakan luka seperti ini.
"Kalau terluka saja masih menangis maka jangan sesekali kau melukai hal seperti ini lagi, mengerti?!" Noah terus memarahi Nara yang menangis sesenggukan sedari tadi merasakan sakit yang luar biasa.
Selesai memberikan obat Noah terduduk di depan Nara yang masih menangis sesenggukan. Ntah kenapa Nara menjadi kasihan melihat Nara menangis seperti itu, hatinya sedikit merasakan sakit sebenarnya.
"Jangan menangis lagi, Nara! Berisik!" Bentak Noah, ia benar-benar marah.
Susah payah Nara menahan air matanya, menutup mulutnya dengan kedua tangan agar tidak terdengar suara isakan tangisnya. Malah semakin membuat suasana hati Noah menjadi kacau, ia bangkit hingga kini berhadapan dengan Nara sembari berkacak pinggang.
"Aku bilang jangan menangis lagi, Nara!" Bentak Noah lagi, kali ini lebih tegas dari pada tadi.
Nara semakin menangis kencang, tidak tahu mengapa sebenarnya Nara menjadi seperti ini. Noah menghela napas panjang saja, ia duduk di samping Nara memeluk sangat erat. Nara semakin menangis dalam pelukan Noah, ia tidak mampu menahan rasa sedihnya lagi.
"Aku hanya anak angkat dan tidak memiliki orang tua lagi, mengapa aku mendapatkan kehidupan yang sangat menderita, Kak?" Nara terus mengoceh kepada Noah yang hanya diam menenangkan dirinya.
"Kehidupan mu sudah diatur seperti itu, Nara. Kau ditakdirkan untuk bersamaku, menerima segala hal yang aku lakukan padamu." Noah memegang wajah Nara sekarang, dengan ibu jarinya mengusap air mata Nara yang terus mengalir.
"Kau tidak bisa terus mengeluh, inilah kehidupan penuh penderitaan menurutmu tapi hal itulah yang menurutku sangat baik untukmu." Lanjutnya.
Kedua mata Nara langsung terpejam hingga air mata yang di pelupuk matanya tadi jatuh membasahi pipinya lagi. "Kalau kau menurut dan tidak banyak memberontak, aku akan memperlakukan dirimu dengan sangat baik." Ucap Noah, dan hal itu berhasil membuat Nara menatap ke arah sang Kakak sepenuhnya.
"Melayani aku, menikmati sentuhanku.. Sesederhana itu yang aku minta padamu bukan?" Noah kembali membawa Nara untuk bersandar padanya, tanpa diketahui oleh Noah jika yang sebenarnya Nara semakin menangis dengan apa yang ia katakan sebenarnya.
"Inilah kehidupanmu, Nara. Belajar untuk menerima dan terbiasa, soal orang-orang yang menganggumu.. aku akan tidak membiarkan mereka begitu saja." Noah memeluk Nara sangat erat, kali ini Nara sedikit merasakan kasih sayang yang sedikit besar dari pelukan tersebut.
Pada akhirnya Nara sadar jika dirinya tidak akan pernah pergi dari penjara yang telah sang Kakak ciptakan. Nara akan tetap kembali pada jerat sang Kakak, kemanapun ia pergi maka Noah akan langsung menemukan dirinya.
"Belajar menerima, itulah yang harus aku lakukan saat ini begitu?" Nara bertanya-tanya sendiri, ia tertidur mungkin karena mungkin lemah seharian terus menangis dan berlari tadi.
Merasakan herpaan napas teratur di dadanya, Noah perlahan menuntun tubuh Nara untuk terbaring ditempat tidur. Membelai wajah cantik Nara yang sudah membuatnya menjadi sangat obsesi serta tidak terkendali seperti ini.
"Memang dunia yang aku ciptakan untukmu sangat mengacaukan, Nara. Tapi, hanya itu yang benar menurutku." Noah menarik selimut untuk menutupi tubuh Nara sepenuhnya.
Suara ponselnya berdering memecahkan Noah yang berperang dengan lamunannya. Tertera di layar ponsel jika Jack yang menghubungi, pasti menanyakan soal Nara.
"Iya, Ayah?"
"Kau sudah menemukan Nara, Noah?"
Noah terdiam sebentar mendengar pertanyaan Jack disebrang telepon, ia terus menatap Nara yang tertidur pulas dengan perasaan tenang. Bahkan tangan Noah masih digenggaman Nara, seakan tidak mau terlepas sedikitpun.
"Nara sudah bersamaku, Ayah. Kalian tidak perlu khawatir, besok aku akan membawa Nara kembali ke Villa."
"Mengapa tidak malam ini juga kau bawa Nara ke Villa, Noah? Apakah selama ini kau melakukan hal yang tidak benar pada Nara?"
"Nara butuh waktu untuk menenangkan diri, Ayah. Kalau kau tidak percaya padaku, tanyakan sendiri pada Nara besok!" Noah kesal, ia menunggu jawaban dari sang Ayah.
Terdengar Jack menghela napas panjang setelah lama terdiam. "Baiklah, Ayah dan Mama menunggu kalian besok. Jika kau ingin menjadi pewarisku sepenuhnya.. Maka tetap perlakukan Nara dengan baik, Noah!"
tp saya bingung Nara itu saudara tiri atau adopsi??