NovelToon NovelToon
Merayakan Kehilangan

Merayakan Kehilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Raft

Ini tentang gadis ambigu yang berhasil merayakan kehilangannya dengan sendu. Ditemani pilu yang tak pernah usai menyapanya dalam satu waktu.

Jadi, biarkan ia merayakannya cukup lama dan menikmatinya. Walau kebanyakan yang ia terima adalah duka, bukan bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raft, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak sempurna - 10

..."Semua manusia tidak sepenuhnya sehat, mereka pasti punya cacat" -R...

Semenjak tau lukanya apa, Rey tak pernah memiliki alasan agar bisa tersenyum lepas. Bayangan itu selalu menghantuinya. Membuat ia selalu berpikir ulang untuk berteman dengan banyak orang, apalagi sampai memiliki hubungan spesial.

Umurnya pasti tidak akan panjang. Ia tak ingin membuat orang terdekatnya merasa kehilangan nantinya.

Tapi bersama keluarganya, Rey merasa dunianya kembali berputar dengan benar. Ia tak pernah berpura-pura di depan Ibu dan Ayahnya, maupun Renata sebagai adiknya.

Dengan mereka, Rey selalu bisa melupakan lukanya.

Dan entah kenapa, bersama Rai juga ia bisa merasa nyaman. Rai seperti memiliki magnet bahagia yang selalu membuatnya membuka mata. Seperti sekarang contohnya.

"Inilah surga duniaku!" Ucap Rai ketika mereka singgah ke perpustakaan sebentar sebelum pulang.

Bahkan mereka sudah membawa tasnya untuk langsung pulang setelahnya.

"Eh tapi kamu serius 'kan di perpus ini banyak novelnya?"

"Ada. Gue pernah lihat."

Rai mengangguk dan mulai mencari rak bertuliskan fiksi di perpustakaan ini.

Perpustakaan Sekolahnya ternyata besar juga. Bangga ia sekolah disini jadinya.

"Kamu mau pinjem buku juga, Rey?" Rai bertanya tanpa melihat Rey, yang sedang melihat-lihat buku disekelilingnya.

"Kalau ada yang menarik mau."

Rai tiba-tiba memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Rey, yang kini menatapnya dengan alis terangkat sebelah.

"Mau pinjem aku, gak? Aku 'kan menarik!"

Rai menaik turunkan alisnya. Sedangkan Rey tiba-tiba merona dibuatnya, mukanya saja sampai memerah.

"Gak, lah. Gila lo!"

Rai tertawa cukup kencang ketika melihat wajah Rey memerah karena pertanyaannya. "Aku bercanda. Maafkan."

Rey berdecak pelan ketika Rai menertawakannya. Dikira lucu apa?

Dan mereka kembali berjalan untuk mencari buku yang akan Rai pinjam. Mulut Rai sesekali bersenandung kecil untuk mengisi kekosongan, dan Rey hanya menikmatinya dalam diam.

"Rey, kalau hari ini ternyata hari terakhir kamu hidup di dunia. Apa yang pengen kamu lakuin? Atau, siapa orang terakhir yang pengen kamu temuin?"

Rai tiba-tiba menanyakan hal yang tidak pernah Rey suka. Bukan tidak suka, tapi Rey memang takut akan menghilang. "Gak usah bahas itu."

"Tapi dengan membahas itu, kita bisa melakukan apa yang memang kita inginkan, sebelum kita bener-bener hilang."

"Laga lo kayak mau mati besok aja."

Rai menatap Rey sebentar, dan memberikan senyum yang mampu membuat hati Rey menghangat ketika melihatnya.

"Umur gak ada yang tau, Rey. Lagi pun ada kalimat bijak mengatakan." Rai berdehem sebelum mengatakan kalimatnya. "Nikmatilah hidup seakan-akan Engkau akan hidup selamanya. Dan ibadah lah dengan benar, seakan-akan engkau akan mati esok. Gitu."

Rai sedikit menyipitkan matanya dan berpikir bagaimana cara Rey bersikap setiap harinya. "Kamu ini menikmati hidup gak, sih? Kok keliatannya enggak, ya?"

"Emang."

Setelah itu, Rey kembali melangkah ke depan. Meninggalkan Rai dengan rasa penasarannya yang mencuat ke permukaan.

Dan Rai mulai menggerakkan kakinya untuk mensejajarkan langkah dengan lelaki jangkung itu. "Kenapa? Bukannya hidup kamu itu enak, ya? Serba ada. Keluarga lengkap semua, tubuh kamu juga sehat keliatannya."

Embusan napas terdengar dari mulut Rey. Ia merasa berisik dengan suara Rai yang kini selalu mengisi kepalanya. Dan entah kenapa, Rey malah suka dengan suara berisik itu.

"Karena gue benci hidup. Ada cacat yang gue punya, dan itu yang buat gue gak bisa menikmatinya." Suara Rey melirih. Hatinya sakit ketika mengatakannya.

"Semua manusia emang punya cacat, Rey. Gak ada yang sepenuhnya sehat. Tapi walaupun kita punya cacat, bukan berarti kita gak bisa menikmati hidup yang udah Tuhan siapin dengan cermat. Hidup itu harus dinikmati dengan percaya diri, juga hati yang berani. Bukan karena kesempurnaan yang tak akan pernah tergapai oleh diri."

Rai berhenti melangkah, dan menatap Rey dengan senyum tulus miliknya. "Sebesar apapun cacat yang kamu punya, kamu harus tetap menikmati hidup sebagaimana mestinya."

Kalimat panjang Rai ternyata mampu membuat hati Rey bergemuruh. Menjalar ke seluruh tubuh dan meruntuhkan pemikirannya selama ini.

Dan tanpa sadar, bibir Rey juga ikut terangkat membentuk senyuman cukup lebar.

"Nah gitu, dong! Kamu tuh harus senyum! Jadi makin ganteng, 'kan!"

"Lo berisik banget! Udah ayok, cepet!"

Mereka kembali berjalan beriringan, mencipta gerakan konstan dari kaki yang melangkah pelan. Menikmati setiap detik di tempat yang Rai idamkan.

Dan di tempat ini pula, Rey bisa membuka pikirannya tentang dunia.

***

Mobil hitam itu berhenti tepat di antara rumah mereka. Menghentikan cerita yang digaungkan Rai untuk mengisi kekosongan yang tercipta. "Makasih banyak ya Rey, Ren!" Ucap Rai ketika akan keluar.

"Besok...kita berangkat bareng lagi."

Rai mengangguk sembari tersenyum simpul untuk menjawabnya.

Dan ketika tubuh Rai keluar, Renata langsung menatap Kakaknya cukup dalam. "Kakak pacaran sama Kak Rai?"

Rey menggeleng. Tapi Renata tetap menatapnya dalam. Seolah sedang mencari jawaban lebih jelas dari mata sendu Rey yang juga menatapnya.

"Oh, Ren tau! Kakak suka 'kan sama Kak Rai?" Tanyanya penuh selidik, dengan telunjuknya yang terangkat tepat di depan wajah Rey.

Kali ini, Rey tidak langsung memberikan respon seperti pertanyaan sebelumnya. Ia masih berpikir tentang perasaannya kepada Rai sekarang.

Karena ketika ia berjalan dengan Rai, hati Rey selalu merasa tenang.

Rai itu ibarat pelindung tak kasat mata yang menaungi seluruh tubuhnya. Mencipta rasa nyaman juga melepas tekanan yang selalu menghantui pikirannya. Itulah yang Rey rasa ketika ada di dekat Rai.

Padahal ketika awal bertemu, ia menganggap jika Rai adalah orang yang paling banyak lukanya, karena tangis yang selalu ia dengar dari mulut kecil itu.

Tapi ketika cukup dekat, ternyata Rai orang yang selalu membawa energi positif padanya.

"Iya, Kakak suka sama Kak Rai." Final Renata karena Kakaknya itu tak kunjung menjawab juga.

Rey menghela napas panjang. "Kakak gak tau kenapa bisa ngerasain ini. Seharusnya rasa ini gak boleh ada. Kakak takut malah nyakitin dia, kalau seandainya umur Kakak-"

"Kak, Stop it! Ren gak suka Kakak bilang gitu. Nikmati aja semuanya dan anggap penyakit Kakak itu gak ada. Kakak juga harus semangat buat sembuh lagi! Ren yakin Kakak pasti bisa sembuh." Potong Renata dengan nada tak suka.

Rey sebenarnya sudah menyerah dengan penyakitnya. Ia sudah pasrah kepada Sang Pemilik raga, jika memang ia harus pulang ke pangkuannya.

Rey memiliki rasa jika umurnya tak akan panjang. Karena perasaan itulah, Rey selalu takut untuk berinteraksi dengan banyak orang. Ia takut menciptakan kenangan indah, tapi akhirnya ia juga meninggalkannya. Itu pasti menyakitinya.

Rey hanya ingin ketika ia pulang nanti, tak ada orang yang menangisi kepergiannya. Apalagi sampai merasa kehilangan atas dirinya.

"Pastiin dulu perasaan Kakak sama Kak Rai. Ren bakal selalu dukung keputusan Kakak selagi itu benar." Ucap Renata sebelum akhirnya turun untuk masuk ke dalam rumah.

Apa ia pantas untuk hidup sebagaimana mestinya? Apa ia pantas menjadi orang yang istimewa bagi seseorang?

Tak ingin membuat dirinya merasa rendah, Rey langsung turun untuk menyusul Renata ke dalam rumah.

***

^^^23-Mei-2025^^^

1
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Sky blue
Bikin kesemsem berat sama tokoh utamanya.
Febrianto Ajun
karyamu keren banget thor, aku merasa jadi bagian dari ceritanya. Lanjutkan ya!
Tít láo
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!