NovelToon NovelToon
I'M Glad You'Re Mine

I'M Glad You'Re Mine

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Author menulis cerita ini karena terinspirasi dari sebuah lagu, tentang seseorang yang selalu menunggu cintanya, dan akhirnya bersama.

Pernahkah kalian merasakan dejavu? Perasaan aneh seakan mengalami kejadian yang sama, yang pernah kita alami di masa lalu.
Gita mengalami dejavu, mimpi buruknya yang terus berulang...

"Duarrr..."
Kali ini kulihat mobil hitam yang sama di mimpiku menabrak sisi Nino. Refleks Nino sama seperti di mimpiku, ia refleks memelukku untuk memberikan semacam perlindungan kepadaku.
Sebelum memejamkan mata, aku berdoa kepada Tuhan,
"Tuhan tolong aku berikan aku kesempatan lagi...".

Full of love,
from author 🤎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Bisa kutebak bunga yang diterima Gita berasal dari Bara ingin rasanya mengurung Gita di rumah saja. Sesampainya di rumah aku melihat sekeliling mencari keberadaan bunga lily itu, tapi tidak ada dimana-mana, apa Gita membuangnya? Kudengar suara air dari kamar, kurasa Gita sedang mandi.

"Nino, kamu sudah pulang? Apa sudah makan malam No?", tanya Gita begitu ia melihatku.

"Sudah Git, aku mandi dulu ya".

Kulihat Gita sedang bermain dengan telepon genggamnya diatas tempat tidur.

"Git...", aku menyingkirkan bantal-bantal pembatas tempat tidur kami, mendekat ke sampingnya.

"Apa tidak ada yang ingin kamu ceritakan hari ini Git?".

"Apa yang kamu maksud itu tentang bunga lily tadi pagi? Aku sudah membuangnya No".

"Apa itu dari Bara?".

"Ya, tapi tidak ada apa-apa antara aku dan dia, hubungan kami benar-benar sudah berakhir, aku tadi saja hampir melempar bunga itu kemukanya".

Wajahku memberi tanda bahwa aku meminta penjelasan lebih tentang itu.

"Aku tadi sempat cekcok dengannya sebentar, tapi bukan masalah besar kok No".

Dalam hati aku berkata, apa dia masih memiliki perasaan marah pada Bara? Apa aku perlu mengkhawatirkan hal itu? Apa Bara tadi benar-benar membuatnya jengkel? Atau memang dia yang masih belum sepenuhnya melupakan perasaannya hingga ia masih memiliki perasaan marah itu?

"No jangan marah, aku tidak bermaksud.... maksudku aku tidak menceritakannya karena aku tidak ingin canggung seperti ini".

Jadi dia masih memiliki tembok pembatas itu dalam hatinya hingga enggan bercerita padaku, kupikir segalanya berjalan baik dan hubungan kami mulai dekat, kurasa aku salah.

"Aku tidak marah Git", lalu memegang tangannya sambil tersenyum.

"Git, apa kita masih memerlukan pembatas ini?", tunjukku pada bantal-bantal yang berada di kakiku.

"Apa kamu masih takut aku melakukan sesuatu padamu?", sebenarnya takut bukan kata yang tepat, cuma sengaja aku memakai kata itu agar Gita merasa tidak enak padaku.

"Bukan begitu No", jawabnya pelan.

"Kita telah tidur di kasur yang sama selama beberapa waktu, kurasa ini waktunya kita menyingkirkan bantal-bantal itu bukan?".

Gita mengangguk mengiyakan, aku menyimpan bantal-bantal itu di dalam lemari.

"Mari kita tidur Git".

Aku terus memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas hubungan kami. Kulihat Gita sudah tertidur disampingku. Aku menyisipkan tanganku di bawah lehernya, dan menggeser posisinya agar tidur dalam pelukanku, kemudian akupun menutup mataku.

Aku belum sepenuhnya terbangun, tanganku mencari-cari keberadaan Gita, kubuka mataku, tidak nampak ada Gita di kamar ini, sebaiknya aku bersiap ke kantor.

"No mau makan dulu atau dibawa ke kantor saja?".

"Aku bawa saja Git, aku harus berangkat pagi karena ada meeting", lalu aku memeluknya. Gita hanya diam tidak membalasnya.

"Sampai nanti Git".

"Ya No".

Aku sengaja pulang lebih cepat sore ini, dan sudah tiba di rumah lebih awal.

"Gita aku akan menjemputmu, beritahu aku jika kamu sudah selesai", bunyi pesan singkat yang aku kirim padanya.

"Beri aku 30 menit lagi ya, nanti aku turun ke bawah".

Aku berjalan dari apartemen menuju kantor Gita, lalu menunggunya tidak jauh dari gedung kantor Gita. Kulihat ia keluar dari pintu dan mencariku, beberapa langkah dibelakangnya Bara juga keluar dari pintu yang sama. Ngapain juga dia keluar dari situ, memangnya dia tidak membawa kendaraan?

"Gita...", panggilku sambil berjalan mendekatinya.

"No apa kamu sudah lama menunggu?".

"Cuma sebentar kok, ayo kita cari makan", sambil membantunya membawakan tasnya lalu menautkan tangannya padaku.

"Apa Bara masih mengganggumu?".

"Tidak. Apa itu alasanmu menjemputku?".

"Ya dan tidak", jawabku singkat.

"No... kan aku sudah bilang kalau aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya lagi, kenapa kamu ga percaya sih?!".

"Aku tidak percaya sama Bara bukan kamu, aku tidak suka dia masih memberimu perhatian".

"Sama saja No, kamu tidak percaya aku bisa mengatasinya bukan? Sudahlah kita pulang saja, kita bicara di rumah".

Kami berjalan kembali ke apartemen dalam diam, Gita juga melepaskan tangannya dariku. Apa aku bersikap berlebihan? Tidak... aku tidak bersikap berlebihan? Kenapa jadi berantem gini, aku tidak bermaksud berakhir seperti ini.

Begitu masuk apartemen Gita duduk di kursi meja makan, aku meletakkan tasnya di atas meja lalu menarik kursi lainnya mendekati kursi Gita, memegang lututnya sambil berbicara,

"Gita, maaf aku hanya cemburu, sekarang bisakah kita berbicara saling berhadapan".

Ia melunak dan menatapku.

"Dapatkah kamu mengerti kenapa aku bersikap seperti ini? Kalau aku tidak bertanya kemarin kamu juga tidak akan memberi penjelasan mengenai bunga itu".

"Aku berusaha mengerti alasannya Git, lalu kamu mengatakan kamu ingin melempar bunga itu ke mukanya. Itu artinya entah dia sangat brengsek atau kamu yang belum sepenuhnya move on hingga masih memiliki perasaan marah kepadanya".

"Gita, kita menikah bukan karena kamu mencintaiku. Sekarang dapatkah kamu mengerti alasanku bersikap seperti ini? Aku hanya takut kamu menyesal menikah denganku".

"Maafkan aku juga, aku harusnya bisa lebih mengerti No".

Gita memegang tanganku dan aku menyambut tangannya.

"No aku menikahimu karena mengagumimu, bukan cinta yang seperti kamu harapkan, tapi aku belajar untuk mencintaimu. Aku tau aku agak lambat untuk itu, maafkan aku. Apapun alasan awalnya kita menikah, tapi aku tidak bermain dengan perasaanmu, aku serius ingin membangun keluarga bersamamu, meski dengan segala kekuranganku saat ini".

"Baiklah Git aku mengerti. Bisakah kita berbaikan?".

Ia mengangguk. Lalu aku memeluknya dan ia membalas pelukanku. Akhirnya aku merasakan ia memelukku juga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!