NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Brankas Berdarah

​Rencana "Kudeta Cantik" dimulai pada jam tiga pagi. Aruna berdiri di depan cermin, mengenakan pakaian serba hitam yang ia pinjam dari salah satu pengawal Damian. Namun, karena ukurannya terlalu besar, ia justru terlihat seperti kantong sampah berjalan yang bisa bicara.

​"Mas Damian, jujur saja, apa aku tidak terlihat mencurigakan?" tanya Aruna sambil mencoba melipat lengan baju yang kepanjangan. "Kalau aku lewat di depan satpam, mereka akan mengira aku adalah karung beras yang kabur dari gudang."

​Damian menghampiri Aruna, merapikan kerah bajunya, dan memasangkan sebuah alat komunikasi kecil di telinga gadis itu.

"Jangan khawatir. Kamu tidak akan lewat pintu depan. Kamu akan lewat saluran pembuangan udara di dapur. Ingat, tugasmu hanya satu ambil map biru dengan segel emas di brankas tersembunyi Lukas. Biar aku yang mengalihkan perhatian di ruang utama."

​"Mas, kalau aku terjepit di pipa udara bagaimana? Mas jangan lupa panggil pemadam kebakaran ya," bisik Aruna, mencoba meredakan rasa takutnya dengan humor receh.

​Damian mengecup puncak kepala Aruna. "Aku tidak akan membiarkanmu terjepit. Pergilah. Tiara sudah menunggumu di mobil van."

​Mansion Lukas dijaga lebih ketat dari biasanya. Namun, Lukas tidak menyangka bahwa menantunya yang "ceroboh" itu memiliki kelenturan tubuh seorang atlet senam (akibat hobi Aruna melakukan peregangan demi mengambil camilan di rak paling atas).

​Aruna merangkak di dalam saluran udara dengan senter kecil di mulutnya. "Bau debu ini lebih parah dari bau kaos kaki Mas Damian setelah gym," gerutunya dalam hati.

​Setelah merayap selama sepuluh menit yang terasa seperti sepuluh tahun, Aruna sampai di lubang udara ruang kerja Lukas. Di bawah sana, ia melihat Lukas sedang berbicara di telepon, terdengar sangat marah.

​"Besok pagi, aku ingin gedung Maheswari rata dengan tanah! Jangan ada yang tersisa!" teriak Lukas.

​Aruna mengepalkan tangannya. Tunggu saja, Pak Tua, batinnya.

​Begitu Lukas keluar dari ruangan, Aruna segera membuka jeruji saluran udara dan melompat turun. Bruk! Ia mendarat dengan sedikit tidak estetis, hampir saja menabrak meja jati mahal milik Lukas.

​"Oke, Aruna. Fokus. Cari lukisan aneh yang tadi dibilang Damian," gumamnya.

​Ia menghampiri lukisan seorang pria tua berwajah galak di dinding. Damian bilang kodenya adalah tanggal pernikahan ibunya tanggal yang Lukas hapus dari kalender sejarahnya. Aruna menekan angka 12-05-95.

​Klik.

​Lukisan itu bergeser, memperlihatkan brankas baja yang kokoh. Aruna mengeluarkan sebuah alat kecil pemberian Damian yang bisa memindai sidik jari palsu. Saat pintu brankas terbuka, matanya langsung tertuju pada map biru dengan segel emas kakek Gavriel.

​"Dapat!" seru Aruna tertahan.

​Namun, saat Aruna hendak kembali menuju saluran udara, lampu ruangan mendadak menyala terang. Pintu ruang kerja terbuka, dan di sana berdiri Clara dengan senyum iblisnya, ditemani dua orang penjaga bersenjata.

​"Wah, wah... tikus kecil kita ternyata punya keberanian juga," cibir Clara sambil menodongkan pistol ke arah Aruna. "Kamu pikir Damian tidak diawasi? Kami sudah tahu kamu akan ke sini sejak kamu menginjakkan kaki di halaman."

​Aruna membeku, namun tangannya tetap memegang erat map biru itu ke dadanya. "Mbak Hijau lagi... Masalah Mbak ini apa sih? Apa Mbak tidak punya hobi lain selain mengganggu rumah tangga orang? Pergi kursus merajut atau main puzzle sana!"

​"Diam!" Clara melangkah maju, hendak merampas map itu. "Berikan map itu, atau aku pastikan wajah ceriamu ini tidak akan bisa dikenali lagi!"

​"Mas Damian!" Aruna berteriak melalui alat komunikasinya. "Aku tertangkap! Mbak Hijau ada di sini dengan mainan berbahaya!"

​Melalui alat komunikasi, terdengar suara Damian yang dingin namun penuh kendali. "Jangan lepaskan map itu, Aruna. Lihat ke arah jendela sekarang."

​BRAAAKKK!

​Kaca jendela ruang kerja Lukas hancur berkeping-keping. Sebuah tali peluncur melesat masuk, dan dalam hitungan detik, Damian sudah berada di dalam ruangan, menendang pistol dari tangan Clara dan melumpuhkan dua penjaga dengan gerakan yang sangat cepat dan brutal.

​Damian menarik Aruna ke belakang punggungnya. "Sudah kubilang, jangan menyentuh miliku," desis Damian pada Clara.

​"Damian! Kamu mengkhianati ayahmu sendiri?!" teriak Clara ketakutan.

​"Ayahku mengkhianati kemanusiaan sejak lama," balas Damian. Ia menoleh pada Aruna. "Kamu dapat mapnya?"

​"Dapat, Mas! Tapi pakaian hitamku jadi kotor semua!" Aruna masih sempat mengeluh.

​"Ayo pergi. Rapat pemegang saham dimulai dalam satu jam. Kita punya kejutan besar untuk dunia bisnis pagi ini," Damian menarik tangan Aruna, membawa gadis itu melompat keluar jendela menuju helikopter yang sudah menunggu di halaman belakang.

​Aruna melihat ke bawah, melihat mansion Lukas yang mulai ricuh. Ia memeluk map biru itu erat-erat. "Mas Damian, setelah ini kita makan bakso ya? Aku butuh asupan daging untuk menenangkan jantungku yang rasanya mau pindah ke ginjal."

​Damian tertawa pelan, suara tawa yang paling lega yang pernah didengar Aruna. "Apapun untukmu, Aruna. Apapun."

​Helikopter itu membelah langit fajar dengan suara baling-baling yang memekakkan telinga, namun bagi Aruna, suara itu jauh lebih merdu daripada musik klasik manapun di pesta Gavriel. Ia duduk di samping Damian, masih dengan napas memburu dan sisa debu saluran udara yang menempel di hidungnya.

​"Mas Damian, kita benar-benar akan terjun dari helikopter ini ke gedung rapat pemegang saham?" tanya Aruna sambil memegang erat sabuk pengamannya. "Maksud saya, saya siap jadi pahlawan, tapi saya tidak siap jadi perkedel kalau parasutnya tidak terbuka!"

​Damian melirik istrinya, lalu tangannya terulur untuk menyeka noda hitam di pipi Aruna. "Tidak perlu terjun, Aruna. Kita akan mendarat dengan elegan di atap gedung. Lukas sudah menunggu di sana, merasa menang karena dia pikir dia telah menghancurkan dokumen ini selamanya."

​Damian membuka map biru yang diambil Aruna. Di dalamnya terdapat surat wasiat asli kakeknya yang ditandatangani oleh saksi-saksi yang selama ini disuap atau diancam oleh Lukas. Dokumen itu secara gamblang menyatakan bahwa 70% saham Gavriel Group diwariskan kepada Elena ibu Damian dan kemudian diturunkan langsung kepada Damian saat ia dewasa. Lukas hanyalah "pengelola sementara" yang telah melewati batas waktunya.

​"Mas, ini artinya Mas adalah bos yang sebenarnya? Bos dari segala bos?" mata Aruna berbinar. "Jadi, Mas bisa memecat Mbak Clara dari daftar penduduk planet ini?"

​"Secara teknis, aku bisa memecatnya dari semua lini bisnis keluarga Gavriel," Damian tersenyum miring.

​Helikopter mulai merendah di atas gedung pencakar langit pusat kota. Melalui kaca jendela, Aruna bisa melihat kerumunan wartawan dan mobil-mobil mewah yang terparkir rapi. Di dalam sana, Lukas sedang bersiap untuk mengumumkan "restrukturisasi" yang akan meratakan kantor Ayah Aruna selamanya.

​"Aruna," Damian menggenggam tangan Aruna saat helikopter mendarat. "Mulai saat ini, tidak ada lagi jerat. Kamu bebas memilih untuk pergi atau tetap di sini. Tapi jika kamu tinggal, aku berjanji duniaku tidak akan lagi berisi duri untukmu."

​Aruna menatap mata Damian, lalu ia membetulkan rompi hitam besarnya yang kedodoran. "Pergi? Mas bercanda? Saya sudah susah payah merangkak di pipa debu, hampir ditembak Mbak Hijau, dan sekarang Mas menyuruh saya pergi sebelum melihat wajah kaget Lukas? Tidak akan! Ayo, Mas, tunjukkan pada mereka siapa pemilik martabak yang sebenarnya!"

​Damian tertawa, lalu menarik Aruna keluar dari helikopter. Mereka melangkah menuju lift dengan satu tujuan Meruntuhkan takhta palsu sang monster.

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!