Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.
Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.
Apakah keduanya bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Markas Black Star
"Nona Alin, markas besar diserang namun tenang saja kali ini Tuan Maxim turun tangan dibantu Tuan Azkio. Nyonya Fricila meminta kita fokus menyelesaikan ini." ujar Fael setelah mendapatkan laporan dari seseorang.
"Aku paham, ini semua pasti berhubungan. Jika tebakan ku benar maka orang yang melakukan penyerangan di markas besar pasti suruhan suami Madam Gii. Mereka menaruh dendam dengan kita." jawab Alin menebak alur kejadian malam ini.
Fael mengangguk setuju, sejauh ini hanya mereka yang berani bergerak secara terbuka. "Sebentar lagi kita tiba ditempat tujuan. Pablo sudah menunggu kita disana dan mengatur semuanya."
......................
Helikopter yang di tempati Madam Gii dan Alex tiba di pangkalan militer yang letaknya di perbatasan kota. Kedatangan Madam Gii disambut baik oleh suaminya.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya pria itu memeluk tubuh istrinya.
"Napoleon, aku baik-baik saja. Namun Alex, pria itu terkena suntikan dari anak buah Alin. Minta seseorang merawatnya, nanti akan aku periksa jika keadaan sudah aman." jawab wanita itu dengan penuh sandiwara.
"Baiklah, ayo ikut denganku. Kau harus terbang ke Amerika , dirumah sana kau lebih aman. Aku tidak bisa membuatmu tetap disini, karena bisa menimbulkan kecurigaan. Kau tahu bukan jika baru-baru ini beberapa temanku tertangkap melakukan penyalahgunaan wewenang. Aku tidak mau itu terjadi padaku." Kata Napoleon memberikan pengertian pada istrinya.
Madam Gii mengangguk setuju. "Aku akan menuruti perintahmu."
Disisi lain, Alin juga baru saja tiba di tempat tujuan. Kali ini mereka sedang melakukan negosiasi dengan beberapa orang.
"Aku janji tidak akan membuat tempat ini hancur." ujar pria disamping Alin dengan tegas.
"Baiklah Pablo, aku percaya padamu. Kalian punya waktu 5 menit, lebih dari itu aku tidak mau terlibat apapun." jawab seorang wanita berseragam hitam putih.
Setelah sepakat, mereka bergerak menuju tempat masing-masing. Kali ini mereka harus berhasil menjalankan rencana.
Pukul 3 dini hari, Madam Gii dengan diantar oleh sang suami tiba di bandara untuk terbang menuju Amerika. Dibelakang mereka, Alex turut ikut dengan dibantu 2 orang pria. Keadaan Alex belum sadarkan diri.
"Setelah urusan ku disini selesai, aku akan menyusul mu. Kau hanya berdua dengan Alex tanpa ada yang mendampingi tapi jangan khawatir.Saat tiba disana,anak buah ku akan membantu mu." ujar Napoleon mengecup kening istrinya.
Madam Gii dengan memakai kacamata hitam serta masker langsung masuk ke dalam pesawat. Alex di dudukan bersebelahan dengannya.
"Sabar sayangku, kita akan aman sebentar lagi." ujar Madam Gii tersenyum memandang Alex yang masih belum sadar.
GREP
Sebuah tangan membekap mulut Madam Gii, hingga membuat wanita itu terkejut dan tidak sadarkan diri.
"Kau bawa Linux dan aku bawa wanita ini." ujar Pablo diangguki oleh Fael.
"Terimakasih bantuannya, Capten Ella." Pablo mengedipkan mata pada wanita yang berdiri di pintu keluar pesawat.
Capten Ella adalah orang yang tadi mereka ajak kerjasama. Untuk menangkap Madam Gii dan Alex kali ini mereka menggunakan cara lain yang lebih halus.
"Tidak usah khawatir, aku sudah meminta seseorang menggantikan posisi kedua orang ini. Jadi kau tidak akan terkena masalah. CCTV juga sudah diurus oleh teman ku, Alin."
Setelah itu mereka memasukkan Madam Gii dan Alex ke sebuah bak sampah, Ini untuk memudahkan mereka membawanya.
"Ayo masukkan mereka ke mobil." Alin yang baru saja mengurus CCTV langsung menyiapkan mobil untuk membawa mereka pergi.
Perjalanan mereka tidak lama karena kurang dari 15 menit mereka sampai di bandara lebih besar. Tujuan mereka adalah membawa Madam Gii dan Alex ke markas Black Star.
Pablo sudah menyiapkan pesawat khusus untuk perjalanan mereka, ini mengindari keramaian yang mungkin bisa mengacaukan perjalanan.
"Bagaimana kabar markas? Apakah sudah kondusif?" tanya Alin memastikan.
"Semua sudah aman, Tuan Azkio juga sudah menghubungi kesatuan tempat suami Madam Gii bertugas. Menyerahkan bukti-bukti kejahatan pria itu siapa bisa di adili." jawab Pablo dengan tenang. "Untung saja kalian bergerak cepat, membaca situasi yang ada. Jika tidak kita bisa ketinggalan selangkah dengan mereka."
Fael dan Alin mengangguk bersamaan. Tadi setelah menyusuri villa dengan teliti, keduanya mendapatkan petunjuk lewat ponsel Madam Gii yang tertinggal di kamarnya. Sepertinya karena panik, wanita itu melupakan ponsel miliknya. Dengan cepat keduanya membuka pesan masuk dan keluar yang ada. Oleh karen itu mereka bisa melacak dan mengatur ulang rencana kedua.
...----------------...
Alex mulai sadar dari tidurnya, badannya sudah tidak sakit lagi karena Madam Gii sudah menyuntikkan penawar padanya, meskipun akhirnya harus dibuat tidur kembali oleh wanita itu.
Mata Alex menatap sekeliling, seperti tidak asing dengan tempat ini. Disamping nya, ada Madam Gii yang duduk terikat dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Tidak mungkin, ini... ini markas Black Star?" ujar Alex dengan lirih.
"Apa yang tidak mungkin, Linux?"
Alex membeku saat mendengar suara wanita yang berjalan mendekatinya. Hampir 4 tahun dia tidak bertemu dengan wanita ini. Dan hari ini mereka berhadapan langsung.
Alin, wanita yang sangat di cintai sejak 8 tahun lalu. Tidak ada perubahan signifikan pada wanita itu, masih tetap cantik dengan tubuh mungilnya. Mata sipit wanita itu akan terbuka lebar saat dia sedang menahan kemarahan, seperti saat ini.
"Hampir 4 tahun kau menghilang, meninggal luka yang dalam bagi kami. Bukan kepergian mu membuat luka tapi masalah sudah kau timbulkan. Kau pengkhianat, kau pembohong, kau pengecut."
Pria itu terdiam mendengar ucapan yang keluar dari mulut Alin.
"Jika saja kau tidak mengkhianati kami, mungkin Orion dan Leta masih hidup. Mereka sudah menikah dan mungkin sudah dikaruniai anak yang menggemaskan. Tapi karena ulahmu mereka meregang nyawa akibat bom yang terpasang di mobil Tuan Maxim." Alin bercerita sambil menahan rasa sakit dihatinya, mengingat jelas kejadian 4 tahun yang lalu.
"Jika saja kau tidak berkhianat, asrama pojok masih ada. Suara tawa anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kasih sayang serta kehidupan layak masih berdiri disini. Menambah keramaian dan sebagai tempat menyenangkan bagi rekan lain yang rindu keluarga. Tapi karena ulahmu, asrama pojok habis terbakar. Beberapa anak penghuni asrama itu harus mati meregang nyawa terpanggang api." Alin sangat ingat, malam itu dia dan yang lain mati-matian menyelamatkan anak-anak yang terjebak didalam kobaran api.
"Jika saja kau tidak berkhianat, tidak ada kebocoran data organisasi ke pihak musuh. Tidak ada kerugian, tidak ada korban jiwa." lanjut Alin terus mengingatkan kesalahan pria di depannya.
"Dan jika saja kau berkata jujur dan mau bertanggungjawab, Yugo masih hidup. Kau tahu setelah dirimu kabur, Miyu datang kemari bersama ayahnya. Dia mengaku sedang hamil akibat diperkosa oleh Yugo. Padahal dia tahu jelas, jika itu ulah kalian berdua yang melakukan secara sadar. Pak tua marah dan tanpa mencari kebenaran, Yugo ditembak olehnya di depan Tuan Maxim, didepan kami semua. Yugo mati dengan nama yang sudah di cap buruk. Itu juga karena dirimu kan. Kau pengecut, kau pria yang tidak bisa dipercaya. Alexander Linux, aku sangat membencimu." teriak Alin dengan keras.
"Lin, maafkan aku. Aku tahu aku salah." Alex tidak tahu harus mengucapkan apa. Lidahnya terasa kelu tidak mampu menghadapi wanita di depannya.
"Maaf katamu, maaf saja tidak cukup. Kau harus mati, kau harus merasakan apa yang sudah mereka semua rasakan." kata Alin dengan tatapan tajamnya.